Fumidasou! 27 – Shunkashūtō

_____ Hari terakhir di bulan Oktober, tidak terasa sudah genap sebulan aku di Tsukuba. Hari itupun juga libur karena kampus dipakai untuk ujian “SBMPTN” nya Jepang, begitupun keesokan harinya yang dijadikan hari persiapan Sohōsai. Omong-omong, Sohōsai (蘇峰祭) adalah festival kesenian dan pameran (semacam Pensi di SMA atau Agrisymphony di IPB) yang khusus diadakan di Tsukuba selama 2 hari penuh di weekend minggu pertama bulan November. Kepo seperti apa acaranya? mungkin nanti akan aku tulis di post selanjutnya. Mumpung akhir bulan makanya aku memutuskan untuk berjalan-jalan ke sekeliling kampus bersama temanku, Noel (Emmanuel Pradipta), mahasiswa Fisipol UGM yang lagi exchange juga di Tsukuba namun bukan melalui program AIMS.

_____ Hari itu pada pukul 08.00, aku mengunjungi kamar Noel karena rencananya kita akan sarapan di matsuya. Karena dia belum tau matsuya, makanya aku ingin ajak dia kesana sekalian jalan jalan sekitar kampus paginya. Sebenarnya hari itu teman-teman AIMS berencana bersepeda ke gunung Tsukuba, namun karena aku sudah ada janji dengan Noel di pagi harinya dan dengan Takuya di siang harinya, maka aku memutuskan untuk nggak ikutan kesana. Sepeda biruku pun kupinjamkan ke Mizan untuk dipakai ke gunung Tsukuba, maklum, dia memutuskan untuk menggunakan uangnya untuk beli sepatu dan raket badminton mahal dibandingkan sepeda hehehe

_____ Sesampainya di kamar Noel, asrama ichinoya 38 no 219, aku mengetuk pintu. Noel pun segera membuka pintunya dan mempersilahkanku masuk. Aroma rokok cukup kuat tercium dari penjuru ruangan karena Noel termasuk sering merokok (padahal katanya mahal loh rokok di Jepang, sebungkusnya 500 yen-an). Meskipun begitu, kamarnya cukup rapi di bagian dalamnya, toiletnya pun cukup bersih. Rupanya toiletnya cukup unik karena menyatu dengan shower box, dimana klosetnya dapat diputar dengan wastafel dan cerminnya di dalam shower box. Setelah Noel menghabiskan sebatan terakhirnya, ia pun bersiap siap berangkat, mengenakan jaket birunya dan tada~ kami siap sarapan. Oh iya, Noel juga berencana mentraktirku hari itu, wahh senangnya~~:D.

_____ Kami berjalan menyusuri jalan lingkar luar ichinoya, sambil ngobrol-ngobrol santai tentang kampus masing masing, beserta isu-isu nyeleneh yang akhir-akhir ini melanda kampus kami. Setelah 10-15 menit, kami tiba di monumen T kampus Tsukuba. Wihh, ternyata pemandangannya bagus banget saat pagi hari (maklum baru liat monumennya sekali pas malem), berhiaskan dedaunan beraneka warna di latarnya. Langit-pun saat itu berwarna biru cerah, seakan menyanyikan lagu pelangi-pelangi. Bagaimana tidak, beberapa pohon sudah memerah, sebagian menguning, dan sebagian lagi tetap hijau, di langit yang biru~

Noel jembatan merah 20
Noel di jembatan kampus Chūō (source: personal snapshot)
Tsukuba T 20
Monumen T kampus Tsukuba (source: personal gallery, taken by Emmanuel Pradipta)

_____ Musim gugur (秋 – Aki) memang memiliki pesonanya sendiri, dimana daun daun berubah warna setelah menghijau jamrud di musim panas. Suhu udara juga mulai mendingin, begitu pula dengan kelembaban yang mulai turun. Di bulan ini, petani di Jepang mulai memanen padi untuk yang terakhir kalinya (atau kedua sebelum terakhir jika petaninya masih ada padi yang hendak dipanen di akhir November). Makanya harga beras bisa melambung tinggi untuk beras yang dipanen di musim gugur, selain karena kualitasnya masih baik (karena baru panen), harga juga naik karena persiapan sebelum musim dingin. Di Jepang sendiri, musim gugur disebut sebagai musim yang penuh makanan, karena nggak cuma padi aja yang dipanen untuk terakhir kalinya, tetapi juga sayuran, jamur, dan buah-buahan banyak yang bisa dipanen selama musi gugur. Bahkan, sake pun paling enak katanya yang “dipanen” di musim gugur lho! Bicara soal makanan, aku pun telah kenyang menyantap menu sarapan pagi di Matsuya yaitu Nasi-natto-salmon panggang-sup miso-soft boiled egg-salad-teh hijau yang harga paketnya 410 yen hehehe..

rute
Rute dari asrama ichinoya ke kuil ichinoya yasaka (source: Google Maps)

_____ Setelah makan, kami berjalan kaki menyusuri sepanjang jalan higashi oodori (Jalan raya timur). Karena katanya ada tempat menarik sepanjang jalan ini, sekalian ngobrol ngobrol mengenai kampus kami. Dan ya, kurang dari 15 menit berjalan lurus menyusuri trotoar, terdapat kuil 8 lereng ichinoya (一の矢八坂神社 – Ichinoya Yasaka Jinja). Kuil shinto ini ukurannya mungkin cukup besar, karena terdapat area kosong di depannya, serta makam dan kebun di belakangnya. Lokasinya tidak jauh dari asrama ichinoya, hanya lurus saja mengikuti jalan raya kemudian berbelok ke kanan tak jauh setelah Lawson ichinoya. Di perjalanan, aku berpapasan dengan beberapa kawanan AIMS yang bersepeda, termasuk Mizan, Fedi, Kohei, dll. Waduh gawat lurrr malu banget, maaf aku ga bisa ikut gengs karena siangnya ada janji. Ezwan dan Nurin katanya juga akan ikut, namun  mereka memilih menggunakan bis ke gunung Tsukuba nya (wihh… as expected from sultan :D). Setelah ngobrol beberapa menit, mereka pun menggowes lurus melewati kuil, sedangkan kami berhenti di kuilnya. Kuilnya cukup unik untuk dikunjungi dan tidak terlalu ramai sehingga bisa puas melihat lihat.

Jinja wall 20
Tembok depan kuil (source: personal gallery, taken by Emmanuel Pradipta)
Hello jinja 20
Torii Ichinoya yasaka (source: personal gallery, taken by Emmanuel Pradipta)

_____ Bagian depan kuil yang berbentuk gapura itu bernama Torii (鳥居 = Torii), jangan diterjemahin artinya ya. Biasanya kuil shinto atau jinja memiliki torii yang dilengkapi dengan gantungan tambang dan kertas. Katanya, ini sebagai penanda wilayah suci gitu bagi penganut shinto. Di sekeliling kuil banyak terdapat pohon pohon yang menyelimuti kuil dalam berbagai warna. Karena kuilnya juga sudah tampak berumur, jadi semuanya terlihat seperti bersejarah, mulai dari bangunannya, torii nya, makam dan bak cucinya, hingga dekorasi lainnya.

Ichinoyasaka 20
Bangunan utama kuil (source: personal snapshot)
Nisan kuil 20
Makam raksasa di pojok kuil (source: personal snapshot)
Shishi 20
Patung anjing-singa yang biasa ditemukan di kuil di Jepang (source: personal snapshot)
Bak cuci kuil 20
Temizuya di kuil (source: personal snapshot)

_____ Bagi penganut kepercayaan shinto, umumnya mereka akan menepukkan tangannya menghadap ke muka sebanyak beberapa kali ketika akan memasuki torii. Setelahnya mereka membasuh tangan dan mencuci mulutnya di bak cuci bernama Temizuya menggunakan gayung yang ada. Namun karena kami bukan penganut shinto dan hanya turis, jadi kamis dipersilahkan masuk dan melihat lihat di luar bangunan jinjanya oleh kakek penjaganya. Bagiku, melihat berjalan jalan melihat kuil klasik seperti ini seperti membawa aku ke Jepang di masa lalu, jauh dari hiruk pikuk kota, kilatan lampu yang mewarnai, serta robot yang berlalu lalang. Dan kuil ini mungkin salah satu saksi bisu kebudayaan yang tinggal di Tsukuba dan tidak kalah uniknya untuk dikunjungi dibandingkan kuil-kuil terkenal lainnya. Nah sekian cerita aku mengenai kuil di Jepang dan bagian dari Shunkashūtō.

Pintu masuk 20
Close up bagian pendopo kuil (source: personal snapshot)

Trus, judulnya apa maksudnya, Shunkashūtō itu?

_____ じゃあ~ (春夏秋冬 – Shunkashūtō) adalah cara penyebutan deretan musim yang ada di Jepang (di negara lain juga ada kok). Shunkashūtō sendiri merupakan rangkaian kata dari tiap musimnya, atau lebih tepatnya EMPAT MUSIM, yaitu:

春 (Haru / Shun) = Musim semi ->Identik dengan sakura, hanami, awal masuk sekolah & kantor. Mulai sekitar Maret – Mei.

夏 (Natsu / Ka) = Musim panas -> Identik dengan laut, hutan, uji nyali, liburan musim panas. Mulai sekitar Juni – Agustus.

秋 (Aki / shū) = Musim gugur -> Identik dengan daun gugur, pesta panen, tsukimi, kuning dan merah. Mulai sekitar September – November.

冬 (Fuyu / tō) = Musim dingin -> Identik dengan salju, ski, natal dan tahun baru, white day, warna putih. Mulai sekitar Desember – Februari.

_____ Nah gabungan dari keempat musim tersebut bukan disebut dengan Harunatsuakifuyu, tapi menggunakan cara baca versi onyomi nya yaitu Shunkashūtō. Tepat seperti nama lagunya Hilchryme.

“Hidup manusia bisa seperti musim. Terkadang panas tak tertolong, terkadang dingin bukan main. Tapi percayalah, kita memiliki masa stabil lebih banyak dibandingkan masa ekstrimnya.”

つづく~~>

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

Create a website or blog at WordPress.com

Up ↑

%d bloggers like this: