_____ Sebagai mahasiswa, terlebih mahasiswa rantau di negeri nun jauh dari kampung halaman tentunya perkara finansial menjadi hal yang penting. Selain karena nilai rupiah lebih lemah untuk ditukarkan ke yen sehingga nominal yen yang didapat tidaklah seberapa, kita juga perlu uang untuk lebih dari sekedar bertahan hidup. Bisa sih irit medit bahil kikir, tapi yakali hanya jadi mahasiswa kupu kupu. Oleh karena itu, mencari pundi pundi uang tambahan selain dari beasiswa (yang untuk kasusku berjumlah minim) ataupun dari orang tua (bagi anak pejabat ataupun horang kayah), kita juga bisa melakukan yang namanya kerja sambilan, part time, atau arubaito kalau di Jepang namanya. Nah arubaito sendiri tentunya banyak jenis pekerjaannya, mulai dari kasir, penata barang di supermarket, pelayan restoran, hingga menjadi petugas kebersihan di sebuah hotel. Banyak juga mahasiswa Jepang yang melakukan arubaito meskipun terbilang berkecukupan karena biasanya mereka bisa berjalan-jalan ke luar negeri menggunakan uang hasil arubaito tersebut (kayak temanku misalnya). Akhir akhir ini, tak jarang juga mahasiswa asing yang melakukan arubaito, seperti orang India yang bekerja di 7 Eleven dekat kampus, ataupun orang Vietnam yang bekerja di restoran terdekat. Selama itu legal dan tidak mengganggu waktu belajar, kenapa nggak?
_____ Untuk bisa melakukan arubaito SECARA LEGAL, ingat, SECARA LEGAL (bukan diam-diam menyelinap kayak ninja dalam bekerja dan mengelabuhi petugas yang berwajib), sebelum kita mendapatkan izin bekerja pada tempat yang kita inginkan, kita juga perlu mengurus beberapa kebutuhan yang salah satunya adalah izin bekerja atau work permit terlebih dahulu. Untuk mendapatkannya, kita harus mengurusnya di kantor imigrasi (Kanim) yang berada di tiap ibukota prefektur (kecuali disebutkan lain). Berhubung ibukota prefektur Ibaraki adalah kota Mito (水戸市), maka aku pun harus pergi ke Kanim yang terletak di kota tersebut. Sebelum berangkat, terlebih dahulu aku harus menyiapkan beberapa hal penting, diantaranya:
1. Kartu izin tinggal (在留カード, zairyū ka-do)
2. Paspor asli dengan halaman visa yang masih aktif
3. Fotokopi paspor bagian data pribadi & halaman stempel kedatangan (siapkan halaman visa juga buat jaga-jaga)
4. “Formulir izin penambahan kegiatan selain dari yang sebelumnya terdaftar” yang sudah diisi (ada juga Kanim yang menyediakan formulir tersebut on the spot seperti di Mito)

_____ Setelah menyiapkan itu semua (kecuali nomor 4 karena baru tahu saat disana), barulah aku bisa berangkat ke Mito. Karena satu satunya moda transportasi yang tersedia secara langsung dari Tsukuba – MIto adalah bis TM Liner Bus yang beroperasi hanya 4 kali dalam sehari, yaitu pukul 06.30, 08.30, 16.30, dan 18.30, maka mau tidak mau aku harus stand by di halte bis Tsukuba Center sebelum pukul 06.30 pagi (katanya sih mulai tahun 2019 jam operasional bisnya akan ditambah). Harga karcis bis dari Tsukuba menuju Mito adalah 1030 yen dengan durasi perjalanan sekitar 80 menit. Tujuan akhir bisnya adalah halte di bawah Stasiun Mito bagian pintu selatan (tempat aku ikut menggalang dana pada Fumidasou! 19) dan itu sudah hanya tinggal jalan sedikit menuju Kanim sehingga kita bisa tidur sepanjang perjalanan. Bisnya sendiri akan datang di halte Tsukuba Center nomor 4 mulai pukul 06.20 dan berangkat pada pukul 06.30 (karena aku berusaha datang sepagi mungkin, takutnya antri atau gimana gitu disana, ya nggak?).
_____ Selain opsi pertama dengan bis yang jadwalnya sangat sedikit, kita juga bisa naik kereta dari Stasiun Tsuchiura. Kita bisa naik bis yang beroperasi rutin tiap 20-30 menit (tergantung nomor bisnya) menuju Staisun Tsuchiura dari Tsukuba Center, kemudian sambung lagi dengan kereta yang berangkat setiap 20-30 menit sekali (tergantung nomor keretanya) menuju Stasiun Mito. Tarif bisnya sendiri adalah 530 yen sekali jalan sedangkan tarif keretanya adalah 970 yen sehingga total 1x perjalanan adalah 1500 yen (selisih 470 yen, lumayan bukan untuk 1x perjalanan?). Oh iya perlu diingat bahwa nomor halte bis dan peron kereta akan berbeda beda tiap waktunya dikarenakan tujuan akhirnya pun berbeda, jadi sebisa mungkin jangan tertidur jika mengambil opsi ke-2 ini karena beberapa bis dan kereta tidak menjadikan Stasiun Mito sebagai pemberhentian terakhir.
“Selalu perhatikan jadwal dan nomor tiap bis dan kereta yang akan kita naiki”
(Aldila AM)

_____ Aku pun hari itu menggunakan opsi pertama dengan bis yang berangkat pada pukul 06.30 pagi. Saat aku sampai di halte nomor 4, di depanku ada sekitar 8 orang yang akan naik bis (sepertinya sih mau bekerja gitu di Mito, Mito kan ibukota prefektur gitu loh). Perjalanan hanya berhenti 3 titik, yaitu di Kota Ishioka, kemudian melewati tol dan keluar lalu berhenti di kantor gubernur Ibaraki, dan terakhir di Stasiuin Mito. Perjalanan berlangsung tanpa hambatan karena jalan raya maupun tol sama sekali tidak macet. Aku pun sampai di Stasiun Mito pada pukul 08.20 pagi. “Ini Kanimnya udah buka belom ya???” tanyaku dalam hati. Aku pun turun dari bis dan membayar dengan uang tunai (bisa juga menggunakan kartu Suica jika ada). Karena bis berhenti di terminal yang ada di lantai dasar area luar stasiun, maka aku naik eskalator yang ada untuk menuju teras stasiun yang ada di lantai 1-nya (tempat aku menggalang dana dulu pada Fumidasou! 19). Dari sanalah aku bisa memantau aku harus berjalan kemana karena saat itu di Mito hanya daerah itu saja yang kutahu, tidak lebih. Oh iya untuk alamat kantor imigrasinya sendiri berada di 「2-9-12 Jonan, Mito-shi Ibaraki, Prince Building」. Kanimnya sendiri beroperasi dari pukul 08.00 – 12.00, kemudian berlanjut lagi mulai dari pukul 13.00-16.00 selama hari kerja.

_____ Berdasarkan google maps, jarak antara pintu selatan Stasiun Mito menuju Kanim tidak sampai 1 km, hanya sekitar 700m saja, lurus dan belok kiri, sejalan dengan arah sungai. Karena sedekat itu, tidak mungkin dong aku naik ojek online bis dalam kota atau taksi, sehingga aku pun memutuskan untuk berjalan kaki saja, toh masih pagi ini. Aku pun berjalan menuju jembatan yang tinggal lurus saja dan berbelok kiri lalu melewati 3x pertigaan kecil. Tak lama kemudian, aku menemukan bangunan kantor imigrasi pada sebelah kanan jalan. Gedungnya sendiri mudah ditandai dengan bagian kaca berwarna biru yang tampak dari arah kita berjalan (bangunan sekitarnya tidak ada yang seperti itu soalnya). Kita pun dapat masuk ke dalam dengan mudah, cukup mengatakan bahwa kita akan mengurus izin arubaito (アルバイトの許可, arubaito no kyoka) kepada resepsionis atau satpam yang berjaga. Mereka akan mengarahkan ke bagian untuk mengurus hal tersebut, yaitu di sebuah ruangan di lantai 1. Disana kita hanya perlu mengambil nomor antrian dan form seperti di atas (kalau tidak menyiapkan dari rumah). Setelah nomor kita dipanggil, kita akan mendatangi meja petugas dan menyerahkan semua berkas. Saat aku mengurus izin arubaito ku, kondisinya tidak terlalu ramai karena masih pagi sehingga aku pun dipanggil dalam kurun waktu setengah jam setelah 10 orang menuju meja petugas (ada 2 loket yang dibuka waktu itu).
_____ Rupanya banyak juga yang akan mengurus izin, tidak hanya izin arubaito, tetapi juga ada yang mengurus izin pendirian usaha, seperti bapak-bapak asal Pakistan (apa Bangladesh ya?) yang duduk di sebelahku yang ingin mendirikan sebuah restoran khas negaranya di salah satu kota di Prefektur Ibaraki. Saat nomorku dipanggil pun, aku hanya cukup menyerahkan semua hal yang kubawa dan hanya ditanya rencananya akan arubaito di tempat apa (aku menjawab di sebuah restoran cepat saji di Tsukuba). Tanpa banyak A I U E O, petugas pun langsung memproses dokumenku dan menyuruhku untuk mengunggu sekitar 10-15 menit hingga nomorku dipanggil lagi ke meja pengambilan. Dan benar, hanya dalam waktu kurang dari 15 menit, aku pun dipanggil ke meja pengambilan. Sambil menunjukkan cap izin arubaito di balik kartu izin tinggalku, petugasnya menjelaskan bahwa izin arubaito ku legal karena dokumen yang diproses semuanya valid. Petugasnya pun menambahkan bahwa maksimal jam kerja arubaito adalah 28 jam per minggu. Oh iya, pengurusan izin arubaito ini tidak dipungun biaya sepeserpun alias GRATIS, jadi NO pungli punglian, NO lama lamaan. Mantap deh emang Jepang!!

_____ Selidik punya selidik, katanya lokasi kantor imigrasi yang ada di gedung itu hanyalah kantor sementara karena kantor aslinya sedang direnovasi (atau dibangun ulang gitu…). Untuk kantor barunya yang akan aktif pada tahun 2019, akan bertempat di 「 〒310-8540 Ibaraki, Mito, Kitamicho, 1−1 1F 」. Letaknya agak menyilang dari kantor sementara, yaitu dari pintu utara Stasiun Mito kemudian lurus dan belok kiri. Sepertinya akan sedikit lebih jauh dari kantor yang lama, tapi nggak masalah karena jalan kaki di Mito lumayan nyaman.

_____ Nah setelah mendapatkan izin yang legal, aku bisa mendaftar arubaito di sebuah restoran cepat saji yang tentunya sudah pasti kita kenal, yap! McDonald’s. McD tempat aku akan bekerja adalah McD yang terletak di mall IIAS Tsukuba yang letaknya sekitar 5 km dari asrama Ichinoya (dekat stasiun Kenkyūgakuen dan supermarket Don Quijote). Karena McD cabang tersebut sedang kekurangan orang (tampak dari poster yang dipajang di foodcourt mall), maka aku berencana melamar kerja sambilan disana. Saat mendaftar dan mengisi formulir, Tenchō (manajer toko) nya pun sangat baik dan mau menungguku untuk membuat rekening bank. Oh iya, kebanyakan tempat arubaito mengharuskan kita memiliki rekening bank terlebih dahulu untuk prasyarat pendaftaran dan agar bisa terima gaji (yakali mau kerja romusha), sedangkan beberapa tempat ada yang memperbolehkan membuat rekening setelah mendaftar kerja. Saranku adalah membuat rekening di JP Bank (ゆうちょ銀行, Yūchō Ginkō ), sebuah bank BUMN di bawah Kantor Pos Jepang yang cabangnya terletak di dekat Tsukuba Center karena bank tersebut tampaknya cukup mudah ditemui di berbagai tempat di Jepang, (termasuk ATM nya) dan bunga 0% (alias NO Riba) meskipun berat di ongkos transfer uang dan transaksi lainnya.
_____ Kalau sudah bekerja arubaito, maka kita bisa mendapatkan sumber dana tambahan untk kebutuhan sehari-hari, tabungan, maupun rekreasi, hingga mengirim uang untuk keluarga di Indonesia. Di McD IIAS Tsukuba, gaji per jamnya adalah 820 yen, sedikit diatas UMR yang perjam yang nilainya 800 yen. Dengan bekerja 28 jam seminggu (atau bisa juga hingga 40 jam seminggu di minggu minggu sibuk seperti libur natal & tahun baru, golden week, dll), dalam sebulan kita bisa mendapatkan upah hingga 98.000 yen (sekitar 13 juta rupiah jika kurs 1 yen = 135 rupiah, asumsi bekerja selama 30 hari, 28 jam per minggu + 2 hari setelahnya bekerja masing-masing 4 jam). Lumayan banget kan buat ditabung atau untuk memenuhi kebutuhan kita! Belum lagi kita juga bisa mendapatkan makanan dari restoran setelah bekerja dengan harga miring.
_____ Saat arubaito, kita juga bisa berkenalan dengan sesama rekan kerja yang otomatis akan menambah kelancaran komunikasi kita (baik dalam Bahasa Inggris maupun Bahasa Jepang). Di McD IIAS Tsukuba, terdapat banyak sekali orang asing, mungkin 1/3 dari total karyawannya. Ada yang berasal dari Nepal, India, Tiongkok, Mongolia, Filipina, hingga Malaysia. Salah satu kelebihan di McD IIAS Tsukuba adalah kita dapat memilih jam kerja sebisa kita (tidak harus dipatok 28 jam per minggu) dan bisa memilih hari. Jadi seandainya pada hari tertentu kita sibuk kuliah, atau ada agenda lain, kita dapat melaporkan kepada tenchō PALING LAMBAT SEMINGGU SEBELUMNYA agar tenchō memasang jadwal kita di hari yang longgar. Namun, apabila pada hari tersebut dan jam yang dimaksud jumlah karyawan yang masuk dirasa sudah cukup menurut tenchō, maka kita tidak bisa mengisi di hari dan jam tersebut sehingga kita bisa mengganti di jam lain atau di hari lainnya. Biasanya, jumlah hari yang cepat penuh limitnya adalah hari biasa sedangkan pada hari libur (terutama libur panjang atau libur hari besar), kita malah diharapkan pada banyak yang mengisi dikarenakan restoran biasanya sangat ramai.
_____ Hal yang perlu diingat ketika bekerja arubaito adalah JANGAN SAMPAI TELAT (seperti bekerja di Jepang pada umumnya). Apabila kita menjadwalkan masuk pada pukul 8 pagi, maka kita harus tiba paling lambat 15 menit sebelumnya di lokasi untuk berganti pakaian dan menata diri (lebih baik lagi kalau 30 menit sebelumnya). Selain itu, patuhi peraturan yang berlau di tempat kerja, seperti tata tertib, kode pakaian, kebersihan, dan sebagainya. Apabila kita menjadi karyawan yang cukup teladan (paling minim kesalahan dalam tata tertib, pekerjaannya paling baik, dsb), maka bukan hal yang tak mungkin kita mendapat semacam award dari tenchō, seperti pada akhir bulan Desember aku mendapatkan 3 kupon makan gratis paket burger (bebas memilih burger, side dish, dan minum, bahkan yang termahal sekalipun) dan box berisi coklat. Namun, karena aku tidak bisa makan burger ataupun side dish (kecuali cold dessert) di McD karena alasan kehalalan, maka aku menggunakannya untuk mentraktir teman temanku, Emmanuel, Elisabeth, dan Riki. Yeay!
_____ Wah, tak terasa pembahasannya panjang sekali untuk arubaito ini sampai keluar dari pembahasan pengurusan izin di kantor imigrasi Mito. Seusai aku mengurus izin pada pukul 9 pagi, aku pun berjalan jalan keliling kota Mito sambil menunggu jam kedatangan bis menuju Tsukuba pada pukul 16.30 ataupun 18.30. Ngapain aja yah, hmm…. Mari baca postingan selanjutnya!
~~>つづく