Kids MEXT Door 6_CamOn

_____ Setelah mengumpulkan berkas, aku serahkan semua kepada Yang Maha Kuasa karena selanjutnya sudah di luar kemampuanku. Karena aku mengumpulkan berkasnya pada tanggal 7 Mei 2021, jadi masih ada sekitar 1 bulan 1 minggu hingga pengumumannya diterbitkan. Selama sekitar 1 bulan, aku merasa harap-harap cemas melihat banyaknya orang yang mengumpulkan berkas di hari terakhir, dan tentunya lebih banyak lagi yang mengumpulkannya lebih awal sehingga aku sempat terpikir “waduh, ngumpulin pas deadline gini bakal dicap nggak tepat waktu nggak ya?” “Waduh, kayaknya yg daftar banyak nih.. Aku bisa bersaing nggak ya”. Di tengah kegalauan itu, ibuku tetap menyemangatiku sambil mengingatkan bahwa “yang nentuin kamu layak atau nggak bukan kamu kok, tapi Yang Diatas, melalui perantara orang kedutaan dan sebagainya”. Sampai itu, aku merasa bahwa aku lebih baik tidak usah terlalu memikirkannya (walaupun akhirnya tetep aja kepo dan was-was sambil bukain email tiap hari).

_____ Berdasarkan apa yang tertulis di website kedutaan, seharusnya pengumuman itu muncul pada pertengahan Juni , yaitu antara tanggal 14 – 18 Juni. dengan informasi terpajang pada laman MEXT kedutaan Namun, hingga tanggal 18 Juni, hasilnya belum juga keluar baik di laman tersebut maupun di emailku. Was-was, kutunggu terus hingga pukul 6 sore namun hasilnya belum kunjung keluar melainkan informasi lain berisi penundaan pengumuman hasil seleksi RS 2022 hingga 2 Juli 2021 karena COVID yang bertambah parah di Jabodetabek. Melihat hal tersebut, tentu aku menjadi patah semangat, tapi ya mau bagaimana lagi, COVID surely ruins everything into ash. Yowes, tunggu aja lagi sekitar 2 minggu.

_____ 2 Juli 2021, pukul setengah 6 sore, adik tingkatku di BEM mengabariku bahwa pengumumannya sudah keluar. “Lho, kok kamu tau ikut seleksi ini? kan aku nggak pernah cerita ke siapa-siapa” tanyaku. “Iyalah kak, pasti ketebak lah bakal nyoba beasiswanya. Aku juga nyoba kok kak, tapi sayangnya belum beruntung” jawabnya agak sendu. Nahloh, aku makin was-was sambil berpikir dalam karena adik tingkatku itu tergolong salah satu mapres di jurusannya dengan segudang prestasi saja dinyatakan tidak lolos, sedangkan aku tak lebih dari sekedar mahasiswa yang hobinya main game melulu. Aku bertanya padanya, “lihatnya dimana sih? aku buka web kedutaan dan refresh berkali-kali nggak ada yg beda loh, nggak ada download-downloadan, nggak ada poster pengumuman juga”. Dia pun membalas, “masa sih kak? ada loh padahal tulisannya gede. Nih aku kirim ya, kasi tau dong kak yang mana nomornya, lulus atau nggak”. SERIUS, saat itu sama sekali nggak ada tautan yang bisa di klik selain formulir-formulir yang harus diunduh untuk seleksi berkas. Dan jeng jeng jeng…. dia beneran mengirimkan filenya padaku. Aku merasa sangat dag dig dug saat akan membukanya melalui HP ku dan hasilnya adalah…..

Lembar terakhir booklet pengumuman seleksi berkas RS 2022, nomor disamarkan untuk melindungi privasi (source: website kedutaan Jepang di Indonesia)

_____ Pengumuman tersebut terdapat pada lembar terakhir dengan tertulis sebagai nomor peserta. Aku benar-benar senang karena nomorku tercantum dalam daftar peserta yang melanjutkan ke tahapan selanjutnya. Halaman pertama booklet berisi ketentuan seleksi wawancara sedangkan halaman ke-2 dan ke-3 berisi ketentuan berkas bagi yang lolos seleksi wawancara. Setelahnya, sesuai janji dengan adik tingkatku, dengan berat hati aku memberitahunya. Aku kemudian menyemangatinya dan berjanji kalau aku akan berusaha sampai akhir untuk mewakilinya. Yosh, aku harus semangat untuk seleksi selanjutnya, yaitu seleksi wawancara.

Kok nggak ada ujian tertulis?

Netijen kepengen tau

_____ Itu juga menjadi tanda tanya besar bagiku saat itu, namun terdaat penjelasan bahwa dikarenakan COVID yang semakin parah, ujian tertulis ditiadakan karena akan beresiko menjadi sentra penyebaran COVID. Oleh karena itu sebagai gantinya, jumlah pendaftar diseleksi habis-habisan hingga 60 orang untuk tahap wawancara. Mungkin akan terkesan tidak adil bagi sebagian orang, tapi guna menghambat penularan COVID dan mempercepat wabah ini berakhir, mau tidak mau harus demikian. Tidak hanya itu, wawancaranya pun akan dilakukan secara daring, jadi sinyal dan kondisi laptop harus prima di hari H wawancara. Wawancaranya dilakukan selama 5 hari dari tanggal 12 – 16 Juli 2021 dengan durasi wawancara per orang selama sekitar 30-45 menit (jadi kira-kira 1 hari ada 12 peserta yang diwawancarai).

_____ Sebelum wawancara, aku berkonsultasi dengan kak S dari labnya sensei karena ia juga merupakan penerima beasiswa MEXT G2G saat lanjut S2. Ia menceritakan bahwa ia dulu diwawancarai oleh 4 orang, sebagian orang Indonesia dan sisanya orang Jepang. Karena pewawancara belum tentu berasal dari latar yang sama dengan kita (belum tentu akademisi, belum tentu di bidang yang sesuai jurusan kita), jadi diusahakan untuk bisa menjawab dengan bahasa yang semudah mungkin. Selain itu, diharapkan menggunakan pakaian yang formal dan rapi serta bertutur kata yang sopan selama wawancara. Ia menyebutkan bahwa aku harus menyiapkan penjelasan dan jawaban untuk pertanyaan seperti:
1. Perkenalan diri yang singkat, padat, jelas
2. Jawaban dari apa yang kutulis di lembar biodata (terutama halaman ke-5 yang isinya esai bebas)
3. Riwayat pendidikan (termasuk prestasi dan pengalaman ngelab/praktikum)
4. Ringkasan isi rancangan penelitian
5. Metodenya dan hasil yang diharapkan (2 ini yang dicecer abizz)}
6. Kenapa pilih Jepang, terutama kampus yang ditulis di berkas sebelumnya
7. Pertanyaan impromptu seperti bagaimana nanti dengan keluarga yang ditinggalkan, masalah makanan halal dan tempat sholat di Jepang (bagi yang muslim), dan lainnya (tergantung penanya).

_____ OK, noted, terima kasih kak. Selanjutnya aku harus mempelajari metode penelitianku, mulai dari alat dan bahan yang digunakan sampai dasar teorinya dalam waktu kurang dari 2 minggu, whaaaatt…. Berdasarkan informasi dari booklet, kita diharuskan mengirimkan email ke kedutaan atas kehadiran kita, hadir, atau tidak hadir, pada wawancara yang diselenggarakan dalam rentang tanggal tersebut hingga tanggal 7 juli 2021. Untuk jamnya sendiri, akan dipilihkan oleh kedutaan secara acak, jadi tunggu tanggal mainnya aja. Setelah mengirimkan konfirmasi ke kedutaan, tak lama aku mendapat balasan bahwa aku akan diwawancarai pada pagi hari tanggal 12 Juli. Wah, enak masih suegerr rek kalau pagi….Untuk mendapatkan kualitas sinyal yang seprima mungkin, aku sampai meminta keluarga di rumah untuk tidak memakai internet di rumah selama wawancara berlangsung.

Sedang rapat, jangan ganggu ! (source: Irasutoya)

_____ Hari H wawancara pun tiba. Aku merasa deg-degan karena takut tidak bisa menjawab dengan jawaban yang memuaskan. Baju, check, wajah dan rambut, check. Kunyalakan komputerku, menguji kualitas kamera dan suara, kemudian membuka email. Karena DIWAJIBKAN untuk hadir 30 menit sebelum wawancara dimulai, aku masuk lebih awal ke ruangan sesuai instruksi tersebut minus 5 menit lebih awal agar lebih plong aja rasanya. Setelah masuk, aku dipersilahkan menunggu di ruang tunggu karena sepertinya masih ada orang yang diwawancai. Sambil menunggu 30 menit, aku mendengarkan lagu lagu yang bernuansa menyemangati saja agar lebih rileks, seperti GReeeeNHajimari no Uta (lagu permulaan). Ku kan berusaha membuat ceritaku sendiri setelah ini, sesuai lirik pada reff nya, 今日から始まる物語、どんな話しも描くのは(夢)ここ次第 (kyou kara hajimaru monogatari, donna hanashi mo egaku no wa koko shidai、cerita kan dimulai dari hari ini, apapun ceritanya yang kau gambar bergantung dari mimpimu).

_____ Setelah 30 menit, akhirnya giliranku tiba. Aku mendapat notifikasi undangan untuk memasuki ruang rapat. Saat memasuki ruang rapat, terdapat 3 orang yang sudah bersiap untuk mewawancaraiku, 2 orang Indonesia dan 1 orang Jepang. Mula-mula mereka memperkenalkan diri mereka masing masing. Kedua orang Indonesia tersebut merupakan dosen yang mengajar di universitas negeri terkemuka di Indonesia dengan salah satunya berlatar belakang kimia pangan sedangkan satunya lagi berlatar belakang teknik mesin. Orang Jepang yang mewawancaraiku berasal dari divisi pendidikan dan kebudayaan Kedutaan Jepang. Untuk lebih dapat nuansa wawancaranya, aku menuliskan sebgaian penggalannya di bawah ini dalam bentuk percakapan Bahasa Indonesia dengan rincian A sebagai aku, B sebagai pewawancara dengan latar belakang kimia pangan, C sebagai pewawancara dengan latar belakang teknik mesin, dan J sebagai orang Jepang. さあ~面接始めろ!

  • C: Silakan memperkenalkan dirimu secara singkat.
  • A: Baik. Perkenalkan saya adalah XXXXX dari Jakarta. Saya mengenyam pendidikan di YYY dengan program studi ZZZ. Saat ini saya bekerja sebagai DDD di EEE. Selama berkuliah, saya aktif dalam FFF, mengikuti kegiatan GGG, dan memiliki pengalaman HHH. Saya juga pernah mengikuti program AIMS pada tingkat akhir saya di Jepang, tepatnya di University of Tsukuba. Sekian.
  • B: OK. Disini saya melihat bahwa saudara menulis pernah berkuliah di Jepang selama hampir 6 bulan dan bisa berbahasa Jepang. Coba perkenalkan diri dalam Bahasa Jepang!
  • A: Baik. ~~同上 (sama aja kayak di atas, cuma dijepangin doang)
  • B: Wah, lancar ya ngomongnya. Jadi, mau diwawancarai dalam Bahasa Inggris atau Jepang?
  • A: Inggris saja bu, agar semuanya bisa saling paham dengan lebih baik maksud pembicaraannya.
  • C: OK, kalau begitu saya akan memberikan pertanyaan yang pertama. Kenapa kamu memilih topik ini, bukan yang lain untuk penelitiannya?
  • A: Saya memilih topik tersebut karena saya concern dengan ….. Sejalan dengan hal tersebut, tempat kerja saya juga ….. Saya melihat adanyat trend ….. di tengah masyarakat yang menarik untuk diteliti. Setelah saya membaca jurnal penelitian tentang ….., saya menjadi tertarik untuk menelitinya.
  • C: Jujur saya agak kaget karena mendengar orang yang bukan sastra Jepang bisa berbahasa Jepang sebegitunya. Kenapa kamu belajar Bahasa Jepang dan bagaimana kamu belajarnya, sementara di kuliah pasti kan sibuk dengan berbagai hal seperti praktikum, laporan, tugas, dan sebagainya?
  • A: Sebenarnya saya juga belajar Bahasa Jepangnya belum lama karena saya baru mempelajarinya sejak di Tsukuba dulu. Saat itu, saya tidak bisa mengikuti kelas Bahasa Jepang karena kelasnya bentrok dengan yang lainnya, durasi kelasnyapun 6 bulan sedangkan saya hanya bisa mengambil yang durasinya kurang dari 6 bulan. Maka dari itu, saya belajar otodidak, dibarengi ngobrol dengan teman-teman saya yang orang Jepang untuk mengoreksi apa yang salah serta kerja sambilan di restoran. Karena saya pikir kalau saya bisa berbahasa Jepang dengan baik, saya akan bisa melakukan lebih banyak hal di Jepang dibandingkan jika saya hanya bisa berbahasa Inggris.
  • C: Wah begitu rupanya. Kalau begitu saya ada 1 pertanyaan terakhir. Kenapa memilih Jepang lagi, nggak pengen nyoba negara lain?
  • A: Kalau saya pribadi, selama hampir 6 bulan saya di sana, saya merasa cocok dengan lingkungannya. Selain itu, karena sekarang saya sudah jauh lebih lancar Bahasa Jepangnya dibanding saat pertama ke sana, saya yakin saya bisa memanage diri dengan lebih baik, seperti beradaptasi dengan lingkungan setempat, membaca pustaka yang berbahasa Jepang, mencari makanan halal dan tempat ibadah, berteman dengan lebih banyak mahasiswa Jepang maupun internasional serta warga sekitar, hingga mengikuti lebih banyak kegiatan yang ada diadakan kampus, kota, maupun PPI.
  • C: Baik, terima kasih atas jawabannya. Bagaimana Bu B, apa ada yang ingin ditanyakan? Mister J?
  • B: Kalau dari saya mungkin agak sedikit sadis karena menyangkut bidangmu, tapi tidak apa-apa, namanya juga proses seleksi pastinya perlu diuji dengan pertanyaan yang tajam dan dalam. Pertanyaan pertama,bagaimana kamu nanti menguji ….? Akan pakai alat apa saja, reagen apa saja, dengan seperti apa caranya? Hasilnya nanti akan digimanakan? Boleh dong dijelaskan.
Wawancara daring (source: Irasutoya)
  • A: えと~ (wadidaw… aku harus tarik nafas sejenak) Jadi rencananya saya akan menggunakan metode ….. sebagaimana yang tertulis di rancangan saya. Kemudian ….., setelah itu …., dan terakhir …… Hasilnya nanti akan ….. (aku merasa agak sedikit down ketika penguji B memberikan respon sedikit geleng-geleng kepala sambil tersenyum kecil, tapi jangan sampai rasa itu membunuh semangat dan mengaburkan logika kita. Tetap stay cool!)
  • B: Sebentar…. itu berarti akan menggunakan hewan percobaan? Kamu nggak takut nanti pegang hewannya, membius, terus membedah? Nanti hewannya goyang-goyang saat sakratul maut pas lagi kamu pegang, kamunya jerit-jerit lagi?
  • A: …. (sebenernya bakal geli sih tapi kan itu udah kewajiban). Mula-mula tidak langsung hewan, tapi in vitro terlebih dahulu dalam media …. Untuk hewan saya rasa sudah harus terbiasa, mungkin akan agak merasa tak tega dan geli gimanaaaa gitu pada awalnya, tapi lama-lama kan terbiasa. (waduh, pengujinya tertawa, gimana dong? aku kudu piye! )
  • B: Terus dari situ, dasar teorinya apa? Boleh disebutkan juga darimana kamu mengambil teorinya?
  • A: Berdasarkan …., kalau …. dengan …. akan ….. Kemudian untuk …… (menyebutkan teorinya)
  • B: hahaha, OK. Kalau begitu ini pertanyaan terakhir dari saya. Kamu barusan menyebutkan tentang literatur ini, penelitian oleh itu, tapi kenapa kamu cuma meletakkan 1 sumber untuk bagian pustakanya? Ini juga bukan penelitian yang dilakukan di Jepang ataupun yang dilakukan oleh orang Jepang. Katanya kamu mau sekolah lanjut di Jepang?
  • A: (DHUAAR. Headshot. Epic Question! sebuah pertanyaan yang gak akan terduga) …えと~ Saya tentu membaca penelitian yang dilakukan oleh peneliti Jepang ataupun penelitian yang bertempat di Jepang, seperti yang dilakukan oleh …. di …. serta ….. pada ….., tapi berhubung rancangan penelitian ini diharuskan hanya berjumlah 2 lembar. Lembar pertamanya sudah terpakai setengah untuk template yang diberikan sehingga saya hanya punya ruang untuk menulis sebesar 1,5 halaman dan lembar tambahannya pun hanya boleh dipakai untuk lampiran gambar atau alur, sebagaimana yang saya lampirkan sebagai diagram 研究概要 (kenkyū gaiyō, garis besar penelitian). Jadi, agar saya bisa menulis isi rancangan penelitiannya lebih banyak, saya hanya masukkan 1 saja daftar pustaka yang menurut saya paling mewakili dari semua yang saya baca, dan kebetulan itu bukan berasal dari Jepang.
  • B: Oooh begitu, hahaha. Baik, Mr. J, apakah ada yang ingin ditanyakan?
  • J: (dalam Bahasa Jepang) Pertanyaan saya 1 saja, tapi tolong jawab dalam Bahasa Jepang. Boleh tolong ceritakan kegiatanmu sewaktu kuliah di Indonesia maupun Jepang, baik itu kegiatan organisasi, perkuliahan, hingga bersenang-senang dengan teman?
  • A: Baik. Jadi selama berkuliah, saya …. (menceritakan kegiatan ikut BEM, ikut lomba, praktikum, part time, mengurus kepanitiaan, mendaki gunung bareng, merancang anggaran dan itinerary perjalanan, dll)
  • J: Wah, menarik ya. Baik, itu saja dari saya. Apakah ada tambahan, Ibu penanya B, Ibu penanya C?
  • B: Sebentar. Saya ingin tanya 1 lagi boleh? Disini kamu menuliskan ingin pergi ke kampus OOO dengan pembimbingnya PPP. Kenapa kamu memilih beliau? Apa kamu sudah kenal dengan beliau, dan kalau sudah, sejauh mana?
  • A: (A… a….. aku hampir kehilangan kata-kata, keringat dingin sudah mengucur) Sudah bu. Saya sudah menghubungi beliau pada tanggal …. April, dan beliau membalasnya. Beliau juga sudah menjadwalkan video call secara empat mata setelah libur golden week dan beliau setuju untuk mengangkat saya sebagai muridnya. Sampai tepat kemarin pun, saya juga berkomunikasi dengan beliau melalui email.
  • B: Begitu ya. Apakah boleh ditunjukkan bagaimana kamu menghubungi beliau di email? Tidak usah semuanya.
  • A: Boleh bu. Mohon maaf sebelumnya, apakah boleh saya diberikan izin untuk share screen?
  • (Share screen has been approved)
  • A: Begini Pak, Bu, isi email saya saat saya pertama kali mengontak beliau. Dan di bawahnya adalah jawaban beliau. Setelah itu undangan beliau untuk video call dan respon beliau terhadap hasil video call tersebut. (scroll scroll, skip skip, langsung ke paliiiiing bawah ) Dan ini adalah email terakhir saya dengan beliau yang isinya menyemangati saya untuk wawancara.
  • B: Wah, sudah panjang sekali ya sampai 60-an email dengan beliau. Oh iya, itu tulisan bacanya gimana yang paling kiri ya? muji ….?
  • A: Itu bacanya Buji bu. Gobuji ni mensetsu, isshō kenmei ganbattekudasai, artinya kurang lebih selamat berjuang keras di wawancaranya, semoga nggak ada masalah, adem ayem gitu bu. Hurufnya emang kadang bisa dibaca sebagai mu kadang bu, menyesuaikan sama pasangannya.
  • B: Ohh, OK kalau begitu. Sekian dari saya. Waduh, maaf jadi panjang banget. Ibu C, Mr. J, apakah ada hal lain yang ingin disampaikan?
  • C: Tidak. Sekian dari saya
  • J: Dari saya cukup (wah, bapaknya berbahasa Indonesia juga)
  • B: Baik, kalau begitu, wawancara ini kami akhiri. Terima kasih banyak sudah hadir tepat waktu dalam wawancaranya. Ditunggu saja hasilnya (sambil tersenyum-senyum ngomongnya).
  • A: Baik, terima kasih banyak atas kesediannya pak, bu, saya akan menunggu kabar baiknya (dalam hati: aaaakkkkhhhh was was, dag dig dug banget. Aku tuh nggak bisa digantungin)
Masa galau pasca wawancara (source: Irasutoya)

_____ Setelah itu aku mantuk dan mohon izin untuk keluar setelah dipersilahkan. Setelah kembali ke lobi, aku melihat sekilas nama peserta yang akan diwawancarai setelah saya. Sambil menarik nafas dalam-dalam, aku mematikan kamera dan mic, serta meninggalkan lobi. Benar-benar mendebarkan, sampai aku merasa berkeringat padahal suhu kamar sudah kusetel serendah mungkin. Setidaknya aku merasa lega karena sudah berusaha memberikan “penampilan” terbaikku, dan pertanyaan yang lebih menakutkan yang kubayangkan sebelumnya tidak ditanyakan. Selanjutnya kukabari orang tuaku bahwa aku sudah selesai diwawancarai. Masih ada sekitar 14 hari hingga pengumuman wawancara terbit. Rasanya aku sudah tidak mau membahas ini lagi dan menyerahkan semuanya kepada Yang Di Atas.

Bagaimana kelanjutannya, simak di postingan selanjutnya!

つづく~~>

*Cover illustration by 三船たかし、irasutoya.com

One thought on “Kids MEXT Door 6_CamOn

Add yours

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

Create a website or blog at WordPress.com

Up ↑

%d bloggers like this: