_____ Hari ke-2 liburan musim dingin dimulai. Setelah sarapan di penginapan, kami bersiap siap untuk berangkat menuju tempat seluncuran, namun dengan olahraga yang lain, yaitu snowboarding. Sama seperti ski, snowboarding merupakan salah satu olahraga musim dingin yang tentunya hanya bisa dilakukan di negara 4 musim pada musim dingin (atau pada daerah yang selalu bersalju tentunya). Perbedaannya adalah, pada snowboarding, kedua kaki kita terpaut pada 1 papan saja dan tidak ada tongkat untuk mengatur laju maupun arah. Seluruh gerakan bergantung pada kaki, lutut, dan pinggang kita. Menurut Kohei, orang yang bisa ski belum tentu bisa snowboarding, dan sebaliknya orang yang bisa snowboarding belum tentu bisa ski. Berhubung aku sebelumnya tidak bisa ber-ski, jadi apakah aku bisa snowboarding? let’s check it out!
_____ Pada pukul 9 pagi, kami berangkat dari penginapan menuju arena snowboarding menggunakan van yang dikemudikan oleh paman pemilik penginapan. Untuk van nya sendiri sudah termasuk dengan biaya menginap, makan, dan bermain ski & snowboarding (yang 15.000 yen all in itu loh). Dari penginapan, kami cukup membawa diri, pakaian musim dingin, jaket dan sepatu ski yang sebelumnya telah disimpan di ruang pengering penginapan. Untunglah hari ke-2 kami cukup cerah meski tampak awan cumulus di beberapa sudut langit. Maka dari itu, hari ke-2 kami merupakan hari yang baik untuk berfoto karena mendapat cukup sinar matahari. Sesampainya di tempat rental ski & snowboard, kami mengurus perizinan dengan singkat kepada mbak resepsionisnya dan tak lama kemudian kami sudah “dipersenjatai” dengan peralatan snowboard berupa papan snowboard.
_____ “Mari kita berfoto dulu sebelum lesu dan keseleo nanti setelah jungkir balik main snowboard” ajakku kepada yang lain. Oke, akhirnya beberapa orang ada yang mau berfoto dahulu sedangkan beberapa lainnya mulai melakukan pemanasan. Namun, tragedi yang sama terjadi kembali dengan snowboard-ku. Papan snowboardku yang semula kuletakkan di atas salju meluncur sendiri ke bawah dan hampir mengenai seorang kakek-kakek. Untunglah papan snowboard tersebut terhenti setelah menabrak gundukan salju yang ada di pinggir arena. Duuh ini kenapa barang barang punyaku licin semua deh sedangkan yang lain nggak pernah meluncur dengan sendirinya kalau dibiarin“. Ezwan, Nurin, Fedi, dan Shauna hanya bisa tertawa melihatku mengejar papan snowboard yang hampir mengenai kakek-kakek. Di sisi lain, Yuyu dan Fabio malah membuat boneka anjing dari salju yang bentuknya seukuran kepalan tangan. Oke, basa basinya sudah dulu, mari kita melakukan pemanasan dan berlatih di area yang lebih datar.
Sesaat sebelum tragedi bagian 2 terjadi (source: personal gallery)
Main-main dan pemanasan telah usai, yuk kita mulai meluncur! (source: personal snapshot)
_____ Pemanasan hap hip hup, akhirnya selesai juga. Aku mulai mencoba mempraktekkan cara memakai snowboard yang diajarkan oleh Kohei, mulai dari meluncur, berhenti, berbelok, dan cornering. Ternyata, snowboard ini lebih mudah dibandingkan ski, jauh lebih mudah bahkan. Dalam setengah jam kursus kilat dengan Kohei saja, aku sudah bisa meluncur dan mengerem papannya, meskipun sesekali terjatuh. Untuk berbelok dan cornering pun aku bisa mengendalikan papanku setelah belajar kurang dari 1 jam. Mudah bagiku, mungkin tidak mudah bagi yang lain. Hal itu tampak dari teman teman yang sebelumnya bisa main ski seperti Mizan, Enzo, dan Fabio yang justru tidak bisa mengendalikan papan snowboardnya dan lebih terjatuh. Tak hanya itu, Camille, Fedi, dan Shauna yang sebelumnya pada hari ski juga mengalami kesulitas, kini di hari snowboard mereka lebih mudah mengendalikannya. Kalau Kohei, Yuyu, Aiko, dan Emi sih tidak usah ditanya, mereka kan memang penghuni negeri bersalju, jadi sudah latihan snowboard sejak dulu kala. Untuk Minh, sepertinya masih bisa mengendalikan meskipun tidak bisa sejago saat Minh memakai papan ski. Ingin tahu bagaimana bermain snowboard ala kita-kita yang cupu saat bermain ski? Yuk simak videonya di bawah!
