_____ Hari ke 2 Sohōsai (蘇峰祭), hari yang terkesan lebih akbar dibandingkan hari pertama karena pada malam harinya akan ada berbagai penampilan langsung dari beberapa grup tari & musik asal Tsukuba, yang konon salah satu dari grup pengisi acaranya ada yang memiliki anggota orang Indonesia loh, yaitu kak Rafa. Ya, kak Rafa sebelumnya telah me-request di grup facebook PPI untuk datang menonton pertunjukan modern dance nya yang akan ditampilkan pukul 7 malam waktu setempat. Wiih, jarang jarang loh, mengingat biasanya UKM di kampus hanya berisi orang Jepang saja, dan kalaupun ada orang asingnya, biasanya hanya sedikit dan itupun yang sudah fasih Bahasa Jepangnya. Kak Rafa termasuk salah satu dari sedikit anggota PPI yang fasih berbahasa Jepang, jadi nggak heran kalau kak Rafa bisa mengikuti UKM nya dengan lancar jaya.

_____ Nah, hari ke 2 ini kumulai dengan berjualan kembali di depan gedung Daigaku Kaikan (大学会館), itu loh, balairungnya Tsukuba (anggap saja fungsinya mirip GWW nya IPB yah :D). Saat berangkat, kulihat banyak daun sedang berguguran, begitupun daun yang bergelantungan akibat banyaknya jaring laba-laba di pepohonan sekitar Ichinoya. Emang ya, daerah tempat tinggal kalau sudah dekat dengan hutan, sawah, dan kolam besar pasti banyak aja makhluk-makhluknya, termasuk laba laba ini (selain burung gagak yang beterbangan tiap sore). Dan laba labanya pun nggak seperti laba laba yang biasa dilihat di perumahan di Indonesia, melainkan laba laba dengan ukuran yang cukup besar (yah ga sebesar tarantula juga sih tapi). Sesampainya di Daigaku Kaikan, kulihat kondisinya masih kurang lebih sama seperti hari sebelumnya, sudah mulai rame padahal belum jamnya buka.
_____ Teng tong, akhirnya jam buka dimulai. 1 per 1 pengunjung mulai berdatangan. Karena hari ini hari minggu, jadi banyak keluarga yang sedang membawa anaknya juga sehingga suasana pun makin ramai. Tidak cuma warga Tsukuba, warga daerah lain pun juga ada yang beradatangan, salah satunya terlihat dari plat mobilnya yang bertuliskan Tsuchiura (土浦), alias kota sebelah Tsukuba. Yuuk yuuk dibeli, Ojisan, Obasan, anak anak muda~~. Hingga beberapa saat sebelum zuhur, aku dan fedi izin pergi karena orang Indonesianya sudah banyak yang datang sehingga stand bisa ditinggal. Kami berkunjung ke tempat teman asal Filipina, yaitu Rae, Shauna, dkk yang bertemakan Masskara, alias topeng topengan gitu. Di stand mereka, terdapat “adobo“, makanan yang terbuat dari ayam, dan “turon“, makanan yang kurang lebih sama dengan piscok berbalut kulit pangsit. Niatnya, kami ingin berkunjung juga ke tempat teman teman yang lain, seperti Malaysia dan Thailand. Untuk Brunei, sayang tidak ada stand nya karena jumlah pelajar Brunei di Tsukuba terlampau sedikit, sehingga “Omda” nya nggak memungkinkan untuk membuka stand.

_____ Sepulangnya dari berkeliling, aku juga berkunjung ke stand temanku yang dari Uzbekistan, ya, stand nya si Umid Cs. Mereka malah menjual semacam kebab dan es krim ala Turki gitu. Wahh, jarang jarang nih nemu kebab di Jepang, kecuali mamang yang keliling pakai mobil Ali’s kebab. Aku pun kembali ke stand Indonesia dan melaksanakan zuhur berjamaah dengan beberapa teman yang sudah jaga stand. Rupanya, stok makanan kami tinggal sedikit, sehingga diperkirakan akan habis sebelum jam 4, yeay. Kami pun merasa lebih lega karena akhirnya bisa berkeliling setelah membantu beres beres stand. Aku pun juga memang berencana izin sebelum jam 1 siang karena akan ada penampilan di aula dalam Daigau Kaikan. Penampilan tersebut berasal dari temanku yang bernama Taiga, pemuda jurusan ilmu kebumian asal kota Koshigaya prefektur Saitama (agak deket lah sebenernya ini sama Tsukuba).
_____ Taiga ini memang orangnya supel banget, tercermin dari pengalamannya yang pernah ke luar negeri beberapa kali (ke Italia untuk study tour, ke Malaysia untu exchange selama hampir setengah tahun, dan mungkin masih ada lagi). Oh iya, dia juga termasuk orang Jepang yang Bahasa Inggrisnya lumayan bagus loh, jadi enak banget buat diajak ngobrol, apalagi aku masih pemula kelas plankton banget Bahasa Jepangnya. Selain Bahasa Inggris, dia juga pernah ikut ekskul kendo (itu loh olahraga yang main pedang pedangan dari bambu), dan flute (bukan suling rekorder jaman SD yah). Nah, kali ini dia mengajakku untuk nonton penampilan UKM nya gitu, dan GRATISS TISS TISS. Enak toh!
_____ Aku pun memasuki Daigaku Kaikan, dan benar, memang sudah ramai pengunjung yang mengantri di depan aulanya. Beberapa pengunjung memang anak muda yang sepertinya mahasiswa Tsukuba, sisanya adalah bapak bapak, ibu ibu, dan adik kecil yang diajak masuk (mungkin keluarga salah satu pemainnya kali ya). Aula pun disorot lampu putih di bagian depannya, menyisakan kegelapan di bagian kursi penonton. Entah kenapa kursi penonton deret 1 dan 2 kosong, padahal deret di belakangnya cukup penuh. Aku pun mendapat tempat di baris ke 3 bagian tengah, sehingga masih keliatan jelas banget lah buat merekam pakai HP. Namun, sayang seribu sayang, di tengah tengah aku merekam ada beberapa SMS dan telepon masuk sehingga rekamannya harus terputus, dan di BAGIAN TAIGA YANG LAGI SOLO PLAY. Huftt… sebal deh…:(

_____ Untungnya, gangguan tersebut tidak sepenuhnya menutup lensa kamera HP ku, karena aku sempat merekam adegan awal Taiga solo dan maju ke tengah, yah meskipun cuma seuprit sih (tidak sampai 5 detik). Foto di bawah juga hasil tangkap layar dari rekaman sehingga kualitasnya agak agak meragukan, apalagi dalam ruangan yang remang-remang. Yahh, shoganai~. Taiga dan teman temannya membawakan 3 lagu tanpa jeda panjang (hanya berjeda pembacaan judul lagu dan ganti posisi oleh para pemainnya). Lagu pertama adalah “Gelato con Caffe” dari Toshio Mashino. Lagu kedua adalah “Japanese Grafitti XI” dari grup orkestra Tokyo Kosei. Lagu ketiga adalah “Takarajima” yang berarti pulau harta karun, dari Hirotaka Izumi. Ketiganya cukup enak, terutama bagian Japanese Grafitti XI. Selain karena ada solo dari Taiga, perubahan ritmenya cukup mencolok gitu dan temponya tergolong allegro gitu, jadi berasa semangat aja hihi. Monggo, silahkan didengar di kanal youtube.

_____ Seusai orkestra, Taiga dan teman teman kembali dan menuju “markasnya”. Dia bilang kalau aku ingin ketemu datang aja ke gedung 2B lantai 3, dia menunggu disitu katanya. Aku pun langsung menuju tempat yang dimaksud, sambil berpikir “hmm, bukannya itu tempat kuliah ya, emangnya ada yang buka stand di dalam ruang kelas“. Dan benar, ternyata selain yang ada di luar, beberapa UKM dan kelompok lainnya juga ada yang membuka stand di dalam gedung, sebut saja UKM orkestranya Taiga, UKM astronomi yang buka kafe bernuansa luar angkasa (makan dan minum dalam suasana gelap gulita, hanya bertabur sorotan cahaya bintang dari galeri fotografi kelompok astronomi, keren banget dehh bisa berasa stargazing), dll.
_____ Nah, sesampainya aku di tempat yang dimaksud, Taiga menungguku di luar, dan ternyata pojokan yang biasa menjadi tempat mahasiswa nongkrong seusai kelas disulap menjadi kafe gitu yang bernuansa Italia yang bernama Bistro Momorin. Bistro, hmmm.. namanya Italia banget sih, tapi Momorin? Ooh, rupanya Momorin adalah nama panggung dari salah satu anggotanya, yang kini menjadi ketuplak kafenya. Di dalam kafenya juga ada penampilan musik dari anggota UKM yang tidak ikut tampil di Daigaku Kaikan. Di dalam kafe, aku memesan parfait coklat aja, yang sepertinya bisa kumakan dengan harga 400 yen. Sedih sih, mahal soalnya wkwk, tapi yasudahlah sekali kali bole laa. Ternyata gini toh, sensasi makan parfait ditemani musik musik klasik gitu, berasa di restoran mahal versi open beta ya :D. Lumayan dehh, worth it kok~

_____ Sore harinya, setelah dari kafe Taiga dan jual beli makanan Indonesia selesai, aku dan cowok cowok PPI yang berjumlah 10 orang membereskan tendanya dan mengangkut ke gudang Tsukuba yang berjarak kurang lebih 800 m dari Daigaku Kaikan ke arah pusat kampus. “Hah? ngangkut tenda ke gudang?” Ya, anda tidak salah baca. Seluruh tenant yang menggelar stand di acara WAJIB membereskan tenda, meja, dan peralatan yang dipinjam dari panitia menuju gudang. Jadi, adatnya disini (atau bahkan mungkin di seantero Jepang), setiap pengisi acara bertanggung jawab penuh terhadap apa yang disediakan panitia, jadi kalau dikasih lapak ya harus diberesin dan dibershkan, kalo dipinjamkan tenda dsb ya harus dikembalikan ke tempat asalnya. Nggak ada ceritanya habis gelar stand ditinggal gitu aja, nanti ada tim logstran yang angkut, atau tukang tendanya yang gotong ke truck, NO WAY!
_____ Karena hari itu sedikit gerimis pada maghribnya, dan sudah gelap juga, jadi pengangkutan agak lumayan Pe Er nih karena jalannya agak licin, terutama di jalan yang menanjak dan berubin, hehe. Untungnya 6 orang mengangkut tenda beserta tiangnya, sedangkan 4 sisanya mengangkut meja dan peralatan yang dipinjam. Setelah mengembalikan, ketua PPI melapor ke panitia bahwa peralatan sudah dikembalikan dengan selamat. Setelahnya, kami berkumpul di depan Daigaku Kaikan lagi untuk bertemu dengan anggota PPI yang lainnya untuk menonton penampilan kak Rafa, kemudian dilanjutkan dengan makan malam bareng di restoran cina Halal (lihat Fumidasou! 16). Yaah, hari ini emang lumayan capek, tapi sangat worth it! kok, bisa menonton penampilan yang keren-keren. Sayangnya aku tidak bisa memotret penampilan kak Rafa karena berdirinya jauh banget dari panggung dan di depannya sudah ramai orang berdiri dan berjingkrak jingkrak. Next time kah?
つづく~~>
Leave a Reply