Fumidasou! 25 – Marhaban Yaa Mahasiswa

_____ Yeaayyy… saatnya untuk makan restoran yang ada di kampus Tsukuba. Kampus Tsukuba terkenal dengan iklimnya yang sangat global, bahkan proporsi mahasiswa Jepang : mahasiswa asingnya berdasarkan Nomura Sensei hampir 6:4. Maka, nggak heran kalo kita bisa menemukan banyak mahasiswa bule, ke-Arab araban, latin, negro, ke-India indiaan, oriental Asia timur, hingga yang mirip mirip dengan wajah Asia tenggara. Dengan banyaknya restoran dari berbagai negara di sekitar Tsukuba, kampus pun nggak kalah inovatif dengan perkembangan zamannya. Di dalam kampus disediakan notifikasi makanan untuk mahasiswa yang memiliki pola konsumsi khusus, misal halal, vegetarian, vegan, anti-seafood, dsb (kosher kayaknya belom ada). Bahkan untuk yang muslim, yang mungkin akan susah buat nyari makanan di luar sana, di kampus ini ternyata difasilitasi juga lho!

1.) Marhaban Cafe

_____ Abaikan nama cafe nya karena tidak menjual kopi sama sekali, apalagi jadi tempat merajut kata dan menikmati senja. Restoran ini merupakan restoran yang selalu RUAAAAMEEEEEE BUAAANGGEEETT di kampus. Restoran ini terletak di bangunan 2B lantai 1. Setiap hari, restoran ini selalu ramai dengan pengunjung, baik dari yang muslim maupun yang non muslim. Antriannya tidak hanya terbatas sampai pojok pintu masuk restoran saja, tetapi sampai mengular keluar restoran, bahkan bisa sampai bakery di depannya. Restoran ini buka dari pukul 11.30 – 14.30 (HANYA 3 JAM SAJA, karena biasanya langsung ludes). Bahkan, sebellum jam setenah 3 pun, kadang sudah tertulis sold out di papannya.

Alamat
Letak Marhaban Cafe di dalam kampus (source: Google Maps)

restoran sebelahnya yang jual ramen ngiri nggak sih???

_____ Karena itulah aku berniat kesana dengan temanku di hari Rabu, karena hari Rabu merupakan hari yang cukup lowong dan kami mengambil matkul yang sama. Seusai kelas “Topics of Social Sciences” (matkul yang mirip sosum ituh), aku, Aien (mahasiswi asal Filipin), Shauna (mahasiswi asal Filipin juga), dan Kanako (mahasiswi Jepang) berniat kesana. Seusai kuliah dari gedung 3A, aku, Aien, dan Shauna langsung berjalan menuju gedung 2B, sekalian menunggu Kanako di depan restorannya. 1 per 1 orang mulai mengantri di depan Marhaban Cafe meskipun jam baru menunjukkan pukul 11 siang. Setelah bel periode 2 berbunyi pada pukul 11.30, Kanako pun akhirnya datang.

_____ Wadidaawww, antriannya sudah mengular bung, sampai ke tempat duduk kami menunggu. Kami pun ikut mengantri di belakangnya dan di belakang kami langsung diisi juga oleh orang lain dengan cepat. Sekitar hampir pukul 11.45, kami akhirnya sampai di pintu restorannya dan melihat menunya yang terpampang di sisi pintu. Restoran ini memiliki 4 menu tetap dan 1 menu harian yang berubah. Aku dan Shauna memesan Chicken Salmoriglio, sedangkan Aien memesan Curry of The Day dan Kanako memesan Chicken Over Rice.

Marhaban 20
Menu yang terpampang di pintu masuk Marhaban Cafe (source: personal snapshot)

_____ Okey, setelah menoleh ke kiri dan memotret menunya, aku pun masuk ke dalam Marhaban Cafe. Di dalamnya terdapat banyak meja yang benar benar terisi penuh tanpa sisa, sedangkan untuk meja outdoor hanya terpakai sedikit (mungkin karena sudah mulai dingin cuacanya, sekitar 18’C). Mengapa antriannya bisa mengular? karena rupanya kasirnya hanya 1. Untungnya pelayanannya sangat cepat sehingga majunya “ular” cukup cepat juga. Tak lama kemudian, kami pun tiba di kasir dan disambut dengan pegawainya. Kami pun kemudian memesan menggunakan Bahasa Jepang karena pegawainya semuanya orang Jepang, baik seorang kasirnya, maupun 3 orang yang memasak di bagian dapurnya (dapurnya keliatan dari tempat ngantri).

_____ “Aku dan temanku mau yang chicken salmoriglio bu, itu isinya apa ya?” “Oh, itu isinya ayam fillet dengan saus mayo-lemon gitu, plus sayur, sup, dan nasi/roti pita”, jawab ibu kasir yang sepertinya berusia kepala empat tersebut. “APA? BISA MILIH NASI ATAU ROTI PITA? Wiwww, coba roti pita aja kali ya“, pikirku. “Aku yang chicken in honey dates dengan roti pita aja deh bu. Shauna, lu mau yang mana neh?” tanyaku. “Gw nasi aja deh”, katanya. “Baik, semuanya jadi 1100 yen”, lanjut ibu kasirnya. Kami berdua pun kemudian membayarnya dan mengambil nomor antrian.

Luckily, Filipinos speak perfect American English, so casual language, slangs, and argots will work.

_____ Setelahnya, Aien dan Kanako pun memesan. Sambil menunggu mereka memesan, kami mencari kursi kosong dan aha, di luar aja kuy! Sambil menikmati sejuknya udara musim gugur, dan zona outdoornya bebas dari rokok, kami pun merasa nyaman buat nge-tag mejanya. Setelah menaruh tas, kami masuk ke dalam dan hey, “Hyakunijūnana ban! (No.127)”, nomor kami dipanggil oleh ibu kasirnya. Sungguh, pelayanan yang cepat sekali, nggak sampai 5 menit menunggu. Kami pun pergi menghampiri meja kasir, menunjukkan nomor struk, dan mengambil nampan berisi makanannya. Hmmmm…. sungguh menggoda iman buat makan duluan, dari aroma dan tampilannya wkkwkw.

_____ Kami bergeser ke meja kosong tempat dispenser air, saus, dan alat makan diletakkan. Aku kemudian mengambil alat makannya, menambahkan lada (biar makin enaque), dan menambahkan saus wortel. Ada 3 pilihan saus yang disediakan di meja panjang tersebut, yakni saus wortel, french dressings, dan saus wijen. Shauna mengambil saus wijen dan french dressing karena dia suka yang creamy gitu teksturnya. Setelah mengambil alat makan, saus, dan air minum (gratis loh ya, free flow), kami pun duduk sambil menunggu Kanako dan Aien datang.

Chicken Salmogrillo 20
Chicken Salmogrillo, dengan ekstra lada dan saus wortel yang kupesan tempo hari (source: personal snapshot)

_____ Tak lama setelah itu, Aien dan Kanako pun datang. Waah, mereka tampak membawakan menu yang berbeda niihh.. Menuku dan Shauna, berisi 3 ayam fillet saus salmoriglio yang ukurannya gedeee banget, porsi roti pita nya pun nggak pelit. Sup nya (yang ada di cangkir dan berwarna coklat) rasanya pun enak, gurih dan berbeda dengan sup miso yang biasa disajikan di restoran di Jepang (emang bukan sup miso sihhh). Makanan Aien adalah curry of the day, dan hari ini adalah chicken curry roasted onion. Aroma bawangnya benar benar sedap dan benar, porsinya pun nggak pelit pelit.  Di dalam karenya pun terdapat potongan ayam yang sangat banyak. Berbeda dengan kami ber-3, Kanako memesan chicken over rice, yaitu nasi kebuli berwarna kuning dengan potongan ayam fillet (sizenya kecil kecil, tapi banyak), kentang, sayur, dan sambal gitu (kata Kanako bisa milih sambalnya mau yang pedas atau biasa).

Chicken Curry roasted onion 20
Makanan pesanananku (source: personal snapshot)

_____ Setelah menghabiskan 2 potong ayam, sup, salad, dan sebagian roti pitanya, aku mulai merasa kenyang.. Duuh, benar benar ini porsinya VALUE FOR MONEY banget lahh, harganya memang lumayan mahal, 550 yen (sekitar 71.500 rupiah), tapi untuk sekali kali yaa gak apa apa sih. Akhirnya setelah jeda sebentar aku pun berhasil menghabiskan. Sayangnya, Aien dan Kanako tidak sanggup menghabiskannya sehingga masih tersisa  yaahh 25% nya gitu lah. Alhasil daripada mubazir, aku berinisiatif melahap makanan mereka hehehe. Rejeki anak kosan, maklum wkwkkw

Yuk makan bareng kita! (source: Shauna’s gallery)

_____ Setelah makan, kami harus mengembalikan nampan, piring, gelas, dan alat makan ke tempat yang sudah disediakan. Tempat pengembaliannya dipisah antara nampan, alat makan, gelas, dan piringnya. Di Jepang, pengunjung memang DIHARUSKAN SECARA SADAR MENGEMBALIKAN PERALATAN MAKAN KE TEMPAT YANG DISEDIAKAN, TIDAK DITINGGAL DIATAS MEJA (Kecuali memang ditulis demikian). Akhirnya, aku, Shauna, dan Aien kembali ke asrama sedangkan Kanako bersiap menunggu kelas selanjutnya.

2.) Halal Cafe (Nama sementara)

Halal cafe 3A 20
Mesin pembeli tiket makanan di Cafe Halal 3A (source: personal snapshot)

_____ Kafe ini untuk sementara belum memiliki nama, makanya ditulis Halal Cafe (仮称 Kashō) yang berarti nama sementara. Restoran yang terletak di gedung 3A lantai 1 ini bersebelahan dengan bakery dan restoran lainnya juga lho. Sistem pemesanan cafenya mirip dengan kebanyakan restoran cepat saji, yaitu pengunjung memesan dan membayar melalui mesin, kemudian menyerahkan kuponnya ke petugas yang ada di dalam. Berhubung aku belum pernah makan disini karena ini termasuk restoran baru, jadi aku belum tahu bagaimana makanannya. Karena harganya lebih mahal, aku pun mengurungkan niat untuk membelinya. Eh, tapi katanya yang sudah makan disini juga enak, meskipun tidak se hitz marhaban.

3.) Foodcourt Gedung 3A (Konato)

Konato cafe 20
Menu notifikasi makanan di Foodcourt 3A (source: personal snapshot)

_____ Aku tidak tahu julukannya, namun karena foodcourt ini sepaket berdekatan di lantai 1 gedung 3A, jadi aku beri nama Konato, sesuai dengan nama bakery-nya. Di foodcourt ini terdapat restoran ramen, udon & soba, serta pasta. Di foodcourt ini terpampang label penanda pada setiap menu yang dalam displaynya. Banyak restoran di Jepang yang menerapkan seperti ini, mendisplay model menu dalam rak sehingga pengunjung bisa mengira ngira seperti apa tampilan dan ukurannya. Nah untuk yang disini, disarankan memilih menu udon atau soba saja, karena relatif lebih aman. Untuk yang dibawah ini aku ditraktir oleh Pak Supri setelah berfoto hari batik hehe. Pilihan menu udon atau sobanya ada 2, yaitu panas ataupun dingin. Pengunjung bisa memilih jenis penyajiannya melalui mesin pemesan seperti yang ada di Halal Cafe. Taburan kriuknya boleh nambah sesuka hati kok!

udon-3a-20.jpg
Udon hangat dengan telur seharga 330 Yen (Rp 43.000)  (source: personal snapshot)

4.) Ten Ten Hanten (天天飯店)

_____ Restoran halal ini sih letaknya diluar kampus, lebih tepatnya di daerah Amakubo 2 chome, tidak jauh dari Ali’s Kebab dan Chūkadaiichi men. Aku pertama kali kesini dengan Nadia, kak Guntur, Vincent, dan Widya. Karena lagi rame-rame, kami memesan banyak menu dan untuk menu rame rame topokki ekstra keju, japchae, bulgogi, kimchi, nasi, dan buah, seorang patungan 900 yen (total nya 4500 yen). Oh iya, penjual dan pemasaknya adalah ibu-ibu dari Korea paruh baya yang bisa 3 bahasa (Jepang, Korea, Mandarin). Jadi, tenang saja, nggak perlu pake eomma eomma an, cukup obaachan aja hehe.

tenten
Rute dari Kampus gedung 2B ke Ten Ten Hanten (source: google maps)
Tenten Hanten 20
Topokki ekstra keju porsi besar buat mukbang di Ten Ten Hanten (source: personal snapshot)

5.) Giza Cafe (Restoran milik ustadz Khalil)

_____ Restoran ini sebenernya jauhhh dari kampus, sehingga melayani jasa delivery via facebook (dan telpon tentunya). Restoran ini dimiliki oleh ustadz Khalil asal mesir. Aku hanya pernah makan pizza yang dibeli dari sini ketika pengajian rutin hari jumat. Porsi pizzanya besar, seperti ukuran large di toko pizza di Indonesia. Rasanya pun enak (meskipun masih enakan di Indonesia sihh hehee). Kalo ulang tahun bisa sih nih kayaknya pesan ini!

1570856430910
Brosus menu Giza Cafe (source: Giza Cafe’s gallery)

“NGILER ALERT!!!”

つづく~~>

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

Create a website or blog at WordPress.com

Up ↑

%d bloggers like this: