Magang di Kemenperin Jepang 4 – Shain Shine!

_____ Hari demi hari telah kulewati, hingga pada akhirnya hari terakhir magang pun tiba. Di hari itu, kami semua (baik yang di Hotel Shangrila maupun yang di kantor PASONA) akan berkumpul di menara tertinggi di Jakarta. Yup, apa lagi kalau bukan Gamma Tower, yang katanya terkenal dengan skyline dining nya. Di hari terakhir, acaranya hanya ada 2, yaitu presentasi akhir dan penutupan yang disertai dengan pemberian sertifikat. Eits, tapi acaranya nggak sebegitu membosankan kok karena ada hal menarik yang bisa dilakukan disana. Ingin tahu? yuk simak sampai akhir!

_____ Hari itu memang kelabu, tak luput dengan rintik lembutnya. Karena lokasinya berbeda, mau tak mau aku harus naik “Tije” untuk sampai ke daerah kuningan dengan mudah dan murah. Sebenarnya bisa sih tinggal naik ojek daring dari Hotel Shangrila, tapi khan~ ongkosnya itu loh, belum lagi hujannya. Saat turun dari bis, aku bertemu dengan Fathan yang sama sama baru turun dari bis juga dari arah sebaliknya. “Wah, kebetulan sekali, sekalian aja kita masuknya berhubung sama sama belum pernah kesana” pikirku. Setelah dilakukan pengukuran suhu di lobby oleh petugas keamanan, barulah kita sampai di lobby yang megah itu. Di lobby sudah ada Neysa yang sepertinya juga baru datang dan menunggu ID card nya tiba dari petugas gedung. Setelah mengurus perizinan dan mendapat ID card, barulah kita pergi ke bagian dalam gedung sambil diantarkan oleh petugas menuju lift. Terlihat di kejauhan tulisan “Henshin”, waw! apakah gedung ini akan menjadi tempat syuting kamen rider?

Henshin! (source: personal snapshot)

Bukan kamen rider sih, tapi lebih cocok syuting FTV dan film romantis lainnya, wkwkwk

_____ Oh tidak bung… ternyata bukan tempat syuting adegan pahlawan bertopeng, tapi dari lantai bawah sampai atas, selain berisi kamar-kamar mevvah, juga berisi tempat makan yang ciamik. Seperti “Henshin” tersebut yang merupakan restoran fusion khas Jepang, dan juga restoran lainnya di lantai yang aku datangi (lantai 68). Lorong menuju ruang pertemuan memang gelap, bukan karena lampunya sudah usang dan tak diganti melainkan karena memang style nya berkelas dan elegan gitu, tampak dari dinding semi kacanya yang membuat kita seolah berada di lorong waktu. Aku dan Fathan pun membuka pintu ruangan dan tada~ ruangan sudah agak ramai dengan yang lainnya. Kami pun pergi ke kursi masing masing yang sudah dilengkapi sarapan pagi. Di pojok ruangan terdapat mas pegawai yang siap melayani jika kita ingin memesan minuman. Uwaw~

_____ Tak lama kemudian Toyozaki-san, kepala PASONA Indonesia pun tiba. Setibanya beliau di ruangan menandakan mulainya acara penutupan magang, yang dimulai setelah peserta-peserta dari negara lain menyampaikan laporannya (Indonesia kebagian nomor terakhir). Laporan yang dibacakan bersifat 2 arah, yaitu dari host company nya sendiri serta peserta magang. Hal yang dilaporkan oleh host company antara lain perkenalan seputar perusahaan, perwakilan penganggung jawab dari perusahaan, rincian kegiatan dan luaran yang diharapkan sedangkan dari sisi peserta sendiri berisi perkenalan diri, kegiatan selama magang, dan luaran yang dicapai. Aku sendiri di sesi Indonesia mendapat urutan ke-6, jadi masih santai aja sebelum makan siang, toh Indonesia kebagian tampilnya jauh setelah makan siang. Sambil menunggu makan siang, Mas Fauzi dan staf PASONA lainnya membagikan oleh oleh yang dikemas dalam goodie bag. “Kado” yang paling unik yang kuterima adalah map Tokyo Olympic 2020 resmi karena PASONA adalah salah satu dari pengurus acara akbar tersebut. Map nya sendiri memiliki desain yang unik karena digambar oleh anak-anak yang menyandang disabilitas dan aku memilih yang bergambar atlet pemanah (habis olahraga lainnya ga suka sih hehe). Oh iya, map ini tidak berlaku untuk semua orang ya karena aku mendapatkannya sehari sebelum penutupan di kantor PASONA, jadi hanya beberapa aja yang dapat hihihi.

_____ Ahkhirnya sudah mau jam makan siang dan teleconference pun diistirahatkan, kyūkei! Nah, berhubung sedang istirahat, kami semua langsung menyerbu beranda yang berada di 2 lantai di bawahnya melalui tangga bar. Dari sanalah kami bisa melihat pemandangan kota Jakarta dari ketinggian 250 m ++. Sayangnya hari itu sangat mendung, bahkan sempat hujan rintik rintik sehingga pemandangannya cukup suram dan muram. Meski demikian, lumayan lah karena kami bisa melihat beberapa stasiun LRT yang sudah mau jadi, berikut hiruk pikuk kota Jakarta yang tepat bersebelahan dengan tempat paling tenang (baca: komplek pemakaman). Gedung gedung tinggi lainnya di daerah Kuningan pun bisa terlihat dengan jelas dari atas. Bagi yang takut ketinggian mungkin akan sangat menyeramkan mengingat dindingnya terbuat dari kaca. Namun, karena pemandangannya sangat bagus (kalau cerah, atau kalau malam juga sepertinya), maka tak ada salahnya dicoba.

Jakarta beneath the cumulus (source: personal snapshot)
Tempat makan di lantai 67 (source: personal snapshot)
Makan siang terakhir di kegiatan magang (source: personal snapshot)

_____ Setelah puas berfoto ria, barulah kami menyantap hidangan makan siang yang sudah sampai di ruangan. Makanannya tampak lebih mewah daripada saat magang, ya namanya juga lagi perpisahan kan ya, jadi mungkin disediakan yang lebih wow. Yang paling enak dari semuanya entah kenapa menurutku adalah saladnya, mungkin karena saat itu aku lagi pengen banget makan sayur-sayuran kali ya. Seusai sholat, kami pun bergegas ke musholla yang ada di lantai dasar. Kami pun jadi melewati tanda “Henshin” tadi, berikut aula mewah di sepanjang jalan menuju musholla. Seusai sholat, barulah kami kembali ke ruangan dan bersiap siap untuk giliran Indonesia mempresentasikan laporannya.

_____ 1 per 1 dari teman-teman mulai mempresentasikan laporan akhirnya bersamaan dengan perusahaannya. Waw ku deg-degan sekali. Hingga akhirnya tibalah giliranku untuk mempresentasikan apa yang kupelajari selama magang, mulai dari aturan bahan tambahan pangan di Jepang, hingga seputar produknya sendiri. Setelah semua mempresentasikan hasilnya, barulah penyerahan sertifikat oleh Toyozaki san kepada seluruh peserta. Entah kenapa aku senang karena bisa merasakan pengalaman asik bersama teman-teman baru, mencicipi makanan dan hotel papan atas, hingga mendapat ilmu baru berupa ilmu pangan maupun bahasa (dari perusahaan tempatku maupun dari teman-teman yang kemampuan bahasanya lebih cas cis cus karena sudah belajar lebih dahulu, tag Dwi, Mikail, Neysa!). Tapi, di sisi lain, aku juga harus sedih karena harus berpisah dengan teman-teman yang asik seperti Andi, Radit, Fathan, Pavita, dan Mas Fauzi yang biasa kumpul bareng setelah magang. .

Sidang akhir METI (source: Mas Fauzi’s gallery)
Yeay, magangnya selesai (source: Mas Fauzi’s gallery)
Penyerahan sertifikat oleh Toyozaki san selaku kepala PASONA Indonesia (source: Mas Fauzi’s gallery)

_____ Setelah berfoto, kami pun beres-beres sebelum pergi ke lantai 67 lagi untuk berfoto di dek yang fenomenal itu. Di sebelah dek nya terdapat ruangan kosong yang sepertinya bekas izakaya (semacam tempat minum-minum ala Jepang) yang akhirnya menjadi tempat kita berteduh karena tak lama setelah berfoto hujan deras pun turun. Meski bekas izakaya, disana hanya terdapat counter dan botol botol kosong saja. Ya sudah, foto aja yuk dengan botol botol beginian, yang penting tidak minum atau menuangkan minuman khan! Kami hanya bisa berfoto dan mengobrol saja di dalam ruangan bekas izakaya tersebut sambil menunggu waktu ashar tiba. Toh hujan juga semakin deras, jadi kami tidak bisa pulang begitu saja dengan kendaraan umum.

Pavita dan pencakar awan (source: personal snapshot)
Bos “Coffee Break” (source: personal snapshot)
Andi dan botol sake di langit (source: personal snapshot)
Masih hujan gak yaaa….. (source: personal snapshot)

_____ Hari terakhir itu memang hanya sebuah agenda yang singkat, namun disanalah jalan kami akan terbelah. Tiba saatnya kami untuk saling berpisah (meskipun ujung-ujungnya tetep masih kumpul di kedai Radit, hehe). Sebagian dari kami tentu akan bekerja di perusahaan untuk mencari sesuap nafkah dan segunung pengalaman sedangkan sebagian lainnya memilih untuk berkarya mandiri maupun melanjutkan menimba ilmu. Hari itu ditutup dengan memberesan dan mengembalikan barang-barang yang telah dipinjamkan, seperti laptop, ponsel, pocket wifi, dan kartu akses. Setelahnya, aku pulang bersama Andi, Fathan, dan Farhan dengan diantar oleh Neysa ke stasiun terdekat. I’ll definitely miss u guys!

_____ Nah, sekian rangkaian ceritaku saat mengikuti program magang dari METI. Hal baiknya adalah aku bisa bertemu dengan teman baru, mengasah kemampuan bahasa, mendapat ilmu baru, dan tentu saja merasakan tempat-tempat mewah yang belum pernah aku kunjungi sebelumnya. Namun, bukan berarti kegiatan magang ini tidak memiliki hal negatif. Sisi buruknya adalah karena selama pandemi kegiatan magangnya dilaksanakan di negara masing-masing, aku jadi tidak bisa merasakan atmosfer kerja di Jepang yang asli serta pengalaman bertualang untuk yang ke-dua kalinya. Aku juga tidak bisa bertemu dengan peserta magang lainnya yang dari Malaysia, Thailand, Vietnam, dan India. Meski demikian, setidaknya tunjangan transportasi ke Jepang dan hidup di sana sudah di-reimburse dengan fasilitas yang diberikan di negara masing-masing.

Senja penuh kelabu (source: personal gallery, taken by Fathan)

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

Create a website or blog at WordPress.com

Up ↑

%d bloggers like this: