_____ Sepeda. Sebuah alat transportasi yang tidak hanya berfungsi sebagai pemercepat laju pergerakan manusia, tapi juga menjadi alat olahraga. Di Indonesia, sepeda merupakan hal yang terkadang dimiliki oleh tiap keluarga, ataupun individu. Bersepeda di Indonesia terkadang menjadi dilema tersendiri, selain karena akses jalan untuk pengendara sepeda yang minim (baik jumlah maupun kualitas, AYO PEMERINTAH INDONESIA, TOLONG BUAT JALUR SEPEDA YANG LAYAK, BELAJAR DARI JEPANG ATAU BELANDA GITUU 😀), kondisi lingkungan seperti panas dan polusi turut meredam niat pengendara sepeda. Alhasil, sepeda hanya lumrah dijumpai saat hari libur saja sebagai sarana rekreasi dan olahraga, sedangkan pada hari biasa tampaknya masih cukup jarang ditemui (meskipun di Jakarta tren bike to work mulai meningkat, namun masih tetap jarang dijumpai). Beberapa jalan di kota besar mulai dibuat ramah sepeda, seperti trotoar yang lebih luas, dan bahu jalan khusus pesepeda. Namun, akses tersebut umumnya hanya dijumpai pada jalan besar (seperti MH. Thamrin di Jakarta), sedangkan di jalan lainnya, seringkali trotoar tidak rata, berlubang, terhalang objek (pedagang, pohon, tiang listrik, dll), berhimpitan dengan parit, bahkan terkadang beradu dengan pengendara motor yang tak beradab nan jahiliyah.
_____ Lain ladang lain belalang, ya, hal itu cukup kontras dengan Jepang yang tiap rumah, bahkan tiap orang memiliki sepeda setidaknya 1. Akses untuk pesepeda pun tersedia cukup banyak, mulai dari jalan sepeda sendiri (seperti sakura rin rin road, lihat Fumidasou! 22), trotoar yang cukup luas ataupun lajur sepeda sendiri yang dipatuhi oleh seluruh pengguna jalan untuk daerah urban, serta trotoarnya yang mulus dan cenderung tidak curam dengan jalan (bahkan di beberapa tempat rata dengan jalan, hanya berbataskan conblock). Nah karena sepeda adalah masalah vital, berhubung tidak ada G**EK atau G**B, maka aku pun harus segera membeli sepeda. Memang, aku sudah pernah punya sepeda yang kubeli di FJB Tsukuba dari Nikol, tapi sepeda tersebut sangatlah berat, mulai berkarat, dan tidak ada surat pengamannya. Aku pun memutuskan untuk membeli sepeda seken aja karena hanya tinggal sebentar (kalo tinggalnya setahun lebih sih beli baru ya).
_____ Nah, aku menemukan toko sepeda bekas yang bernama Kimura Cycle and Parts (サイクルアンドパーツ・キムラ), yang pernah kulihat saat bersepeda dengan pak Yuli. Letaknya ke arah selatan, melewati pusat kota, di daerah perumahan. Jaraknya cukup lumayan dari Ichinoya. Aku pun memberanikan diri untuk pergi ke sana sendiri menggunakan bis hingga Tsukuba center lalu jalan kaki berhubung sepedaku sudah dilego. Saat memasuki toko, terdapat beberapa buah sepeda bekas yang kondisinya masih sangat terawat, mulai dari harga 6000 yen hingga 13.000 yen. Tokonya juga menjual beberapa sepeda baru yang tentunya terletak di dalam toko, sementara sepeda bekas terletak di luar. Aku bingung antara memilih yang harganya 6000 atau 7000, namun karena aku mencari yang murah, akupun memilih yang 6000 yen. Ya, sepeda merah merona lengkap dengan kunci dan dinamo untuk lampu sepeda.
_____ Setelah memililh, aku pun dihadapkan pada secarik kertas. Ya, pembelian kendaraan, memang erat hubungannya dengan dokumen, tapi kalau di Jepang, sepeda pun tak luput dari dokumen tersebut. Umumnya, sepeda di Jepang memerlukan semacam stiker nomor (anggep aja plat nomor) yang menunjukan bahwa pemilik sepedanya berasal dari daerah tertentu (seperti dalam kasusku, yaitu prefektur Ibaraki). Fungsinya adalah jika terjadi kehilangan, maka bisa dilacak keberadaannya. Selain itu, jika terjadi pencurian, pemilik bisa mengajukan klaim untuk melawan bantahan dari sang pencuri jika pemiliknya membawa “STNK” nya (atau kertas registrasinya). Pak pemilik kemudian mengambil pensil untuk menulis di secarik kertas berlapis macam kwitansi tersebut sambil menanyakan padaku perihal yang harus diisi. Oh iya, jangan lupa membayar biaya stiker plat nomor dan registrasi ya, BIAYA TERGANTUNG TEMPAT TINGGAL (dalam hal ini, Tsukuba, dikenakan biaya 800 yen).
Apa aja sih yang harus diisi di lembar registrasi tersebut? Yuk kita bahas mulai dari atas! Semoga bermanfaat 🙂
A.) 自転車防犯登録票 ( Jitensha Bōhan Tōrokuhyō ) = Lembar/ karcis registrasi pencegahan kejahatan pada sepeda. [自転車 =Jitensha = sepeda, 防犯 = Bōhan = pencegahan kejahatan, 登録 = Tōroku = registrasi, 票 = hyō = Label]
*所有者が代わる場合は、新規登録です = Shoyūsha ga kawaru baai wa, shinki Tōroku desu = Apabila ada pergantian pemilik, maka menjadi registrasi pemilik yang baru. [ 代わる = Kawaru = berganti, 新規 = shinki = pemilik baru]
1.) 区分 = Kubun = Pembagian golongan. [変更 = Henkō = Pengubahan, 抹消 = Masshō = Penghapusan, 登録日 = Tōrokuhi = Tanggal pendaftaran]
2.) 防犯登録票番号 = Bōhan Tōroku Ban’gō = Nomor pendaftaran (alias nomor stiker plat yang kita dapat)
3.) 車体番号 = Shatai Ban’gō = Nomor badan kendaraan (nomor sepedanya, biasanya ada di frame nya)
4.) 車種 = Shashu = Model/bentuk kendaraan [ スポーツ = supo-tsu = sport, 軽快 = keikai = jenis ringan (jenis yang biasa dipakai sehari hari), 実用 = Jitsuyō = Praktis (mirip keikai, cuma lebih panjang, bentuknya kayak ontel, dan ada penyeka keranjang di belakangnya), ミニ = Mini = Sepeda lipat, 子供 = Kodomo = Anak-anak, MTB-ATB = Sepeda buat mendaki gunung, 電動 = Dendō = Sepeda listrik, その他 = sono hoka = lainnya).
5.) メーカー名 = Me-ka- mei = Nama pembuat [ コード = ko-do = kode, コード表参照 = ko-do hyōsanshō = Merujuk pada kode terlampir]
6.) 色 = Iro = Warna [赤 = Aka = Merah, 橙 = Daidai = Jingga, 茶 = Cha = Teh (dalam konteks ini warna coklat), 黄 = Ki = Kuning, 緑 = Midori = Hijau, 青 = Ao = Biru, 紫 = Murasaki = Ungu, 白 = Shiro = Putih, 灰 = Hai = Abu-abu, 黒 = Kuro = Hitam]
7.) 所有者 = Shoyūsha = pemilik, [ 住所 = Jūsho = Alamat, 楷書で正確に記入して下さい = Kaisho de seikaku ni kinyūshite kudasai = Harap tulis menggunakan huruf balok (bukan huruf ala kaligrafi) dengan benar, 〒 = Kode pos, 県 = Ken = Prefektur/provinsi, アパート等 = Apa-to tō = Detail apartemen (nama bangunan, lantai, dan kamar), 氏名 = Shimei = Nama lengkap, 氏 = Shi = Nama keluarga, 名 = mei = Nama depan, フリガナ = Furigana = Tulisan cara baca namanya dalam huruf Hiragana / Katakana, 電話番号 = Denwa Ban’gō = Nomor telepon]
8.) 取扱店コード = Toriatsukai ten Ko-do = Kode toko pengurusan (tanya ama penjualnya aja) [ 取扱店名ーゴム印 = Toriatsukai tenmei – gomuin = Nama toko pengurus – stempel karet (cap resmi dari tokonya), TSマーク (有・無) = TS ma-ku (Ari / Nashi) = Tanda asuransi sepeda, (ada / tidak ada) ]

_____ Seperti apa sih tanda keamanannya? Nih seperti gambar diatas, sebenarnya hanya sekedar stiker sih, bukan berbentuk plat nomo kayak untuk mobil atau motor, tapi lengket banget dan anti air jadi bisa awet sampai bertahun tahun. Setelah mengurus berkas, pak penjual juga menjelaskan kalau di sepeda ini ada 3 gigi yang bisa kupakai, dan sudah termasuk pengunci sepeda yang tertanam. Hah maksudnya apa tuh? Jadi beberapa jenis sepeda di Jepang (biasanya yang nomor 2,3, dan 6 dari kertas registrasi diatas) itu sudah tertanam penguncinya. Jadi sudah bisa dikunci kalau seandainya parkir tanpa perlu beli kunci tambahan yang digulung gulung itu (tapi kalo beli juga gakpapa sih biar lebih aman). Biasanya pengunci yang built-in diletakkan di bagian bawah jok dengan roda belakang. Praktis khan?

_____ Tidak cuma pengunci, sepeda ini juga dilengkapi dengan dinamo dan lampu di bagian roda depan. Yah, meski demikian, lampunya lampu kuning dan sudah tidak begitu terang, tapi tidak apa apa, namanya juga sepeda bekas. Biasanya sepeda tersedia dalam bentuk lampu kuning dan lampu putih. Sepeda tipe lama, dengan dinamo yang manual (harus dicetek dulu ke roda), biasanya menggunakan lampu kuning, sedangkan sepeda keluaran baru, dengan dinamo yang otomatis (selalu nyala), biasanya menggunakan lampu putih. Karena aku masih ada lampu dari sepeda sebelumnya, jadi aku menambahkan lampu putihku ke sepeda merah ini sehingga bisa lebih terang dan aman kalo malam (sepeda dengan dinamo manual biasanya lebih berat kalo dinamonya dinyalakan dan agak berisik).

_____ Setelah registrasi nomor keamanan, aku juga perlu untuk registrasi nomor kampus. Naah, kalo yang ini fungsinya khusus untuk pelacakan kalau hilang karena stiker yang ini lebih canggih dengan chip. Beberapa tempat, seperti kampus, kadang ada juga yang memiliki stiker IC pribadi. Namun, karena stikernya jadi dalam 3 hari, jadi sambil menunggu itu aku diberikan tanda gantungan untuk digantung di stang. Aku mengurus stiker IC ini bersama Adrian dan Emmanuel (temanku yang dari UGM) pada hari senin, dan stikernya beneran jadi pada hari kamis lho. Mantaap.
_____ Nah, kira kira sekian informasi seputar sepeda di Jepang. Jangan lupa untuk selalu memeriksa 3 hal, yaitu lampu, rem, dan surat karena jika bermasalah, maka urusannya bisa runyam dengan petugas kepolisian. Pastikan lampunya menyala cukup terang (jangan sampe remang-remang, apalagi mati), remnya tidak aus, dan surat surat kalian dibawa untuk membuktikan kalau sepeda kalian bukan curian (simpan aja surat registrasinya selalu dalam dompet). Selamat bersepeda!!

つづく~~>
Leave a Reply