_____ Setelah UAS, tentu ada libur yang cukup panjang bagi mahasiswa. Selama libur panjang tersebut, anak-anak AIMS pun berencana untuk liburan bersama ke sebuah tempat yang tentu tidak ada di negara-negara asalnya, yaitu TEMPAT BERSALJU. Karena waktu kami di Jepang hanya tinggal sedikit lagi, maka rasanya sayang sekali kalau tidak mencoba liburan main salju, atau lebih tepatnya liburan berolahraga salju. Bukan maksud hati ingin menjadi Yuzuru Hanyu (atlet figure skating terkenal dari Jepang, tapi kami cuma ingin coba coba aja main ski di alam yang beneran (bukan di dunia salju yang ada di mall-mall gitu). Karena itulah, Kohei berinisiasi untuk mengadakan liburan main ski dan snowboard bersama agar setidaknya kami, manusia penghuni negeri tropis bisa merasakan main di salju. Karena kita semua masih mahasiswa, tentu saja Kohei mencari paket liburan yang paling murah, dan Tada~ beneran murah, pakai banget, hanya 15.000 yen saja (sekitar 1.9 – 2.0 juta rupiah). Kami mendapat paket liburan main ski, snowboard, berikut transportasi dan akomodasi selama 3 hari 2 malam ke Togari Onsen & Ski di Prefektur Nagano. Jarang jarang loh orang bisa dapat semurah ini, biasanya harga segini cuma dapat 2 hari 1 malam, dan itu belum termasuk ++ nya.
Chat ajakan untuk liburan musim dingin bareng (source: AIMS gallery)
_____Malam itu, kami berencana berangkat dari Tsukuba pukul 7 malam. Jadi sebelumnya aku terlebih dahulu sholat isya agar tidak terlewat karena aku tidak tahu apakah kondisi perjalanan nanti memungkinkan untuk sholat. Tak lupa, aku sudah menyiapkan semua kebutuhan untuk 3 hari 2 malam, seperti baju ganti, alat mandi, camilan, dll (kalau malam perjalanan berangkat dihitung ya 3 hari 3 malam). Seusai sholat, aku langsung mengayuh sepedaku dan pergi ke parkiran sepeda yang terdekat dengan Stasiun Tsukuba. Setelah memarkir sepeda, aku menuruni eskalator dan tiba di depan gate stasiun. Disana, sudah ada Minh dan Nurul yang sudah tiba lebih dahulu, mungkin setengah 7. Namun sayangnya untuk perjalanan kali ini, Bosh dan Sarah tidak ikut karena alasan pribadi. Untungnya, kami memang tak hanya mengajak anak AIMS Fall 2018, tapi juga anak-anak lainnya seperti Fabio (mahasiswa Brazil yang tinggal di Tsukuba selama 1 tahun), Minh (mahasiswa Vietnam yang emang full time student), dan Emi (mahasiswi Jepang yang baru saja kembali dari program AIMS ke Thailand). Teman teman asal Jepang yang lain pun juga ikut, seperti Yuyu dan Aiko sebelum mereka berangkat ke Malaysia. Jadi asik dan rame nih jalan-jalannya!
_____ Sekitar 10 menit kemudian, barulah 1 per 1 teman yang lain pun berdatangan. Meski dijadwalkan berangkat pukul 7 dan ini adalah Jepang, nyatanya waktu keberangkatan tidak seketat itu. Memang, anak muda Jepang lebih fleksibel soal waktu, jadi kami naik dengan kereta yang berangkat pada pukul 19.08. Ini adalah kali pertama kami naik kereta Tsukuba Express bersama sama, bahkan mungkin inilah waktu dimana kami merancang semuanya secara mandiri (meskipun sebagian besar Kohei yang merancang). Sekitar pukul 19.50, kami tiba di stasiun terakhir, yaitu Stasiun Akihabara. Dari stasiun Akihabara, kami harus berganti line menuju line ke arah Stasiun Shinjuku. Namun, terjadi perseteruan antara Minh dan mbak mbak orang Jepang di kereta menuju Stasiun Shinjuku. Sepasang gadis abg Jepang memotret/merekam kami selama di kereta, padahal kami tidak ada salah apa apa. Minh yang kebetulan berada di belakangku, langsung marah kepada mbak-mbak tersebut karena tindakan tersebut merupakan tindakan yang melanggar privasi dan tentu saja bisa berujung pidana. Karena Minh marah-marahnya dalam Bahasa Jepang, jadi aku tidak mengerti sebagian besar isi omelannya. Yang jelas, Minh meminta mbak-mbak tersebut untuk segera menghapus file tersebut. Saat sampai di Stasiun Shinjuku pun, Minh masih terlihat gusar dengan sikap mbak-mbak barusan yang dengan sengaja merekam/mengambil gambar kami tanpa izin. Untunglah ada Nurul yang bisa menenangkan emosinya sehingga amarah Minh pun mereda tak lama setelah tiba di Shinjuku.
_____ Dari stasiun, kami turun ke arah terminal yang terletak di bawah. Tak hanya stasiunnya saja yang luas, ternyata Terminal Shinjuku pun luasnya pake banget. Kami pun harus membaca peta yang ada di dekat tangga agar tidak salah naik bis. Kami pun tak lama menemukan pemberhentian bis yang kami cari di deretan terminal yang lumayan memutar dari posisi awal kami. Untungnya bis belum datang karena kami tiba di terminal tersebut pukul 9 malam. Bis tersebut direncanakan datang ke terminal pada pukul setengah 10 dan berangkat dari Terminal Shinjuku pada pukul 10 malam. Karena masih lama, kami pun berfoto foto dahulu untuk mengusir kebosanan.
_____ 10 menit sebelum bis datang, kami berbaris untuk mengantri masuk bis. Membudayakan untuk antri sambil menunggu kendaraan adalah salah satu hal positif yang aku suka dari Jepang karena hal ini membuat orang yang datang duluan terlayani duluan, first come first serve. Kami merupakan orang yang antri duluan sehingga kami berbaris di deretan depan, dengan Kohei yang memimpin barisan. Saat bis datang, pak supir membukakan pintu bisnya secara otomatis dan mempersilahkan kami untuk naik ke bis. Karena yang tampak seperti rombongan di antrian hanya kami, maka Kohei mengambil posisi duduk yang paling belakang agar lega kalau mau ngobrol-ngobrol dan main tanpa mengganggu penumpang yang lain. Perjalanan kami berlangsung selama kurang lebih 4 jam kalau jalan terus saja, namun karena ada pemberhentian di rest area sebanyak 2x dengan masing masing selama 1 jam, maka perjalanan kami diperkirakan berlangsung selama 6 jam. Karena masih jauh, jadi aku tidur saja dulu di bis agar nanti begitu sampai sudah fit dan segar (walaupun pegel pegel juga sih tidur sambil duduk begitu).
_____ Pada sekitar pukul setengah 1 malam, kami tiba di rest area yang pertama. Di rest area ini, kami dipersilahkan untuk ke toilet, membeli makanan, atau berkeliling di sekitar rest area. Karena aku masih mengantuk, jadi aku hanya keluar sebentar untuk buang air kecil dan segera kembali ke bis lalu melanjutkan tidur. Beberapa dari teman-temanku keluar bis lebih lama untuk berfoto-foto dan mencari cemilan. Rest area pertama berada di Prefektur Yamanashi, sebuah prefektur yang katanya terkenal dengan buah buahan seperti anggur dan stroberi. Aku pun masih belum bisa tidur secepat itu, jadi aku masih terjaga dan mengobrol-ngobrol sebentar dengan teman-teman. Tak lama kemudian, rasa kantukku datang lagi dan aku pun bisa tidur kembali
_____ Sekitar pukul 3 pagi, kami sampai lagi di rest area ke-2 yang terletak di Nagano. Kali ini, karena sedang ada badai salju deras, kami harus singgah lebih lama hingga badai salju mereda. Saat ku melihat keluar jendela, ternyata benar, di luar sana sedang turun salju lumayan deras hingga jalanan berwarna putih bersih (masshiro, 真っ白). Karena sudah lebih bertenaga, aku pun keluar mengikuti yang lainnya untuk bermain di salju atau masuk ke toko yang ada. Disinilah aku pertama kali merasakan main salju di alam secara beneran (karena sebelumnya cuma pernah kecipratan salju sekilas doang). Aku, Mizan, dan Ezwan pun bermain timpuk menimpuk salju, dan beberapa yang lain seperti Shauna, Camille, Rae, dan Fedi pun juga ikut bermain di sisi seberang agar tidak saling mengganggu “battlefield” kami. Bermain salju ternyata asik juga, karena aku bisa menimpuk sekuat tenaga tanpa membuat badan orang lain terluka, atau membuat kepala bocor. Diantara kami bertiga, Mizanlah yang sepertinya bsia menimpuk paling keras, sedangkan aku menimpuk paling cepat (meskipun agak letoy dan kurang bertenaga), sedangkan Ezwan lebih ke tipe nuker, alias lama tapi bola saljunya besar.
Perang salju di rest area Nagano (source: personal gallery)
_____ Seusai dingin dingin bermain salju, kami masuk ke dalam toko yang ada. Di dalamnya dijual berbagai macam makanan dan minuman, mulai dari makanan camilan dan minuman kaleng di mesin penjual, hingga makanan hangat seperti pie apel yang baru saja matang. Berdasarkan poster yang ada, Nagano merupakan prefektur yang terkenal dengan produksi apelnya yang enak dan besar. Menurutku, poster tersebut tidaklah salah, karena apel apel yang dijual di dalam toko sangatlah besar, bahkan mungkin 2-3 x dari apel yang kumakan saat piknik bersama PPI (baca Fumidasou! 39). Tak hanya ukurannya saja yang besar, tapi harganya juga bisa mencapai 3-5x lipat dari apel biasanya, yaitu 500 yen per buah, iya, PER BUAH. Dengan kata lain, untuk bisa menikmati 1 apel Nagano, kita harus merogoh kocek sekitar 65.000 rupiah (1 yen = 130 rupiah). Meski mahal, untungnya ada tester gratis yang dibagikan oleh ibu-ibu SPG yang ada di bagian depan. Rasanya memang beda, harga memang tak pernah bohong, teksturnya pun benar benar renyah namun juicy ketika diemut. Mantap deh emang apel Nagano, andai boleh nyomot lagi bu…
_____ Di dalam toko, tidak hanya ada apel segar saja, tetapi juga banyak produk olahan apel, mulai dari sari apel, pie apel, choux creme, gallette, es krim, dan lainnya. Aku serasa berada di istana apel karena kemana mana semuanya aroma apel, bahkan restoran yang ada di dalamnya pun juga bau apel. Apa jangan jangan mereka bikin masakan dari apel? who knows… Setelah puas melihat lihat tapi tak membeli, aku kembali berjalan jalan di luar untuk bermain salju. Teman-temanku juga ada yang sudah kembali ke bis, namun sebagian besar masih berada di dalam toko untuk berbelanja ataupun sekedar menghangatkan diri. Saat hampir pukul 4 tiba, bis pun mulai bersiap siap berangkat karena badai salju sudah mereda. Satu per satu dari penumpang pun mulai masuk ke dalam bis. Pak supir memberitahu bahwa perjalanan akan lebih lambat dikarenakan jalanan licin akibat tertutup salju sehingga harus menurunkan kecepatan. Kami diperkirakan tiba pada pukul 6 hingga pukul 7 pagi. Sambil menunggu waktu itu tiba, aku memilih untuk tidur lagi karena waktu subuh masih lama, yaitu pukul setengah 6 lebih. Tak lupa kuset alarm dengan pelan namun getarannya kuset maksimal rata kanan agar aku terbangun tepat waktu.
_____ Akhirnya waktu subuh pun tiba. Karena tak ada air dan tak mungkin berhenti untuk berwudhu pakai salju, jadi tayamum saja di bis. Kini, kami berada di tempat yang makin sepi dan lebih tinggi lagi, dengan pemandangan yang hanya salju, hutan, dan sesekali rumah warga. Bis pun mulai berhenti di beberapa tempat yang telah ditentukan, namun tujuan kami sepertinya masih jauh. Kami akhirnya sampai di tempat ski bernama “Togari” pada pukul setengah 7 pagi, dengan langit yang masih kelabu seraya menurunkan saljunya. Satu persatu dari kami keluar bis dan membawa keluar tas yang disimpan dalam bagasi. Setelah semuanya mengambil barangnya dan turun dari bis, bis pun berlalu, menuju ke tempat selanjutnya dengan penumpang yang sudah tinggal sedikit. Yeay, akhirnya sampai juga!
_____ Saat masuk tempat rental ski, Kohei mengurus pembayaran kepada resepsonisnya sedangkan Yuyu dan Aiko menjelaskan peraturan dan tata tertib di area ski serta mendata peralatan ski yang akan dipinjam, mulai dari jaket, kacamata, papan ski, sepatu, tongkat ski, dan sebagainya. Saat datang, kami tentu tidak langsung bermain ski, tapi duduk duduk dulul di kursi yang terletak di dekat penghangat ruangan. Ada juga yang membeli cup ramen ataupun roti sebagai sarapan paginya di dalam tempat rental. Seusai berleha-leha, kami pun masuk ke ruang ganti untuk memakai pakaian ski dan mengambil peralatan ski sesuai dengan ukuran dan tipe yang sudah didata oleh Yuyu dan Aiko. Pakaian yang disewakan memiliki beragam warna dan ukuran sehingga kita bisa memilih sesuai dengan yang kita suka, tentunya menyesuaikan dengan ketersediaan pakaian yang cocok dengan kita. Setelah memilih pakaian, kami pun siap untuk bermain ski. Tas dan barang-barang kami dimasukkan ke dalam loker otomatis berbayar (yang nanti uangnya kembali lagi saat pengambilan) yang ada di dalam rumah rental.
_____ Okay, alpine skiing…. here we go! Rasanya sudah tak sabar untuk meluncur di atas salju yang putih, mulus, dan lembut itu. Kami pun berjalan perlahan lahan ke luar menuju tempat ski yang letaknya hanya berjalan kurang dari 5 menit dari tempat rental. Meski jalannya menanjak dan kami agak kesulitan dengan pakaian berat ini, namun lama lama sepertinya kami sudah mulai terbiasa. Saat menaiki tanjakan menuju tempat ski, salju pun turun dengan lebih deras lagi. Sepertinya kami akan bermain ski di tengah hembusan angin bersalju…hmm, menarique!
Ayo meluncur! seperti apakah permainan olahraga musim dingin kami? Yuk baca di postingan selanjutnya!
つづく~~>
Leave a Reply