Fumidasou! 71 – Berpisah dengan Tsukuba

_____ 出会いがあれば、別れもある。Deai ga areba, wakare mo aru. Begitulah pepatah Jepang yang kurang lebih berarti dimana ada pertemuan, maka ada juga perpisahan. Tinggal di Jepang memang menyenangkan, baik dari lingkungannya, kecanggihan teknologinya, hingga orang-orang di Tsukuba baik orang Jepang maupun orang asingnya sangatlah cocok denganku. Namun, perpisahan adalah sesuatu yang sangat mungkin terjadi di saat ada pertemuan. Maka dari itu, sebelum kembali ke Indonesia, aku mengadakan perpisahan dengan beberapa dari teman-teman, baik teman-teman PPI, teman-teman AIMS, ataupun teman-teman lainnya. Beberapa dari mereka juga ada yang akan pergi terlebih dahulu sebelum aku kembali ke Indonesia, jadi aku mengadakan perpisahan dengan mereka di beberpaa hari yang berbeda.

Perpisahan (plus diskusi berbobot) di kafe Joyfull Jalan Sakura (source: personal gallery, taken by sarah)

_____ Yang pertama kali adalah dengan beberapa teman yang sering bersepeda bareng dan terkadang 1 kelas (karena kebetulan mengambil mata kuliah yang sama). Malam itu, aku mengajak Adrian, Emmanuel, Erina, Sarah untuk makan-makan bareng di kafe Joyfull yang terletak di Jalan Sakura, tepat di sebelah supermarket KASUMI. Tapi, ternyata malam itu Emmanuel sedang tidak bisa, dan Erina baru saja pulang dari arubaitonya di Yamazaki Mart di dalam Ichinoya Community Center. Sepulangnya Erina dari arubaito, ia bertemu dengan Camille di jalan, jadi iapun sekalian mengajak Camille untuk makan malam bersama-sama sebagai perpisahan. Walaupun namanya makan malam, tapi kalau dengan mereka jadinya serasa diskusi banyak hal, mulai dari sosbudpol negara masing masing, sampai berita terkini. Maklum, mereka adalah mahasiswa jurusan yang ranahnya IPS, jadi memang peka dengan isu-isu semacam itu. Aku sih ikut nimbrung aja, toh nggak ada salahnya diskusi hal yang berbobot dengan orang-orang yang mengerti di bidangnya kan! Oh iya, Erina juga mengatakan kalau ia akan melanjutkan studi ke S2 dengan penelitian seputar isu global (seperti LGBT, dll) dengan budaya Indonesia, berhubung ia sangat tertarik dengan Jogjakarta (karena pernah kesana beberapa kali).

Sepatu yang hanya dijual di Jepang (source: https://paypaymall.yahoo.co.jp/ )

_____ Nah selanjutnya adalah perkara oleh-oleh yang akan dibawa pulang ke Indonesia. Selain barang-barang yang kusebutkan sebelumnya, rupanya uang gajian arubaitoku masih sisa banyak (belum termasuk gaji bulan terakhir yang akan ditransfer oleh Tenchō (kepala toko) pada tanggal 15 bulan depannya). Maka dari itu, boleh lah kalau seandainya aku sesekali berbelanja yang sedikit fancy, yaitu perlengkapan olahraga. Kenapa perlengkapan olahraga? Karena perlengkapan olahraga di Jepang tergolong relatif lebih murah jika dbandingkan di Indonesia dan kualitasnya terkadang lebih oke (walaupun kadang ujung-ujungnya ada yang made in Indonesia juga, wkwk). Aku membeli jaket lari dari toko Under Armour khusus dalam kampus yang berkolaborasi dengan Universitas Tsukuba. Selain itu, aku juga membeli sepatu lari untuk ibu dan adikku agar mereka senang karena mendapat sepatu baru. Nah, permasalahannya, aku beli sepatu apa ya??? Aha ketemu, ada sepatu yang khusus dijual di Jepang aja, yaitu Adidas Kozmi.

_____ Yap, aku pun memutuskan untuk beli sepatu tersebut setelah membaca deskripsinya di internet dan bertanya pada orang yang mengerti sepatu olahraga, yaitu Riki. Ia bahkan sampai repot-repot mengantarkanku ke mall IIAS Tsukuba malam-malam dengan mobilnya demi berburu sepatu. Karena itulah, aku mentraktirnya dengan kupon makan paket burger gratis dari tempat arubaitoku, yaitu McD. Sebenarnya, aku mendapat banyak kupon dari Tenchō setelah tahun baru waktu itu karena aku rela memasukkan jadwal kerja di saat hari sibuk (beneran gila sih sibuknya pas lagi tahun baru, serius!). Kupon-kuponnya sebelumnya telah kugunakan untuk mentraktir teman-teman dari Indonesia yang sekiranya bisa makan McD di Jepang, seperti Emmanuel dan Eli. Karena masih sisa 1 lagi sebelum aku pulang, maka aku menggunakannya untuk mentraktir Riki. Langsung saja, kutanyakan Riki mau makan dan minum apa di McD. Tak ayal lagi, ia pun langsung memilih menu yang agak mahal, yaitu paket Big Mac, dengan McNuggets dan vegetable juice dari harga sekitar 900 yen menjadi 0. Ya, Nol.

Makan gratis di MCD (source: personal snapshot)
Kartu pos dari Riki (source: personal snapshot)
Kopi freeze dry riki

_____ Setelah berburu sepatu dan mentraktir Riki makan malam, ia mengajakku berkunjung ke apartemennya. Ia memberikanku sebuah amplop khas Jepang, lengkap dengan kartu pos. Tak hanya itu, ia juga memberikanku sebuah kopi butiran yang dibuat dengan teknologi freeze drying. Setelahnya kami mengobrol seputar agenda Riki yang akan ke Malaysia 2 minggu kemudian. Karena itu adalah kali pertama Riki ke luar negeri, jadi ia sedikit bertanya-tanya padaku tentang kehidupan di negara tropis, apalagi Indonesia dan Malaysia seharusnya tidak jauh berbeda secara lingkungan dan budaya. Setelah asik berbincang-bincang, Riki mengantarku pulang ke asrama dan kemudian berlalu. Disitulah aku tersadar bahwa koperku semakin penuh dan berat. Apakah ini akan melebihi kuota??? (aaaa….)

Buku belajar Bahasa Indonesia punya Kohei (source: personal snapshot)

_____ Lain orang, lain pula kegiatannya. Kohei tampaknya memang super duper tertarik dengan negara-negara Asia Tenggara. Hal tersebut tercermin dari keikutsertaanya dalam AIMS ke Malaysia pada tahun sebelumnya, kemudian melancong sendirian ke Indonesia dari Nusa Tenggara Barat menuju Bali, kemudian menyusuri Pulau Jawa mulai dari Jawa Timur, Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Barat, hingga Jakarta dan kembali lagi ke Jepang. Tak cuma itu, ia juga bela-belain ikut kegiatan di Thailand dan sebulan setelah aku pulang ke Indonesia, ia juga akan ke Filipina untuk meneliti aktivitas petani di sana. Maka dari itu, ia ikut banyak kelas Bahasa Asia Tenggara, termasuk Indonesia (meskipun yang ngajar katanya tetep orang Jepang juga, tapi yang sudah pernah tinggal lama di negara tersebut). Ia juga sampai membeli buku pelajaran bahasa untuk orang Jepang dan banyak berteman dengan orang Asia Tenggara. Terakhir kali aku bertemu Kohei, adalah saat ia sedang membaca bukunya tersebut yang ternyata isinya cukup “nyeleneh” tapi bermanfaat untuk belajar bahasa prokem di Indonesia.

Foto perpisahan dengan Kento & Riki sebelum ke Malaysia keesokan harinya (source: personal gallery)

_____ Hari semakin berganti, hingga tibalah hari sebelum Kento berangkat ke Malaysia. Seharusnya, Kento dan Riki berangkat pada tanggal yang sama, namun karena terdapat suatu kendala pada penerbitan visa Riki, maka ia terpaksa harus menunda keberangkatannya hingga 3-4 minggu setelahnya. Tak hanya itu, ternyata Kento juga masih memiliki suatu agenda dengan Universitas Tsukuba setelah 2 minggu berangkat ke Malaysia, jadi aku masih bisa bertemu dengan Kento 1x lagi sebelum kepulanganku ke Indonesia. Tadinya, di hari itu, Kento berniat untuk mengajak kami semua ke klub Hawaii, sebuah klub dengan kolam renang tropis dalam ruangan. Tapi karena ongkosnya mahal, dan besok ia harus berangkat juga, maka aku menolaknya karena tak ingin merepotkan dengan agenda dadakan semacam itu (lagian ngapain ala-ala Hawaii sih, wkwk). Jadi, kami hanya main-main saja di kampus agar tidak membuat capek siapa-siapa.

Makan malam perpisahan 1 hari sebelum keberangkatan (source: Minh’s gallery)

_____ H-1 kepulangan akhirnya tiba juga. Di hari itu, aku sudah selesai packing semua barang barangku, termasuk membereskan seisi asrama, menyelesaikan pengurusan berkas keluar dari asrama, hingga menerima uang deposit setelah checkout. Pada malam harinya, Kohei mengajak kami semua untuk makan bersama di sebuah restoran udon di daerah Amakubo 2. Disanalah kami makan malam bersama untuk terakhir kalinya bersamaku. Semuanya membuatku terharu karena sampai repot-repot mengadakan pesta perpisahan. Seusai makan, aku baru teringat akan sesuatu, yaitu tali rafia untuk membungkus kardus agar aku bisa membawanya dengan mengikatkan kardus pada tangan kiriku ( karena tangan kanan sudah penuh dengan koper dan tas tenteng). Untunglah, meskipun sudah jam 10 malam, Enzo dan Mizan mau menemaniku berbelanja kebutuhan lainnya, termasuk tali rafia tersebut. Semuanya, terima kasih banyak atas waktunya selama aku di Jepang, sampai jumpa lagi lain waktu ya!

つづく~~>

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

Create a website or blog at WordPress.com

Up ↑

%d bloggers like this: