_____ Toko barang biasa sudah, 100 yen shop sudah, terus di Jepang ada apa lagi nih? Tentu dong, ada yang unik lagi, salah satunya adalah 0 Yen Market. bentar bentar, 0 yen? Itu toko?
_____ Long story short, jadi sewaktu aku ingin pergi ke Tsukuba Hall karena ada pameran sains gitu, aku menaiki sepeda melewati jalan kampus yang menembus ke Tsukuba Center melalui jembatan yang sambung menyambung. Sesampainya di Tsukuba Center bagian atas terminal bis, aku dikejutkan oleh banyaknya orang yang berkerumun di 1 titik dekat pohon di jembatan Tsukuba Center. “wah ada apa nih rame banget?” tanyaku dalam hati. Sesampainya aku di kerumunan dekat pohon, aku melihat ada papan tanda bertuliskan “0 Yen Market, kuru kuru hiroba“. Aku pun berpikir apakah aku perlu untuk melirik tokonya atau tidak dan akhirnya aku putuskan untuk ikut berkerumun.
_____ Aku pun masuk ke dalam kerumunan yang mayoritas adalah emak emak, ada juga sih bapak bapak tapi nggak terlalu banyak. Di tengah kerumunan, aku didatangi oleh seorang wanita paruh baya yang menanyakan apakah aku tertarik untuk mengambil barang dari 0 yen shop ini. Aku pun menjawab, “ya, aku tertarik!”. Beliau pun kemudian menjelaskan bahwa ini adalah proyek amal sekaligus bersih bersih rumah dari paguyuban warga RW Amakubo gitu. Di Jepang, budayanya adalah menghemat pembelian dan menggunakan barang sampai rongsok dan tidak bisa dipakai. Namun karena barang-barang ini masih pada bagus dan layak pakai, sedangkan penggunanya sudah tidak ada (baca: meninggal), ataupun merasa sudah tidak relevan lagi. Selain itu, membuang barang berukuran besar tentu akan memakan biaya lagi karena pembuangannya tidak bisa dicampur dengan sampah biasa (harus memanggil bagian pembuangan sampah besar) dan barang barang tersebut dirasa mubazir jika dianggap sampah karena masih sangat bagus. Jadi warga RW Amakubo berinisiatif mengadakan proyek ini untuk “memusnahkan” barang-barang mereka.
_____ Lalu konsepnya bagaimana? Sederhana. Pengunjung bisa membawa barang bekas mereka yang masih layak pakai (bisa pakaian, perabotan, mainan, buku, dll, asalkan bukan barang konsumsi) ataupun membayar seikhlasnya ke kotak yang sudah disediakan oleh panitia. Setelahnya, pengunjung bisa mengambil sebanyak apapun yang ia mau, barang apapun, kecuali yang sudah dipesan. Pengunjung pun dapat memesan apabila pihak paguyuban menerima barang yang ia inginkan, sebagai contoh A ingin papan skateboard, maka jika nanti ada yang mengumpulkan papan skateboard maka akan disimpan sampai si A datang ke 0 yen market. Benar benar konsep yang bagus kan! Mengurangi sampah sekaligus bermanfaat bagi orang lain.
_____ Nah aku pun bercerita ke ibunya bahwa aku mahasiswa baru di Tsukuba, jadi masih belum mengenal kondisi di Tsukuba maupun Jepang dengan baik, jadi aku mungkin akan mengambil banyak. Ibunya pun langsung bereaksi senang gitu, serta langsung mengambilkan ku beberapa pakaian, diantaranya topi tebal, 2 setel jas (warna biru tua dan abu abu), 1 box berisi 4 gelas kaca (gelas bir), jaket hitam tipis berisi bulu angsa, dll. “Eh serius bu sebanyak ini buat saya?” tanyaku kaget. “Iya buat kamu. Kan kamu anak baru, jadi saya yakin kalau kamu butuh banyak pakaian tebal dan beberapa perabotan buat mengisi kamarmu. Jepang itu dingin loh, jadi kamu butuh pakaian yang lebih tebal dari yang kamu pakai sekarang!” katanya dengan riang. “Wah terima kasih banyak bu, saya taruh dulu di keranjang sepeda” jawabku. “Iya, silahkan. Nanti kalau masih muat ambil lagi kesini ya. Ini ada beberapa kantong kresek dan kertas buat menaruh di sepeda” lanjutnya.
_____ Senangnya mendapat barang barang yang bermanfaat dan masih sangat bagus. Belum sempat kembali, aku sudah bingung menata barang barang yang kubawa ini di keranjang sepeda karena sudah hampir penuh. Saat selesai menata barang di keranjang, tiba tiba ada suara yang memanggilku dari belakang. “Lagi ngapain mal, ini ada apaan rame rame?” tanya seseorang dari belakang yang ternyata Pak Supri yang sedang bersepeda bersama istri dan anaknya, berikut beberapa keluarga PPI lainnya. “Ohh ini pak, ada 0 yen shop. Kita bebas ngambil gitu setelah bawa barang bekas yang masih layak pakai ataupun memasukkan uang ke kotak amal di meja panitia situ” jawabku. “Oooh pantesan, kamu dateng ya ke tempat ginian hahaha. Emang paling tau deh kalo ada barang murah atau gratisan kamu ini hehe” jawab Pak Supri sambil tertawa. “Nggak tau juga pak aku, tadi pengen ke Tsukuba Hall kebetulan lewat sini dan diminta ibu ibunya ngambil barang, yaudah langsung saya sikat. Pak Supri nggak mau liat liat dulu nih, ambil apa gitu kali aja ada yang bagus?” tanyaku sambil mengajak Pak Supri untuk ikut. Pak Supri pun mengiyakan dan turun dari sepeda untuk melihat lihat.
_____ Sekembalinya aku ke keramaian dari menata barang di keranjang sepeda, sang ibu panitia membagikan brosur seraya berkata, “Oh iya, kita di Tsukuba Center hari ini cuma sampai jam 2 lho, kamu ajak aja teman temanmu yang sesama mahasiswa baru ke sini buat borong. Pasti mereka juga butuh beberapa barang kan? Bazar 0 yen market selanjutnya tertulis di brosur ini ya, kita pindah pindah lokasinya”. “Jam 2 yaah, hmm….. sekarang udah 1.30 waduh, keburu nggak ya. Oke bu saya coba hubungi mereka via LINE” jawabku. Ibunya pun menambahkan sambil mengambilkan beberapa pakaian dari yang digantung di rak, “Oh iya, ini ada lagi, down jacket putih kayaknya pas juga buat kamu, sama jaket biru tua kotak kotak ini juga kayaknya pas nih. Ini lumayan nahan dingin dan keren loh buat anak muda”. “Waduh, terima kasih banyak bu, 誠にありがとうございます。Pasti sangat bermanfaat buat musim dingin nanti. Kalau boleh tahu, kenapa ada banyak jaket dan jas kayak yang tadi ya bu? Kelihatannya ini semua kan pakaian mahal, belum lagi tadi barang barang lain yang ibu kasih kayaknya masih bagus banget” kataku. Ibunya pun membalas, “Oh itu jasnya punya kakak saya yang cowok, terus habis dia pensiun, badannya jadi gendut dan jasnya jadi nggak muat, padahal dulu badannya se kamu loh. Makanya saya taruh di 0 yen shop, kali aja ketemu orang yang pas badannya. Itu dia belinya original dari Christian Dior dan Yves Saint Laurent lho, waktu itu dia beli 1 nya sekitar 130.000 yen”
“130.000 yen!” jiwa sobat iritku langsung tergoncang
_____ “130.000 yen itu setara dengan 17 juta, dan itu untuk 1 setel. Belum ditambah sama yang 1 nya dan jaket lainnya, ini bazar apa crazy rich asian lagi donasi nih” gumamku dalam hati. “Baik bu, sekali lagi terima kasih banyak atas pemberiannya”. Aku pun menaruh jaket itu di keranjang, dan Pak Supri pun menyapaku lagi, “Widiih, borong banyak nih mal. Mantaap. Saya balik duluan ya” katanya sambil naik sepeda dan bersiap pergi. “Iya nih pak, tadi dikasih banyak sama ibu ibunya, karena katanya saya mahasiswa baru jadi perlu banyak barang”. kataku. Seusai aku menaruh barang di keranjang, aku kembali lagi ke kerumunan. Aku pun hanya mengisi kotak sumbangan serta mengambil barang yang ringan dan kecil saja, seperti magnet kulkas dan gantungan kunci Yo-Kai watch, anime anak anak yang lagi naik daun. Tak lama kemudian, aku pun pergi mengendarai sepedaku dengan kepayahan karena keranjangnya penuh sekali dan aku tidak membawa tas ransel saat itu sehingga semuanya ditumpuk di depan sampai mencuat keluar. Aku pun tidak jadi ke Tsukuba Hall untuk melihat pameran.
_____ Sekembalinya aku ke asrama dan berjalan menuju kamar, aku dilihat oleh Tony (teman sebelah kamarku yang dari Taiwan) yang baru selesai memasak. “Widihh, belanja banyak mal?” tanyanya. “Nggak nih, habis dari 0 yen market. Oh iya, aku ada barang menarik nih buatmu, tunggu bentar ya” kataku. “0 yen market? itu toko apaan?” tanyanya terheran heran, sama sepertiku saat pertama kali mendengarnya. “Iya tadi di Tsukuba Center ada orang bagi bagi barang gitu. Bayar seikhlasnya, ambil sepuasnya. Coba ikut deh yang kali selanjutnya” jawabku, sambil memberikannya gelas bir, mangkok, dan beberapa hiasan yang tadi kuambil. “Wadow, ini bukannya gelas bir? emangnya kamu minum bir?” tanyanya lagi sambil terheran heran. “Aku tadi ambil aja apapun yang berguna, karena aku nggak ada gelas yaudah aku ambil aja, sekalian sama yang lain juga” jawabku lagi. “Wah, makasih banget bro. Coba ah ikut kalo ada lagi” katanya. “Siip sama sama, ntar kukabarin deh kalo ada 0 yen market lagi” kataku mengakhiri pembicaraan, sambil masuk kamar. Sesampainya di kamar, aku langsung meletakkan barang barang tersebut di lantai. Setelahnya aku langsung menempel brosur yang diberikan ibu tadi agar ingat kapan dan dimana 0 yen market selanjutnya diadakan.
_____ Begitulah cerita dari 0 yen market ini, yang emmang sangat bermanfaat bagi kelangsungan hidup anak kos. Setelah mencoba beberapa pakaian, akhirnya aku putuskan untuk memberikan beberapa kemeja dan jas biru tua Yves Saint Laurent kepada salah satu temanku yang dari IPB yang sedang AIMS di Jepang juga di beberapa kampus berbeda seperti, Danny ataupun Mazi karena ukurannya yang sangat besar dan tidak muat di badanku. Aku pun menghubungi mereka agar bisa mengambilnya di Tsukuba. Selain karena uurannya yang tidak pas, aku juga tidak mungkin memasukkan semuanya ke dalam koper karena sudah terlalu penuh. Alhasil, aku hanya mengambil Jas abu abu tersebut, jaket tebal biru tua, serta down jacket putih dan jaket isi bulu angsa hitam yang rencananya akan kubawakan untuk ibu dan adikku.
Tuh kan, memang 0 yen market ini bermanfaat, tidak hanya untuk yang mengambil barangnya, tetapi juga buat orang lain, iya nggak? Semoga 0 yen market selanjutnya aku bisa mendapat barang yang bagus juga, hehehe.
つづく~~>
Leave a Reply