Fumidasou! 60 – Mabit Bōnenkai

_____ Malam tahun baru merupakan salah satu hal yang dinanti-nanti oleh manusia dari seluruh dunia, tak terkecuali Jepang. Biasanya, malam tahun baru di Jepang dirayakan dengan berkunjung ke kuil dan membunyikan lonceng sambil membaca doa. Pagi harinya, orang-orang akan melihaat matahari terbit dan melakukan upacara yang disebut hatsumode (初詣) di kuil. Selain itu, makanan khas tahun baru Jepang yang disebut osechi (お節) pun juga lazim dikonsumsi oleh warga negeri sakura ini. Lalu, bagaimana dengan warga Indonesia yang tinggal di Jepang, apakah ikut melakukan upacara ketuk lonceng dan hatsumode juga? Tentu saja tidak umum, kecuali bagi yang mau mungkin ada juga yang ikutan. Nah, kali ini aku mengikuti acara tahun baruan yang diadakan oleh FKMIT, alias rohisnya Tsukuba yang diadakan selama 2 malam, yaitu tanggal 30-31 Desember. Acaranya akan diadakan di masjid Tsukuba. Walaupun hanya sementara tinggal di Tsukuba, aku juga tentu ingin berperan aktif di acara ini. Makanya, aku juga berpartisipasi sebagai panitia konsumsi, hehehe.

Poster acara pelita (source: FKMIT gallery)

_____ Sebagai panitia konsumsi, aku bertugas mencari keperluan untuk 2 hari acara serta menghubungi peserta yang datangnya jauh untuk disiapkan bentonya (mau daging, ayam, ikan, atau apa gitu…). Kepala divisi konsumsinya tentu yang ibu ibu, yaitu istri dari salah satu anggota FKMIT yang sudah jelas terakreditasi ENAK masakannya. Sehari sebelum dilangsungkannya acara aku pun membeli beberapa kebutuhan acara bersama Pak Fiki. Nah disinilah naluri diskonku bisa dimanfaatkan. Pada hari itu, dari pagi sampai sore aku berburu bahan kebutuhan bersama Pak Fiki.

_____ Pertama, kami pergi ke COSTCO, sebuah pusat grosir besar ala Amerika yang terletak di daerah Gakuen no Mori. Disana, harga barang memang murah dan porsinya besar besar/banyak, namun perlu kartu member untuk masuknya sehingga aku tak bisa sembarangan masuk. Kami pergi ke sana dengan mobil milik Pak Fiki. Di sana, kami membeli beberapa box tissue, muffin, sayuran, dan lain lain. Muffin di COSTCO memang tiada tandingannya deh, 1200 yen dapat 1 box isi 6, tapi besarnya bukan main 1 buahnya dan rasanya pun mantap. Setelah dari COSTCO, kami berpindah ke Gyōmu supa- untuk membeli kebutuhan yang lain.

_____ Di Gyōmu supa-, kami membeli ayam halal, daging halal, minyak goreng, santan, dan beberapa bumbu serta camilan untuk anak anak (ada loh yang sudah bersertifikat halal dari Malaysia, Vietnam, Turki, dan Thailand). Seusai membeli dari supermarket itu, kami beralih ke TRIAL supermarket untuk membeli barang segar. Di TRIAL, kami membeli sayuran, telur, bumbu bumbu lainnya, sabun pembersih, dan perlengkapan lainnya seperti tisu minyak dan alumunium foil. Karena mobil sudah penuh, maka barang belanjaan kami taruh dulu di asrama Ichinoya untuk diurus oleh para wanita tim konsumsi seperti Vanya dan Nadia.

_____ Hal yang terakhir, kami perlu membeli beberapa minuman seperti air, teh, kopi, dan minuman lainnya. Meskipun air keran di Jepang sudah layak minum, tapi masa iya kita menyuguhkan air keran kepada tamu, kan nggak etis. Air keran yang direbus mungkin bisa sih, tapi malah boros gas dan lama lagi masaknya. Selain itu, Pak Fiki juga tidak tahu harus beli dimana biar murah karena rata rata harganya ya kisaran 120 yen lebih per botolnya. Nah, untuk itu, aku menyarankan untuk beli di JASON karena disanalah spesialisnya minuman murah. Aku pun memandu Pak Fiki untuk pergi ke JASON dan beliau benar-benar kaget lihat harga minuman yang kelewat miring. Kami pun membeli hingga 6 dus air (lanjaannya1 dus isi 6, harga 240 yen), serta beberapa botol calpis, jus jeruk, dan susu. Yeaay, belanjaannya selesai.

_____ Hari yang dinanti telah tiba. Pada hari itu, banyak sekali keluarga Indonesia yang ada di Tsukuba datang, mulai dari yang mahasiswa S1 – S3, hingga yang pekerja. Tak hanya Jumlahnya twarga Indonesia di Tsukuba, terdapat pula hadirin dari kota lainnya seperti Joso, Shimotsuma, Mito, bahkan dari kota di prefektur nun jauh di sana seperti Yokohama. Jumlahnya ternyata banyak juga sampai sekian puluh orang hingga 1 ruang utama sholat masjid tidak muat dan harus menggunakan ruangan masjid yang lain. Aku juga bertemu dengan beberapa hadirin yang unik, seperti alumni Tsukuba yang sedang berkerja di Jepang sebagai pegawai kantoran perusahaan besar di Yokohama, hingga wirausahawan tempe di Jepang yang menikah dengan orang Jepang. Oh iya, tak hanya orang Indonesia saja lho yang ikut, ternyata juga ada keluarga orang Jepang muslim yang datang, mulai dari neneknya hingga cucunya yang sudah bersekolah. Hee~ sugoi

Daun daun yang berguguran di Jalan (source: personal snapshot)
Bakso khas Tsukuba (source: personal snapshot)

_____ Acara dimulai pada pukul 10 pagi dengan sambutan dari ketua FKMIT dan beberapa perwakilan daerah lainnya, kemudian dilanjutkan dengan pembacaan ayat suci Al-Quran. Setelah itu karena sudah masuk watu zuhur, maka ada sholat zuhur berjamaah dan dilanjutkan acara makan siang yang kali ini dibuat oleh istri Pak Fiki. Seusai makan siang, ada ceramah yang dibawakan oleh pak ustadz dan dilanjutkan dengan tilawah Quran. Saat waktu ashar tiba, kami langsung sholat ashar dan ada makan makan bakso, yeay. Untuk bakso ini aku juga ikutan membuatnya (baca: menyajikan doang) lho dan rasanya enak banget. Anak anak juga mendapat jatah muffin yang dibelah 4 biar tennag dan nggak rewel. Omong omong soal data makanan, ternyata data yang kudapat akurat lho, karena tidak ada yang salah pesan. Wahh.. jadi kangen Indonesia nih ngelihat suasana ini….

Makan bersama (source: FKMIT gallery)
Seusai mabit (source: FKMIT gallery)

_____ Saat maghrib tiba, tibalah saatnya penentuan apakah para tamu akan pulang atau menginap. Beberapa dari mahasiswa Tsukuba telah menyediakan tempat di kamarnya untuk ditinggali bagi tamu yang datang sendirian. Untuk tamu yang datang berkeluarga, sepertinya akan menginap di hotel terdekat yang tentunya disubsidi biaya menginapnya ataupun pulang ke rumahnya. Acara pada hari ke-2 berlangsung kurang lebih sama dengan hari pertama, dengan bonus makanan sisa acara, baik itu menu utama maupun snack-snack. Sebagai panitia, sebelum pulang tentu kami berberes-beres masjid terlebih dahulu agar tidak merepotkan marbot masjid maupun jamaah masjid yang akan datang selanjutnya. Aku pun mendapat kue mini cake sebanyak 1 kardus yang diberikan oleh Ibu orang Jepang yang datang ke acara, namun karena kue tersebut mengandung alkohol dan shortening (mungkin ibunya belum begitu paham kalau muslim dilarang mengosumsi alkohol dan bahan yang meragukan), jadi tidak disajikan ke peserta acara. Aku pun membawa kue itu ke asrama dan membagikannya kepada teman-teman yang bisa makan tersebut, baik itu di asrama pria ataupun di asrama wanita (aku titip ke Fedi). Senangnya, acara hari itu sangat bermanfaat baik bagiku, bagi seluruh keluarga muslim di Jepang, maupun orang lain.

Mari mempererat silaturahmi antar keluarga Indonesia di Jepang!

つづく~~>

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

Create a website or blog at WordPress.com

Up ↑

%d bloggers like this: