Fumidasou! 51 – Merpati

_____ Setelah melewati ruang hijau kota yang bernama Sakasagawa Ryokuchi, aku akhirnya tiba lagi di Taman Senba + Kairakuen untuk mencari foto-foto yang bagus sambil menunggu bis untuk pulang ke Tsukuba yang seharusnya akan tiba sekitar 3 jam lagi. Berhubung aku belum banyak menjelajahi taman yang super duper luas ini hingga menjadi salah satu dari 3 taman termegah di Jepang, aku pun menyempatkan diri pergi ke sana lagi daripada menunggu bengong di stasiun. Aku pun telah menyeberangi jalan dan jalan lainnya, hingga aku tanpa sadar berbelok ke kiri menuju komplek perumahan. Alhasil aku pun membuka google maps lagi untuk mencari tahu seberapa jauh aku tersasar dan ternyata …… agak sedikit jauh juga ya /^.^”\. Oke, kalibrasi peta selesai dan aku siap melanjutkan perjalananku hingga aku menemukan pintu masuk taman dari arah perumahan warga. Siip… waktunya berburu foto lagi.

Jembatan menuju Taman Senba – Kairakuen (source: personal snapshot)
Papan penunjuk arah (source: personal snpashot)
(水戸市内観光案内図, Mito-Shinai Kankō Annaizu) Peta informasi wisata dalam Kota Mito (source: personal snapshot)

_____ Jadi di pintu masuk dari arah warga tersebut terdapat beberapa patung tokoh penting Jepang pada zaman dahulu, yaitu patung Mitsukuni Tokugawa (dari papan ke arah kiri) dan patung Nariaki Tokugawa + Yoshinobu Tokugawa (dari papan ke arah kanan). Jadi berdasarkan petunjuknya, Kota Mito ini merupakan kota tempat tinggalnya para pemimpin daerah (kayak sultan keraton gitu) Jepang pada zaman samurai dulu. Nah yang di arah kanan tersebut terdapat 2 patung, ayah dan anak dari keluarga Tokugawa (jadi inget lagu Bimbo : Ada anak bertanya pada bapaknya). Nariaki Tokugawa adalah Daimyō, atau pemimpin daerah Ibaraki, tepatnya di Mito pada tahun 1829-1844. Sedangkan Yoshinobu Tokugawa, penerusnya disebut Shichirō Maro karena ia adalah penerus klan Tokugawa generasi ke-7 (Shichirō = anak ke 7, Maro = gelar untuk pemuda pada zaman dahulu). Selain penerus nama klan Tokugawa, sang anak juga menjadi penerus keturunan Shogun berdasarkan garis patrilineal yang ke 51. Sang anak memimpin di era Meiji, yaitu era dimana Jepang memasuki masa industrialisasi dan mulai go global setelah ratusan tahun menutup diri dari dunia luar. Nah di era Meiji inilah para samurai mulai ditumpas karena dianggap menghambat kemajuan gitu oleh sebagian orang Jepang pada masa itu. Makanya sang anak, Yoshinobu Tokugawa, merupakan pewaris tahta Shogun Tokugawa terakhir karena era samurai berakhir pada masa Meiji. Serem juga ya sampai samurai dihabisi begitu karena dianggap sebagai penghambat kemajuan zaman.

Patung Nariaki Tokugawa (徳川 斉昭) dengan penerusnya, Yoshinobu Tokugawa (徳川 慶喜)

_____ Nah setelah beralih dari sisi sejarah, mari kita beralih ke sisi yang lebih fun, yaitu bermain dengan burung. Karena di taman ini terdapat danau yang cukup luas serta banyak jenis tanaman, tak heran jika tempat ini memiliki banyak burung yang hidup di dalamnya, mulai dari yang hidup di permukaan air seperti angsa dan bebek, hingga yang hinggap di pohon seperti merpati dan gagak yang jumlahnya buanyaak banget. Ada juga burung besi, alias perahu angsa yang tersedia di depan pusat informasi. Nah memotret makhluk hidup seperti hewan adalah favoritku karena aku bisa sedikit merasa seperti fotografer majalan NatGeo (meskipun jepretanku masih belum ada apa apanya dibandingkan fotografer NatGeo). Beruntung sekali aku membeli kamera saku Fujifilm XA-2 ini 2 hari sebelum berangkat karena disarankan oleh teman sejurusanku, Fadly. Aku pun jadi bisa memotret dengan baik, setidaknya lebih baik daripada menggunakan kamera HP.

_____ Dari dek di depan pusat informasi ini, aku bisa melihat birunya danau yang berpadu dengan birunya langit. Di kejauhan aku juga bisa melihat pepohonan yang membelakangi gedung sehingga cityscape tampak lebih hidup dengan bangunan dan alam. Ketika aku sedang memotret di dekat tralis dek, beberapa burung merpati datang dan bertengger di atas teralis. Wah, sebuah kesempatan langka untuk bisa memotret merpati dari dekat. Di kejauhan juga terdapat angsa hitam yang sedang berenang mengapung di permukaan danau. Rasanya senang sekali dikelilingi banyak hewan, berasa pangeran salju gitu cuma minus salju hehehe.

_____ Pertama tama aku memotret burung merpati dahulu, namun karena hasilnya kurang bagus, aku pun berjalan mendekat. Alhasil, mereka kabur berterbangan menuju sebuah papan di tengah danau, menyisakan 1 ekor yang masih bertengger di tralis dek. Aku tidak menyianyiakan kesempatan ini sehingga langsung kuambil fotonya dengan tenang sebelum terbang. Berhubung papan di tengah danaunya tidak jauh dan masih dalam jarak optical zoom, maka aku juga mengambil foto foto merpati yang sedang berkumpul itu. Cekidot!

(鳩と水戸) Merpati dan Mito (source: personal snapshot)
(一緒に飛ぼうか) Siap terbang lagi gak, kawan? (source: personal snapshot)
(黒鳥のリップル) Black swan’s ripple (source: personal snapshot)
Beberapa warga Taman Kota Mito dari kejauhan (source: personal snapshot)

_____ Bergeser ke sisi lainnya, aku disambut oleh bebek-bebek ini yag sedang berkumpul di tepi danau. Ada seorang nenek yang membgaikan roti juga untuk para bebek sehingga para bebek ini berjalan menuju sang nenek. Karena tampak menggemaskan, aku pun tak luput untuk mengambil foto foto bebek tersebut. Bebek-bebek tersebut tampaknya agak galak, mungkin karena aku memotret terlalu dekat di jam makannya. Oleh karena itu aku pun harus menjaga jarak agar bisa mengambil gambarnya. Karena ada 2 bebek yang berbeda jenis sedang berpose bagus di tepi danau, aku merasa harus mengambil fotonya juga sebagai kenang-kenangan. Entah kenapa aku merasa kalau pose 2 bebek ini mirip dengan logo sebuah merk sambal yang ada di Indonesia ya~ hmm..

Mirip logo sebuah merk sambal kah? (source: personal snpashot)

_____ Setelah puas berfoto dengan para unggas, aku akhirnya keluar taman melalui jembatan penyebrangan jalan raya yang terhubung dengan sebuah kuil. Kuil tersebut tampak bagus dan masih terdapat beberapa pohon ginko yang lengkap dengan daun emasnya. Aku ingin mengambil foto di kuil tersebut, namun sayang, terdapat tulisan dilarang mencari pokemon di dalam kuil. Hubungannya apa mengambil foto dengan pokemon? Penjaga kuilnya sepertinya sudah memasang mata awas ketika ada orang megeluarkan gawainya sehingga aku pun mengurungkan niatku. Mungkin, dulu pernah ada yang saking terobsesinya main Pokemon Go, hingga mencari pokemon di dalam kuil dan menggaggu jamaah / pengunjung. Makanya, kalau di tempat ibadah jangan berlebihan main game nya! Setelah mengunjungi kuil yang ada di seberang jalan, tak lengkap rasanya jika tidak berkeliling Kota Mito berhubung tidak terasa jam sudah menunjukkan pukul 3 sore. Aku akhirnya sholat ashar di taman dan kemudian memutuskan untuk tinggal lebih lama lagi di kota ini dan berencana naik bis yang tiba pukul 17.50.

_____ Saat mencari di google maps, aku mendapat rekomendasi tempat bagus yaitu Mito Art Tower yang terletak di arah utara dekat pusat kota. Aku pun memutuskan untuk berjalan kesana karena sudah kepalang tanggung berjalan sekian jauhnya. Aku pun berjalan di keliling danau lagi dan menuju jalan raya di sebelah timur taman. Disana, aku hanya perlu berjalan di trotoar dan lurus saja mengikuti arah jembatan, kemudia berbelok kiri di jalan besar. Tampaknya mudah, namun realitanya tidak semudah itu karena semakin sore suhu semakin dingin. Belum lagi, Kota Ini tampak lebih besar dari yang kubayangkan. Aku pun akhirnya tiba di sana pada pukul 4 sore. Namun sayangnya, selain perlu merogok kocek untuk masuk, musium juga sudah mau tutup sehingga rasanya tak akan puas jika hanya sebentar. Maka dari itu, aku hanya berjalan jalan di pusat kota sambil menunggu pukul 17.50 malam tersebut. Aku juga membeli bekal di supermarket terdekat untuk menahan lapar karena sepertinya aku akan makan malam di Tsukuba saja.

Jembatan menuju kuil di Kairakuen (source: personal snapshot)
Rute menuju Mito Art Tower (source: google maps)

_____ Saat berjalan menyusuri pusat kota, aku baru sadar bahwa ternyata kota ini memang besar sehingga disebut ibukota. Bagaimana tidak, pusat pertokoannya tampak lebih besar dan ramai dibandingkan dengan Tsukuba atau Tsuchiura, bahkan sepertinya mirip dengan foto foto pertokoan yang ada di Tokyo. Namun sayangnya, kota ini kekurangan 1 hal, yaitu kereta bawah tanah. Ya, untuk kota sebesar ini sepertinya perlu kereta bawah tanah untuk mempermudah akses pergerakan manusia yang banyak ini, terlebih kota ini menyandang status sebagai ibukota prefektur. Meski demikian, kota ini masih enak jika dipakai untuk berjalan kaki atau bersepeda.

_____ Seusai berjalan keliling kota, sudah saatnya aku untuk kembali ke Stasiun Mito. Ini adalah pertama kalinya aku masuk ke dalam karena sebelumnya aku hanya di luarnya saja. Aku masuk ke stasiun melalui pintu utara dan kaget bahwa stasiun ini tak ubahnya seperti mall, besar dan megah. Sambil menunggu waktu maghrib tiba pada pukul 16.22, aku menunggu di McDonald’s sambil makan es krim. Di dalam McD, terdapat banyak sekali anak sekolah yang sepertinya siswa-siswi SMA. “Ah, iya, ini kan jam pulang sekolah!” pikirku. Setelah makan eskrim, waktu maghrib pun tiba. Karena bingung mencari tempat sholat, aku pun sholat di teras stasiun yang luas banget itu (lihat Fumidasou! 19). Sepertinya orang orang melihatku karena aku menggelar sajadah dan meletakkan tas di pojokan, tapi untungnya mereka hanya melihat dan berlalu, tidak ambil pusing dengan hal itu karena aku tidak menghalangi jalan siapapun.

Mito Art Tower dari luar (source: personal snapshot)

_____ Masih jam 5, masih ada 50 menit lagi hingga bis tiba. “Ngapain yaahh… bingung aku?” tanyaku dalam hati kebingungan harus apa. Ya sudah, aku akhirnya terpikir untuk membeli makan malam berupa bento isi tuna dan salmon saja di dalam stasiun. Wadidaw, ternyata harga bentonya 800 yen keatas. Tampak enak sih, tapi mahaaaal layaknya ekiben pada umumnya. Akhirnya aku pun akhirnya membeli onigiri saja yang harganya 100 yen per buah dan menunggu di dalam stasiun untuk mencari kehangatan karena suhu sudah mencapai titik anomali air, yaitu 4 derajat. Seusai berbelanja makanan dan kebutuhan, masih ada 30 menit lagi hingga bus tiba sehingga aku pun pergi ke bawah teras stasiun (Terminal Mito) untuk menunggu di halte no.4. Namun setelah sekian lama menunggu, hingga pukul 17.50, bis tidak kunjung datang juga. “Nggak mungkin kan telat, ini Jepang lho” pikirku. Aku pun menunggu hingga pukul 18.15 namun bis belum datang juga. Karena penasaran, aku mengecek jadwal yang tertera di mading halte 4 dan menemukan informasi bahwa halte 4 untuk bis Tsukuba-Mito hanya untuk jam pagi saja. Karena panik, aku mengecek ke halte yang lain dan sepertinya bis Tsukuba-Mito untuk jam sore ada di halte lain. “Waduuhh….. masa aku nginep di stasiun sampe besok?” gumamku agak kecewa.

_____ Karena tak ingin berlama lama lagi, aku pun memberanikan diri untuk naik kereta saja ke Tsuchiura lalu sambung dengan bis menuju Tsukuba (karena tidak ada kereta langsung ke Tsukuba). Aku akhirnya harus merogok kantong lebih dalam, yaitu 1500 yen untuk seluruh perjalanan. Aku pun membeli karcis kereta di mesin tiket untuk ke arah Tsuchiura, yaitu Joban Line seharga 970 yen. Aku naik kereta yang tiba pada pukul 18.30. Di dalam kereta terdapat banyak orang yang pulang kerja, jadi kikuk sekali rasanya di dalam kereta. Sesampainya di Tsuchiura pada pukul 19.30, aku langsung keluar dan berlari menuju terminal di sebelah stasiun. Untungnya, bis menuju Tsukuba masih ada hingga pukul 10 malam. Meski begitu, suasana bis sudah sepi sekali, hanya berisikan 5 orang termasuk aku. Sesampainya di Tsukuba, aku langsung membayar uang parkir sepedaku di mesin, mengeluarkan sepedaku, dan mengayuh menuju asrama. Aku akhirnya tiba di asrama pada pukul 9 malam dan bertemu Mizan di dapur yang sedang memask mie rebus. “Dari mana mal?” tanyanya. “Ini, aku baru dari Mito untuk buat izin kerja. Kau tak buat juga zan?” tanyaku balik. “Tidak mal. Sudah rehat dulu, apa mau kubuatkan mee juga?” tanyanya sambil menawarkan mie maggi. “Tak usah zan, terima kasih. Aku masih ada nasi sisa tadi pagi kayaknya” Jawabku sambil berlalu ke kamar. Setelahnya aku dan Mizan makan bersama di meja makan di dapur.

Sungguh, perjalanan yang melelahkan akibat kekurangan informasi. Meski begitu, tetap saja menyenangkan karena kau berhasil memanen banyak foto bagus.

つづく~~>

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

Create a website or blog at WordPress.com

Up ↑

%d bloggers like this: