Wahai pencari inspirasi di toilet, BERBAHAGIALAH! karena toilet di Jepang mendukung kreativitas kalian!
_____ Hah gimana-gimana? Apakah maksud dari excerpt diatas hanyalah clickbait semata? Apakah pemerintah Jepang mengakui bahwa kejeniusan terlahir dari bilik kecil tempat kita berdefekasi dan mendukung penuh proses penggalian inspirasi didalamnya? Tidak semudah itu ferguso! Maksud dari excerpt yang kutulis diatas adalah bahwa toilet di Jepang dibuat dengan sangat nyaman, sangat high-tech, sangat bersih, sangat… ya anda bisa tulis sendiri di kolom komentar di bawah. Tapi postingan ini ditulis berdasarkan pengamatan pribadi dan akal-akalan semata hehehe~

_____ Jadi pada hari Jumat, 28 September 2018, aku bersama Pak Supri dan Pak Yuli pergi ke Tsukuba Center (つくばセンター) untuk membantuku membayar uang sewa kos-kosan asrama. Kami bertiga pergi dengan menggunakan bis dalam kota yang muncul setiap 10 menit (jadwal bisa berubah seiring waktu) sekali di halte Ichinoya Community Center. Saat masuk, kita diharuskan mengambil tiket yang dikeluarkan oleh mesin otomatis di samping pintu, pertanda bahwa kita telah menaiki bus dari halte yang dimaksud. Bisnya cukup nyaman dan pijakan kakinya cukup rendah sehingga pas dengan trotoar, hanya naik sedikit. Kata Pak Supri, bis ini bahkan mempunyai sistem untuk mengangkut penumpang berkursi roda dan pengguna tongkat bantu jalan dengan cara menjulurkan semacam bidang miring ke permukaan trotoar, canggih yaa~…. Setelah melewati sekitar 7 halte, kami pun sampai di Tsukuba Center. Berbeda dengan pintu masuk yang berada di tengah bus, pintu keluar terletak di depan, di sisi yang berlawanan dengan supir. Pembayaran bis ini pun cukup mudah, hanya dengan memasukan karcisyang sebelumnya telah diambil beserta uang ke dalam mesin yang ada di tengah kemudian keluar struk pembayarannya beserta kembaliannya.
_____ Yeaay… akhirnya sampai juga di Tsukuba Center. Jam masih menunjukkan pukul 9 pagi, seharusnya bank SMBC (Sumitomo Mitsui Banking Corporation) sudah buka. SMBC adalah salah satu bank swasta yang besar di bank, sama seperti Joyo Bank, Mizuho, dll. Mbak-mbak administration office asrama menyarankan bayar lewat SMBC karena rekeningnya Daiwa House nya demikian. Satu satunya cara untuk bisa bayar ke SMBC tanpa perlu memiliki kartu ATM nya adalah ke bank nya langsung. Mumpung ini hari Jumat dan bank tutup pada akhir pekan, maka aku hanya bisa membayar paling lambat hari itu (karena minggu depannya udah awal bulan). Untungnya Pak Supri dan Pak Yuli bersedia menemani.

_____ Bank SMBC terletak tak jauh dari halte bis Tsukuba Center. Hanya perlu menyebrang jalan ke arah QT dan berjalan sejauh 100m, maka kita sudah sampai di depan bank nya. Saat masuk, Pak Supri dan Pak Yuli membiarkanku membayar sendiri sedangkan mereka nungguin di bangku. Untungnya ada ibu-ibu pegawai yang ramah yang tauuu aja kalo aku ini mahasiswa baru dateng dan gatau cara bayar asrama via ATM. Hmmm… apakah ini sebuah konspirasi?
_____ Ibu tersebut kemudian memencet layar mesin teller yang semuanya full Bahasa Jepang, sesuai dengan perkiraan mbak administration office asrama (katanya: “Kamu bisa membayar lewat ATM SMBC punya temanmu ataupun bayar langsung di bank nya, tapi aku nggak yakin kalo di banknya ada yang bisa ngomong Bahasa Inggris, ataupun pelayanan versi Inggrisnya”). Untungnya si ibu pegawainya udah tau aja apa yang kubutuhkan. Aku membawa salinan tagihan yang harus kubayar. Karena surat tagihan tersebut berbahasa Inggris dan Jepang, maka si ibu pegawai pun tahu harus ngapain. Dengan bermodalkan tunjuk jari dan kosakata Bahasa Jepangku yang masih cupu, aku akhirnya ngerti maksud si Ibu bahwa aku harus input tulisan yang mana.
_____ Pertama-tama, aku diminta memasukkan nomor rekening tujuan, yaitu rekening Daiwa House. Kemudian aku memasukkan kode penghuni (yang berarti identitas penyewa) yang terdiri dari kode jenis tempat tinggal , kode ichinoya, kode asrama, dan kode kamar dalam 1 lini. Lalu aku memasukkan jumlah nominal yang harus dibayarkan. Setelahnya, aku diminta untuk memasukkan uang cash ke dalam mesinnya. Mesin kemudian akan menerima uangnya dan memberikan struk bukti pembayaran. SELESAIIIII….. Akhirnya ongkos sewa asrama sisa bulan november, uang deposit, dan ongkos sewa bulan oktober LUNAS!

_____ Nah… ada apa aja sih di Tsukuba Center ini? Yang pertama ada halte bis, baik bis dalam kota maupun bis antar kota (ke Tsuchiura, Mito, bahkan Tokyo). Kemudian ada stasiun kereta khusus Tsukuba Express, ya kereta khusus dari Tsukuba ke Tokyo (Akihabara). Keren cuyy, kota ini punya kereta sendiri yang menghubungkan ke ibukota negara. Di sekitarnya terdapat perkantoran dan pusat perbelanjaan, lengkap dengan open space arena yang biasa dipakai untuk menggelar pertunjukan ataupun bazaar. Tak jauh dari Tsukuba Center, terdapat banyak tempat parkir untuk mobil dan sepeda. Hah buat apaan? Buat orang orang yang mau pergi ke Tokyo atau kota lain naik bis ataupun kereta tapi males bawa mobil atau sepeda mereka. Oooohh

_____ Ini dia, pintu masuk ke stasiun bawah tanah Tsukuba. Pintu masuknya ada 4 ya, 1 dekat SMBC dan mall QT, 1 dekat terminal bis, 1 dekat taman musium Tsukuba, 1 dekat lapangan parkir mobi. Sebenarnya pintu masuk ini tersebar hanya mengelilingi perempatan besar di Tsukuba, namun demi kemudahan akses sepertinya dibuatkan 4 pintu masuk ini. Masuk dari pintu manapun bukan masalah karena tersedia tangga dan eskalator. Untuk pengguna kursi roda, akan lebih baik masuk dari pintu terminal Tsukuba karena memiliki lift. Di dalam stasiunnya terdapat beberapa toko yang menjual suvenir khas Tsukuba, Family Mart, toko buku, dan kedai kopi.

_____ Brrrr.. “Duh aku ingin ke toilet pak, boleh ya??”. Aku pun pergi ke toilet pria yang ada. Di Jepang, toilet dibedakan menjadi 3, toilet pria, wanita, dan penyandang disabilitas. Toilet pria (男子便所 – Danshi benjo) umumnya memiliki pintu maupun dinding berwarna biru tua atau biru muda sedangkan toilet wanita (女子便所 – Joshi benjo) umumnya memiliki pintu maupun dinding yang berwarna merah atau pink. Jadi seandainya tidak bisa membaca tulisan Jepangnya pun, kita bisa menebak dari warna cat pintu atau dindingnya. Toilet penyandang disabilitas (多目的便所 – Tamokuteki benjo) atau secara harfiah diartikan “toilet multiguna”, umumnya berwarna hijau, menandakan bisa digunakan oleh siapa saja namun diutamakan khusus untuk penyandang disabilitas. Toilet ini hanya berisi 1 ruangan saja yang luas, namun lengkap dengan area kosong yang luas, tempat cuci tangan, kloset, dll, pokoknya paket komplit all in deh.
Toilet, kamar kecil, We Se, atau tandas di Jepang memiliki 3 arti yaitu トイレ – Toire, お手洗い – O Te Arai, dan 便所 – Benjo. Toire merupakan kata yang paling umum dan benar benar berarti toilet karena bahasa serapan. O te arai berarti “tempat cuci tangan” karena di toilet umumnya orang mencuci tangannya, baik emang cuma cuci tangan ataupun habis membuang “limbah”. Benjo merupakan kata dalam bahasa Jepang asli yang merujuk ke tandas.
_____ Oh iya, toilet di Jepang itu bener bener canggih, memanjakan para “pencari inspirasi” untuk betah di dalamnya (eh tapi dilarang loh berlama-lama di dalem toilet, ntar dikira kenapa-napa). Sebagai contohnya, toilet umum di Jepang dilengkapi dengan tombol tombol canggih yang pastinya bisa bikin kita norak kalo pertama kali ketemu. Perlu diingat toilet canggih ini umumnya ditemui di toilet yang benar benar baru dibangun, atau setidaknya keluaran tahun 2000 an lah, bukan toilet yang udah lama banget. Beberapa tempat juga tidak menyediakan toilet dengan berbagai tombol karena dirasa tidak perlu, mungkin contohnya adalah asrama ichinoya dan beberapa toilet di kampus Tsukuba. Jumlah maupun varian tombol di toiletnya pun bermacam macam, tergantung pembeli dan tukang instalasinya.

_____ Panel kontrol yang terdapat di toilet canggih minimal memiliki tombol bidet atau bilas depan (biasa digambarkan dengan simbol wanita) serta bilas belakang (biasa digambarkan dengan simbol pria). Untuk versi yang lebih modern, biasanya dilengkapi dengan pemutar suara gemericik air terjun untuk menyamarkan suara “stereo” saat membuang hajat. Terdapat pula pengatur kemiringan dan kecepatan air bilasan. Orientasi panelnya pun bisa bermacam macam, ada yang terletak di sisi samping sehingga tampak seperti armchair dan ada yang ditempelkan di dinding, seperti termostat ruangan. Untuk toilet versi yang lebih futuristik lagi, kadang dilengkapi dengan kipas angin sehingga bisa mengeringkan anggota tubuh yang basah, lampu UV untuk membasmi kuman, sensor bilas otomatis ketika kita akan duduk, serta pemutar lagu. Intinya 1, JANGAN NDESO DAN MAIN PENCET TOMBOL LAYAKNYA MAIN GAME KAYAK BOCAH KAMPUNG wkakakkaka!!!


_____ Nah… akhirnya selesai juga dari toiletnya. Setelah itu, aku balik ke asrama dengan Pak Supri dan Pak Yuli menggunakan bis dari terminal Tsukuba. Biaya 1x perjalanan dari terminal bis Tsukuba (Tsukuba Center) ke asrama Ichinoya (halte Ichicom atau Ichinoya-Nourin) dikenakan tarif 270 yen (Rp 35.000), jadi kalo PP ya 540 yen (Rp 70.000). Agak mahaaaalll sih, karena sebenarnya jarak antara asrama Ichinoya dengan Tsukuba Center tidak terlalu jauh huhuhuuuuu.. Tapi ya sudahlah, biar pengalaman aja pernah ngicipin naik bis kota. XD

_____ Terima kasih Pak Supri dan Pak Yuli sudah mengajak aku mengenal Tsukuba lebih lanjut dan mengantar ke Bank!
“Dari lubang koin 5 yen aku melihat keputusasaan. Dari lubang koin 50 yen aku melihat harapan. Dari lubang koin 500 yen aku melihat…………………………………………… kepingan logam. Karena 500 yen tidak berlubang.”
つづく~~>
Leave a Reply