Hai sobat Teppan semuanya, pernahkah kalian berpikir mengenai fenomena “ghaib” seperti ini…:
- Kalian jemur baju di halaman/teras, tapi pakaian kalian kering dengan sendirinya setelah ditinggal ke kampus/ kerja seharian. Padahal, air kan menguapnya di suhu 100’C sedangkan kita jemurnya di suhu 25-30’C, bukan dimasukin ke dalam oven.
- Kalian beli es teh, es beserta air tehnya ada di dalam gelas dan mas-mas nya nuangin nggak sampe tumpeh-tumpeh. Tapi kok bagian luar gelasnya terasa ada basah basahnya ya…. (bahkan mungkin beberapa dari kalian ada yang cuci tangan pake basah-basahnya gelas tersebut? :V)
Kalo iya…. tenang, kalian nggak sendiri kok. Kita bukan sedang dihantuin oleh jin pembuat kering maupun jin pembuat basah. Tapi kita sedang digentayangin dengan fenomena yang melibatkan PSIKROMETRI. Apa tuh? Singkatnya, psikrometri itu adalah ilmu yang berkutat-katit dengan kata “panas” dan “lembab”. Definisi ilmiah dan lengkapnya bisa dicari di internet maupun buku.
Sounds too much engineering stuff…. Jadi hubungannya ama makanan apa nih?
Hubungannya?? Hemm…. sebanyak bintang di langit dan buih di lautan #ceileh~. Tentu saja hubungannya banyak dengan makanan. Nah mari kita mulai dari penyebab utama kenapa postingan ini dibuat, AIR. Kita semua tau kalo air itu terdapat di mana mana, dari minuman, makanan, hingga udara. Dari yang namanya air itu, muncul istilah kelembaban absolut dan kelembaban relatif. Apa lagi ituh??? Gampangnya, kelembaban absolut adalah jumlah air yang ada dalam suatu benda. Sedangkan kelembaban relatif (RH) adalah rasio jumlah air yang ada dalam suatu benda dengan kapasitas maksimal, atau air murni.
Sebagai ilustrasi, coba bayangin botol PET air minum (asumsi kapasitas 500 ml) dengan galon air (asumsi kapasitas 20L, atau 20.000 ml). Botolnya kemudian kalian isi sebanyak 300 ml. Untuk galonnya, diisi dengan air se-ember (pake corong yak biar ga tumpah hehe) sehingga isinya sekarang ada 8L air (8000 ml). Kelembaban absolutnya adalah jumlah air di masing-masing wadah, yang berarti 300 ml (300 g) untuk botol dan 8000 g untuk galon. Sedangkan kelembaban relatifnya (RH) nya adalah 60% untuk botol dan 40% untuk galon (jumlah air/ maksimum air yang bisa ditampung). Sampe sini masih jelas kan?
Nah trus kalo saya bilang galonnya lebih lembab rela nggak? “Nggak dong, kan persenannya lebih gede yang botol min!”. Ya, itu bener, tapi kalo kalian tumpahin ke badan kalian, lebih basah yang mana? Nah itu dia logika di dalam masalah kelembaban ini, RH yang tinggi belum tentu mengandung air lebih banyak dibandingkan RH yang rendah.
Trus masalahnya apa min ama makanan? Buang-buang air itu berfaedah gitu?
Nih ya, sama halnya dengan botol dan galon tadi, kasusnya kali ini adalah udara. Ya, kalian bakal sering nemuin kasus RH di udara, baik itu di ilmu pangan ataupun ilmu cuaca, bahkan sekedar nanya mbah gugel suhu & cuaca hari ini pasti dikasi tau sekalian kelembabannya (%RH nya). Pada tau kan dari SD atau SMP, udara bisa memuai kalo kena panas, sebagaimana halnya dengan benda cair atau padat? Udara yang panas memiliki kapasitas tampung yang lebih gueedeee dibandingkan udara dingin. Alhasil, kelembaban absolutnya pun bisa beda meskipun %RH di yang ditunjukin mbah gugel sama. Dengan kata lain, walaupun kelembaban di Jakarta 70% dan Tsukuba 70%, jumlah kandungan air di udaranya tentu berbeda karena di Jakarta suhunya 30’C sedangkan di Tsukuba kini 5’C (lagi musim dingin nich T–T). Well, coba kita ganti kasusnya dengan saat Summer, dimana kondisi Jepang bisa berbalik dengan Indonesia sama kayak masa Winter nya. Suhu di Jakarta dan Tsukuba sama sama 30’C, tapi RH Jakarta 70% sedangkan di Tsukuba 85%. Wah kalo ini sih berarti udara di Tsukuba mengandung lebih banyak air daripada di Jakarta. Tapi dampaknya apa sih?
1 . Untuk kasus pertama, walaupun kelembabannya sama sama 70%, tapi jangan harap kalo di Tsukuba akan lembab seperti yang dibayangkan. Kering banget mas bro neng sis! Karena suhunya rendah, otomatis jumlah air maksimum yang bisa “ditampung” oleh udara pun semakin sedikit (Inget! sepenuh penuhnya botol PET diatas masih belum sampe 10% nya galon). *Kasus udara mungkin gak seekstrim botol vs galon, tapi bayangin aja gitu. Efeknya: Dijamin kulit dan bibir anda akan terasa kering, keriput, pecah pecah, bahkan gampang luka (kayak saya huhuhu T-T), karena terjadi proses pindah massa. Air di permukaan kulit kalian lama lama terambil sama udara di luar karena udara pengen setimbang.
2. Untuk kasus kedua, walaupun suhunya sama sama 30’C, tapi kelembabannya berbeda. Artinya, udara lebih jenuh dengan air daripada kulit kita, sehingga Tsukuba jelas terasa lebih lembab, dan kita yang di Tsukuba akan merasa lebih gerah dan keringetan terus (Kalo orang Jawa bilangnya Sumu’). Karena gerahnya yang menggila itulah membuat Jepang terasa lebih panas daripada Indonesia meskipun suhunya sama. Karenanya, banyak orang yang terkena heat stroke di musim panas, terutama saat cuaca sedang ekstrimnya (bisa sampe 40’C). Udara di musim panas adalah “ukuran galon” sedangkan udara musim dingin “berukuran botol PET”.
Dengan demikian, kasus di paragraf pertama bisa terjawab dong!
3. Kasus jemuran. Kenapa jemuran bisa kering, karena adanya air yang pindah dari cucian ke udara. Tau sendiri kan cucian basah sama udara lebih banyak air yang mana~
4. Kasus minuman es teh. Kenapa bisa basah gelasnya, karena udara yang ada di cafe yang mengalir di sekitar gelas “mendadak” diturunkan suhunya oleh gelas yang dingin. Asumsinya seperti kalian punya air sebanyak 8L di galon tadi, tapi tiba tiba galonnya menciut jadi sebesar botol PET. Tumpeh-tumpeh kan airnya?? Nah sama dengan kasus ini, dimana kapasitas udara di cafe mendadak mengecil di sekitar gelas, sehingga gelasnya jadi basah karena udara mengembun dan “tumpah” airnya.
湿度 – Shitusdo atau tingkat kelembaban adalah kuncinya. Nah begitulah kira-kira pengaruh “permainan” kelembaban dalam kehidupan sehari hari. Untuk masalah yang terjadi beneran di makanan, bisa kita ambil ilustrasinya dari contoh berikut:
5. Kalian punya 2 roti yang sama yang diletakkan dalam kulkas, 1 nya masih terbungkus dengan plastiknya sedangkan 1 nya tidak berbungkus dan dibiarkan terbuka. Roti yang dibuka akan mengalami staling, atau pengerasan, karena air di permukaan roti “kesedot” oleh udara di kulkas. Roti yang dibungkus dengan plastik mungkin akan lebih tahan dari fenomena pengerasan ini, karena air di permukaan roti dicegah untuk “kabur” oleh plastik.
6. Cover picture dari post ini. Itu adalah kopi hasil freeze drying dari pacarnya Riki Sato (Riki nya nggak suka kopinya, jadi dikasih ke saya wkwkwk). Tentu produk yang di freeze dry keringnya bukan main dan flavornya tetap terjaga, tapi apa konsekuensinya? Serpihan kopinya mudah sekali lembab dan lengket kalo nggak segera ditutup setelah dibuka, karena perbedaan kelembaban yang “jomplang” antara permukaan serpihan kopi dengan udara di kamar.

“Hmmm… menarik yah ternyata dari 1 biang keroknya yaitu AIR, tapi banyak yang bisa dipelajari. Tapi kenapa dari tadi nyebutnya permukaan kulit, permukaan kopi, permukaan roti. Kenapa harus permukaan?”
Jadi dalam psikrometri, suhu permukaan bahan tempat air menempel dan pindah disebut dengan dry bulb temperature (DB), sedangkan suhu air murni (saturation temperature) disebut dengan wet bulb temperature (WB). Kenapa dinamainnya begitu? Karena DB adalah suhu yang terukur oleh termometer dalam kondisi kering, sedangkan WB adalah suhu yang terukur ketika termometer diselimutin lap basah. Permukaannyalah yang menentukan pindahnya air, datang atau pergi, jadi basah atau jadi kering.
Psikrometri gak lengkap kalo nggak pake grafiknya. Nah berikut adalah contoh grafik psikrometri (saturan SI) untuk tekanan 1 atm (101.325 kPa). Di bagian bawah (sumbu x) adalah suhu DB sedangkan yang melengkung pada bagian paling kiri dan bergaris ungu adalah suhu WB (RH 100%) yang kadang disebut dew point atau titik embun, karena udara menjadi air di titik itu. Garis melengkung ungu yang berada di tengah adalah RH. Di sebelah kanan (sumbu y) adalah jumlah air yang tertampung per kilogram udara kering. Kebayang dong penggunaannya untuk kasus sebelumnya?

Misal, untuk kasus musim dingin dan musim panas antara Tsukuba dan Jakarta. Di kelembaban yang sama (RH 70%), musim dingin di Tsukuba yang bersuhu 5’C memiliki air sebanyak 0.004 kg (4 g) per kg udara kering, sedangkan di Jakarta udaranya yang bersuhu 30’C memiliki air sebanyak 0.019 kg (19 g) per kg udara kering. WOW HAMPIR 5x LIPATNYA, WARBYASAHH. Coba kita ganti dengan kondisi Tsukuba di musim panas, yang suhunya sama sama 30’C kayak Jakarta, tapi kelembabannya 85%. Ternyata, jumlah air yang ada di udara Tsukuba adalah 0.023 kg (23 g) per kg udara kering. Uwaaa… pantesan aku merasa basaaah~
Cara bacanya gimana sih? Pertama, kita tentuin dulu suhunya, yaitu 30’C. Maka langsung cuzz liat ke bagian bawah grafik, yaitu suhu DB. Kemudian kita tentukan kelembabannya, yaitu 70%. Maka langsung aja tarik ke atas sampai menyentuh garis melengkung RH 70%. Setelah itu, tinggal tarik deh ke kanan (sumbu y) untuk melihat berapa sih banyaknya air per kg udara kering. Kalo ingin tahu suhu bola basahnya, tinggal tarik aja secara diagonal mengikuti garis hijau karena entalpi nya sama. Simpel khaaan~
Trus, aku kudu piye buat ngadepin yang kayak begini….. Tenang, kita bisa akalin perbedaan kelembaban ini dengan berbagai cara kok!
1 . Pakai krim/lotion selama musim dingin. Lotion/krim ini akan menghambat air keluar dari kulit sehingga menjaga kelembaban kulit. Plus biasanya ada nutrisi khusus dari krim/lotionnya yang bisa menunjang kelembaban kulit. Karena saya tipe orang yang kulitnya emang udah kering dari sononya, jadi di Jepang semakin tersiksa karena saking keringnya kulit dan bibir saya bisa menggelap, pecah-pecah, dan berdarah dengan sendirinya. Belum lagi saya harus berangkat part time pagi-pagi yang suhunya ughhh…. bisa sampe minus. Mungkin beberapa orang bisa menggunakan krim/lotion dari Indonesia, atau petroleum jelly. Tapi untuk kasus saya, krim dan petroleum jelly dari Indonesia nggak ampuh (saking keringnya kulit T…T). Makanya saya beli krim ini di supermarket, lumayan lho efeknya (Bukan ENDORSE LOH! wkkwkw). Di Amazon Jepang juga ada kok :D. Kalo beli, lebih baik cari yang 薬用 – Yakuyō, artinya untuk pengobatan, karena memang ditujukan untuk mengobati kulit yang udah pecah-pecah.
2. Selalu tutup kemasan makanan dengan rapat, terutama produk ekstrudat dan bubuk. Produk biskuit pun bisa melempem kan kalo nggak segera ditutup. Ekstrudat seperti snack jaman SD dan produk bubuk sangat mudah menyerap air karena memiliki luas permukaan yang luas, apalagi dengan banyaknya rongga di dalemnya.
3. Perhatikan ANGIN! Untuk kasus jemuran, adanya angin akan sangat menguntungkan (bisa ngerugiin juga sih kalo jemurannya mental ke rumah orang, apalagi pakaian dalam wkkwkw). Semakin banyaknya aliran angin, maka perpindahan air akan semakin cepat sehingga jemuran bisa lebih cepat kering. Tapi dalam kasus musim dingin, adanya angin justru akan membuat kulit serasa tertusuk jarum, dan bikin kulit makin tambah kering. Makanya, pastikan jaket, celana, dan sarung tangan terbuat dari bahan yang bisa nahan angin, terlebih jika kulit emang udah kering dari sononya seperti saya. Untungnya celana trekking dari Pak Alam (lihat FUMIDASOU! – 2) sangat tahan angin.
Sekian pembahasan Teppan kali ini, semoga bermanfaat \(^o^)7
AAM
つづく~~>
Leave a Reply