Panduan memulai snowboarding untuk pemula oleh Camille (source: personal snapshot)
_____ Masa-masa latihan kilat sudah selesai, mari kita coba dengan tantangan yang beneran! Aku dan beberapa teman lainnya berjalan seperti pinguin menuju tempat lift ski karena kaki kami terpaut dengan papan snowboard. Saat naik, aku duduk di sebelah Yuyu yang tentu saja sudah lebih jago dibandingkan aku. Berkat Yuyu dan teman-teman Jepang lainnyalah, aku setidaknya bisa bermain snowboard walau hanya level pemula untuk sesaat. Yuyu mengatakan bahwa ia sendiri lebih jago snowboard dibandingkan ski karena snowboard lebih menarik dan menantang baginya. Setelah sampai di puncak, kami bersiap siap dahulu, seperti mengencangkan pengikat snowboard, melakukan sedikit peregangan, dan tentu saja berfoto. Aku merasa lebih lega karena hari itu cuacanya sangat cerah dan tidak turun salju seperti hari sebelumnya sehingga tidak ada yang menghalangi pemandangan. Tentu saja bagi orang berkacamata dan memakai goggles, tentunya hal itu cukup berpengaruh terhadap kemudi dan mobilitas pemain snowboard. 1, 2, 3, ayo meluncur!
_____ Kohei dan Emi meluncur paling awal dan merea sepertinya belum jatuh jatuh setelah meluncur sekian jauhnya. Mereka baru terjatuh ketika mengerem snowboardnya akibat kehilangan keseimbangan setelah sekian lama berada di atas papan. Yuyu dan Aiko bisa meluncur cukup jauh hingga mereka menabrak gundukan salju dan berhenti. Untungnya, salju yang ada saat itu merupakan salju baru (mungkin yang turun semalam sebelumnya) sehingga lebih lembut daripada salju lama. Fabio juga meluncur cukup jauh, hanya saja ia harus mengerem mendadak karena snowboardnya berbelok hampir ke arah sisi terjal menuju hutan. Aku dan Shauna tetap saja, masih belum bisa meluncur terlalu jauh, namun setidaknya kami bisa berada di atas papan lebih lama dan bisa mengarahkan dengan lebih mudah dibandingkan ski yang sudah pasti jungkir-balik hanya dalam hitungan beberapa detik. Mizan dan Enzo tampaknya bisa sedikit menggunakan snowboard, hanya saja posisi snowboardnya bukan mengarah tegak lurus dengan turunan, melainkan membentuk sudut siku-siku, alias horizontal, yang tak lain tak bukan adalah posisi untuk mengerem. Ya, Enzo dan Mizan lebih banyak menggunakan posisi mengerem saat bermain snowboard karena sepertinya agak kesulitan jika menggunakan posisi meluncur (posisi mengerem juga sering jatuh kok). Kami terus bolak balik dari atas ke bawah sampai jam makan siang agar semakin mahir bermain snowboard.
1,2,3 let it slide~ (source: personal snapshot)
_____ Sama seperti hari sebelumnya, kami makan siang bersama di dalam bangunan pujasera berwarna kuning. Sebelum makan siang, tak lupa aku menjamak sholat zuhur dan ashar agar tidak terlewat. Untungnya, kali ini aku bisa mengajak Mizan untuk sholat berjamaah di pusat informasi dan ibu penjaga pusat informasi pun mengizinkan kami untuk sholat di pojok ruangan. Seusai sholat, barulah kami makan bersama dengan teman-teman lainnya di tempat makan. Menu yang dipesan pun tidak jauh beda dengan kemarin, karena mau bagaimana lagi, namanya juga sedang berada di tempat wisata yang masih antah-berantah. Cuma sebagai tambahannya aku membeli soft cream sebagai camilan dingin seusai makan. Oh iya, untuk minuman di pujasera tersebut tersedia air putih dan teh hijau yang dapat diambil secara gratis dan bisa diisi ulang sepuasnya lho. Mantap sekali bukan, apalagi buat mahasiswa, wkwkwk.
_____ Seusai makan siang, aku dan beberapa teman-teman mulai bermain snowboard lagi sedangkan sisanya sudah kelelahan bermain di separuh hari sehingga memilih untuk bermain snow nya aja, nggak pakai board. Karena belum puas baru meluncur 5 putara, aku ingin menambah hingga 10 putaran karena main snowboard jauh lebih mudah dan mengasyikkan dibanding ski, apalagi di kondisi cuaca yang cerah. Aku, Shauna, Enzo, Fedi, dan Fabio kembali menaiki lift untuk pergi ke puncak dan menuruninya kembali. Untunglah, setelah jam makan siang, jumlah orang yang ingin meluncur mulai berkurang sehingga kami bisa mengambil foto di tengah perjalanan setelah kami terjatuh di salju. Kali ini aku sudah makin jago bermain snowboard daripada sebelumnya akrena sudah mulai bisa mengatur kecepatan meluncur dan arah berbelok. Jika dibuat game, mungkin Shauna sudah menjadi tipe handling, Enzo dan Fedi tipe speed, aku tipe balance, sedangkan Fabio tipe durability. Oh, tersedia juga advanced class seperti Kohei untuk tipe speed, Emi untuk tipe technique, Aiko dan Yuyu untuk tipe handling. So, choose your snowboard player, ho ho ho!
_____ Mulai pukul 1 siang, puncak ski dan snowboard sudah mulai ramai kembali oleh pengunjung, terutama pengunjung yang masih muda-mudi. Karena sudah mulai ramai kembali, kami berencana bermain hingga dicapai setidaknya 10 ronde meluncur dari puncak, atau sampai kami pegal-pegal karena banyak terjatuh, terguling, terpeleset, nyungsep, dll. Untunglah kami bisa bertahan sampai ronde ke 10 walaupun badan (terutama kaki dan pinggang) mulai encok. Di peluncuran yang ke-10, kami mengambil gambar terakhir yang menghadap langit menjelang sore. Karena dari puncak lereng saat itu cuacanya mulai berawan, jadi mentari sorenya kurang begitu jelas. Meski demikian, aku berhasil juga mengambil gambar terbaik yang menghadap arah mentari sore. Rasanya hari itu puas sekali bermain hingga basah, kotor, dan encok oleh salju. Tak sia sia rasanya aku menghabiskan liburan musim dingin bersama teman teman ke tempat itu.
Sebelum pulang, meluncur dulu gaes walaupun banyak jatuh (source: personal snapshot)
_____ Setelah puas bermain snowboard hingga pukul 3 sore, kami menuruni lereng salju menuju tempat rental dan mengembalikan semua alat snowboard yang kami pinjam. Untuk jaket dan sepatunya, kami masih tetap harus membawanya ke penginapan untuk dikeringkan dan disimpan baik baik sampai hari esoknya. Tak terasa, petualangan di negeri salju sudah sampai di penghujung hari ke-2 dan tiba saatnya untuk kembali ke penginapan setelah paman pemilik penginapan menjemput kami di tempat rental dengan van nya. Bicara soal penginapan, mungkin pembaca ada yang penasaran nih bagaimana sih penginapan kami selama liburan musim dingin di Togari, Prefektur Nagano. Nah pastinya pada penasaran dong seperti apa penginapannya karena liburan musim dingin 3 hari 3 malam bisa semurah kisaran 15.000 yen (1.9 – 2.0 juta rupiah). Penginapannya abal-abal atau mevvah kah, mari simak di postingan selanjutnya!
つづく~~>
Leave a Reply