Fumidasou! 7 – Tsukuba

_____ Jam masih menunjukkan pukul 10 kurang, tapi rasanya aku puas mengelilingi komplek ichinoya. Aku pun mengitari rute jalan raya utama (yang sebenernya jauhnya ngga ketulungan, karena belum tau kalo ada jalan pintasnya). Yak, berjalan menyusuri jalanan yang rindang oleh pepohonan, tampak hijau sejauh mata memandang keatas. Kiri kanan jalan pun berlapis hijauan rumput yang mulai menguning, pertanda mulai memasuki musim gugur. Rasanya segar sekali, mengingat habis hujan plus suasananya yang tenang dan sejuk, berbalut udara segar dari pegunungan di dekat kampus. Ya, udara di Tsukuba memang tergolong baik berdasarkan AQI US, karena hanya memiliki indeks polusi 29. Pokok’e suegererrrrr.

Jalanan kampus 20
Foto dari kebanyakan jalanan di kampus Tsukuba, terlindungi oleh pepohonan rindang nan hijau (source: personal snapshot)

_____ Aku pun semakin terpana dengan kampus ini, karena semakin dilihat semakin memanjakan mata. Jalanannya cukup lebar (muat 4 mobil) untuk ukuran jalan dalam kampus dan dilengkapi trotoar yang cukup tertata. Baik jalanan maupun trotoar terbilang sangat aman, karena tidak ada kubangan, polisi tidur yang curam, ataupun gejala rusak berat lainnya, hanya tampak genangan kecil yang bahkan sandal swallowku saja tidak tenggelam. Selain itu, sepanjang jalan hanya ditemukan dedaunan, serasah, dan beberapa ranting patah yang sangat lumrah untuk wilayah yang terbungkus oleh pepohonan seperti ini, tidak ada sampah plastik, kertas, apalagi botol dan kaleng bekas. Dan yang bikin heran adalah, jalanannya lebar begini, tapi mobil jarang lewat, hanya sesekali saja ataupun bis dalam kota yang lewat, sisanya…. pengendali sepeda, eh pengendara.

peta-sentral-20.jpg
Peta kampus wilayah pusat yang terpampang di tepi jalan (source: personal snapshot)

Bawa sandal cuyy dari Indonesia, karena gak tau harga sandal di Jepang berapaan

_____ Setelah itu, aku sampai ke wilayah yang mulai banyak bangunan bangunan kampus. Oh, rupanya ini bagian sentral dari kampus (大学中央 – Daigaku Chūō) yang dpenuhi dengan fakultas-fakultas kampus, seperti fakultas sains dan teknik, fakultas ilmu alam, dan fakultas ilmu sosial, perpustakaan, pusat riset, serta pusat administrasi kampus. Pantesan, mulai banyak parkiran mobil yang sepertinya parkiran dosen. Di wilayah ini pun terdapat 2 halte bus saking luasnya, yaitu TARA Center dan Daigaku Chūō. Aku pun tertarik untuk menjepret foto dari jembatan penyebrangan kantor administrasi (mungkin rektoratnya, karena terletak di dekat ikon Tsukuba). Berlapiskan spanduk “IMAGINE THE FUTURE”, jargon kampus yang singkat, padat, dan visioner, serta beberapa bendera dan plank bertuliskan jargon tersebut sepanjang jalan, aku makin yakin kalo ini kampus emang bertekad untuk lebih futuristik. Meskipun sudah dibangun dari 140 tahun lalu oleh pendiri ikatan Judo se-Jepang dan beberapa bangunannya tampak usang, tapi kampus ini memiliki sistem dan tata kelola yang modern.

Chuo 20
Bagian pusat kampus, jembatan Daigaku Chūō. Di sebelah kananku bangunan administrasi pusat dan sebelah kirinya lab-lab riset (source: personal snapshot)

_____ Aku sampai tersasar karena bingung baca petanya, saking banyaknya jalan dan tak tau tujuannya kemana, iseng ajah keliling. “audah…. lurus terus aja, ikuti kata hati, ntar juga nyampe di suatu tempat!!!” Eh bener dong, aku akhirnya sampai di pertigaan dengan lambang ikonik Tsukuba, beserta jalan raya yang lebih besar (6 lajur, dengan pembatas tanaman di tengah) dan ramai. Aku pun terus berjalan menyusuri jalan itu dan sampailah pada perempatan yang besar, komplit dengan jalanan yang ramai lancar. Di sisi kiriku ada bangunan bertuliskan kanji “rumah pinus” (松屋 – Matsuya), depanku sebelah kiri ada bangunan yang tampak antik tradisional gitu bertuliskan belut (うなぎ – Unagi), depan sebelah kanan terdapat bangunan yang sepertinya hotel/kosan, dan kananku hutan kampus. Aku pun berbelok kanan dan mengambil foto, sambil mengikuti jalan raya 6 lajur ini.

Perempatan matsuya 20
Perempatan matsuya, perempatan yang ramai dilalui oleh mahasiswa (source: personal snapshot)

_____ Yok, lanjut lurus teruuss mengikuti jalan raya utama dan aku menemukan perempatan lagi setelah 500 m berjalan dari perempatan matsuya. Perempatan ini dilintasi oleh jalan dalam kampus (4 lajur, dengan garis pembatas di tengah). Ohh, rupanya ini jalan yang tadi, lanjutan apabila aku lurus terus dari jembatan daigaku chūō dan tidak belok belok. Sepanjang jalan ini, di sisi kanannya hanyalah hutan dan taman kampus, sedangkan sisi kiri jalan raya ini dipenuhi oleh kos-kosan mahasiswa dan beberapa pertokoan. Aku pun lurus lagi hingga kelewat jauh dan tak sadar sudah sampai di ladang panel surya kampus Tsukuba…

Wowww… ini kampus punya “peternakan” sel surya sendiri, keren bat deh!

3 pohon 30
Ladang panel surya kampus Tsukuba di seberang jalan (source: personal snapshot)

_____ Wadaww…. udah kejauhan, trus pegel pula, kuy jalan balik ke kampus. Saat itu, aku melihat jembatan yang ramai dilintasi mahasiswa yang menggunakan sepeda ataupun jalan. Aku pikir “wihh mungkin ini ruang kelasnya kali yaa…. naik ah jembatannya“. Aku yang berada di jalan raya utama di bawah jembatan pun mencari tangga untuk naik ke atas, dan Ya, memang ramai oleh mahasiwa yang hendak melintasi kampus wilayah pusat ke wilayah selatan. Aku pun iseng pergi ke wilayah selatan dulu sebentar dan menemukan patung pendiri kampus Tsukuba, patung Bapak Kano Jigoro di pelataran tempat yang bernama Daigaku Kaikan (大学会館), atau aula/gedung pertemuan kampus (kalo dari arti bangunannya sih, tapi emang gitu tampak interiornya). Konon, daigaku kaikan ini dipakai untuk prosesi wisuda di Tsukuba, dan spot foto terbaiknya ya di patung leluhur pendiri kampus ini.

Daigaku kaikan 20
Daigaku kaikan. Bangunan yang berisi pusat pelatihan bahasa, pelayanan akademik mahasiswa,dan aula pertemuan untuk wisuda (balairung). Lengkap dengan patung pendiri kampus di tengahnya (source: personal snapshot)

_____ Di bagian selatan ini, aku juga melihat ATM (Joyo bank, JP bank), koperasi, dan kantor pos dalam kampus di sepanjang jalur turunan sepeda daigaku kaikan. “duuh, pergelangan kaki kiri mulai sakit nih jalan kejauhan habis lama duduk di pesawat kemarin”… Aku memutuskan untuk kembali ke asrama untuk makan dan beristirahat. Aku akhirnya berjalan pulang melewati jembatan kampus pusat-selatan, seperti yang ada di foto dibawah. Rasanya seneng banget bisa berjalan-jalan sendiri, mengeksplorasi hal di luar batas nalar kita, karena baru kali ini aku merasakan kota yang dibangun bersama warga (bukan karena pihak pengembang) tapi rapi, bersih, dan terawat, serta sangat berkolaborasi dengan alamnya, membuat aku berpikir “jadi pengen IPB bisa kayak gini di sekelilingnya, kan udah sama sama dikelilingi pertokoan, kos kosan mahasiswa, dan rumah warga”. Oh iya, di sepanjang jalan ini adalah pohon ginko, yang konon akan berubah menjadi kuning keemasan kalo musim gugur tiba. Gak kebayang kan betapa cantiknya nanti kalo jalanan dipenuhi tumbuhan beraneka warna yang sudah rimbun.

Jembatan mid west 20
Jembatan kampus pusat – selatan. Kiri: Hutan dan taman kampus. Kanan: kos kosan, pertokoan, dan rumah warga.  Bawah: Jalan raya nishi hiratsuka (西平塚道り) (source: personal snapshot)

Duuhh… kepingin punya sepeda deh, kayak mas-mas dan mbak-mbak itu. Nggak capek ngelilingin kampus yang luasnya segede gaban ini….

_____ Sambil jalan pelan agak diseret, aku pergi ke wilayah sentral melalui bagian pusat kampusnya. Di turunan jembatan, aku tidak sengaja bertemu dengan Nomura-sensei yang sedang berjalan bersama seorang mahasiswa bule. Sensei pun bertanya,  “gimana? udah mulai bekeliling kampus? oh iya ini Todd, sama kayak kamu dia exchange juga dari Inggris”. “Oh iya sensei, luas banget ya, malah lebih luas ini daripada IPB kalo aku bilang”, kataku. “Masa sih, kayaknya IPB lebih luas, cuma terpencar pencar aja, dan nggak semuanya dibuat aksesibel biar hutannya alami.” katanya. “ooh gitu ya sensei. Iya sih yang bagian belakang kampus dibiarin hutan aja sih. Ini sensei mau ngajar atau gimana?”, tanyaku. Ia pun menjawab kalo ia ingin ngurusin asramanya si Todd di global village, asrama baru yang elit tajirr melintirr dong uwaw, dia kok dikasihnya disana.

Jembatan kami ike 20
Turunan jembatan kampus sentral-selatan. Kiri: hutan kampus. Kanan: kolam matsumi. Depan: Pedestrian dan kampus bagian pusat. (source: personal snapshot)

_____ Aku kemudian pamit dan berlalu dari turunan jembatan tersebut, dan menemukan danau (apa kolam ya) yang ada spot duduk duduk di pinggirannya serta pelataran di tepi danau. “ooh, matsumi kami ike (松美上池), kolam matsumi atas…. emang ada bawahnya? underground gitu hah??” pikirku sambil membaca papan penanda berbahasa Jepang yang menyatakan dilarang berenang atau memancing di kolam ini. Kolam sih, sesuai namanya, ike (池), tapi gede uga nih kayak danau LSI. Tampak ada beberapa angsa yang sedang berenang di kolam yang bersih itu. Di tepi kolam juga berhias pepohonan dan beberapa patung simbol ala Jepang gitu.

Kami ike 20
Matsumi kami ike. Kolam di kampus yang katanya sering dipakai buat acara-acara di bagian pelatarannya (source: personal snapshot)

_____ Lanjutin jalan terus euyy,, kaki mulai pegel. Hingga aku melewati bangunan bertuliskan “GLOBAL COMMONS”, dan 1A, 1B, 1C, 1D. Kayaknya memang disini nomor bangunan ditandai dengan fakultasnya, dimana 1 adalah ilmu sosial, 2 adalah ilmu alam, 3 adalah teknik. Aku tidak tahu apa isi bangunan bertuliskan global commons yang gede itu, tapi mungkin isinya kantor administrasi hubungan internasional gitu, kayak ICO IPB. “awww… sakit bener ini pergelangan kaki… masih jauh gak ya“, gumamku, sambil berjalan terseok-seok di jembatan penyebrangan menuju bagunan coklat yang megah. Ya, perpustakaan pusat kampus Tsukuba. Jalanan keramik merupakan pertanda bahwa aku sepertinya berada di jalan yang benar, menuju pusat kehidupan kampus, dan Ya, semakin aku berjalan ke arah sana semakin ramai oleh orang-orang.

Jembatan perpus 20
Jembatan komplek fakultas 1 dan Global Commons dengan Perpustakaan Pusat Universitas Tsukuba (source: personal snapshot)

_____ “Oooh ini toh perpus pusatnya, gede dan bagus ya!” pikirku agak norak. Di dalamnya juga ada starbucks, seperti perpustakaan UI saja. Aku kemudian berbelok ke kanan, menyusuri blok kuning untuk dan jalur sepeda dan akhirnya melihat inilah bagian jantung dari kampus Tsukuba, lapangan batu, air mancur, gedung gedung perkuliahan, dan kantor yang semuanya serba berlapis bata merah-coklat. “uwiihh,, ini gw masuk syuting drama apaan~~“, kenorakan ku kambuh lagi setelah sembuh 5 menit. Semuanya rapi dan bersih, meskipun bangunannya terlihat old-fashioned. Banyak orang berlalu lalang dengan berjalan kaki dan sepeda lengkap dengan payung beningnya, tak ada yang naik motor atau mobil disini. Di berbagai sudut bangunan tampak parkiran sepeda yang sangat ramai, sepeda disini, sepeda disana, sepeda dimana-mana, sepertinya memang kampus ini serasa mengharuskan mahasiswanya memiliki sepeda, atau jalan biar sehat. Terbukti Jepang merupakan salah satu negara yang angka jalan kakinya sangat tinggi, dengan rata rata diatas 6000 langkah per hari.

Chuo Area 20
Jantung dari kampus Tsukuba. Kiri: perpustakan pusat. Kanan: kantor dosen. Depan: lapangan batu, ishi no hiroba. Belakang: jembatan perpustakaan (source: personal snapshot)

_____ Setelah terus dan terus berjalan, akhirnya sampai juga di jantung kampus ini, di ishi no hiroba (石の広場) atau lapangan batu. Ya, lapangan batu yang cukup luas dan memiliki patung yang cukup eksentrik di tengahnya. Dikelilingi oleh bangunan perpustakaan pusat, kantor dosen, gedung kuliah fakultas 2 dan 3, serta kolam air mancur. Di tempat inilah mahasiswa sering berkumpul untuk makan siang, mengerjakan tugas, nongski ajah, atau berlatih penampilan. Tak ada yang memarkir sepedanya di lapangan ini, semua parkir di tempat yang disediakan, di wilayah yang telah diberi garis putih di bata merah. Pokoknya bata putih steril dari parkir sepeda, hanya berisi orang orang yang saling berkumpul, berbincang, dan bersenda gurau. Oh iya, dan dari sini tampak juga bangunan bangunan di kampus ini memiliki suplai listrik tambahan dari panel surya diatasnya, sehingga menunjukkan keseriusan kampus yang memiliki slogan “IMAGINE THE FUTURE” karena memang betul betul concern dengan lingkungan menggunakan sains dan teknologi. Disinilah baru tampak seperangkat tong sampah untuk berbagai jenis sampah (sampah siap bakar, kaleng, kaca, kertas, botol PET, dan tutup botol) di luar perpustakaan, tepat di sebelah ATM SMBC.

Perpus 20
Ishi no hiroba, menghadap perpustakaan (kanan) dan kantor dosen (kiri) (source: personal snapshot)

_____ Di sisi belakangku, tampak bangunan ruang kelas, kantin, serta bakery. Ya, di kampus ini ada bakery yang cukup terkenal dan enak, yaitu bakery yang terletak di lantai dasar gedung 3A dan 2B. Harganya pun cukup ramah bagi mahasiswa (murah bagi mahasiswa Jepang, ingat, mahasiswa Jepang, bukan sobat missqueen sepertiku wkwkw). 1 roti dihargai antara 100 yen hingga 250 yen, tergantung jenisnya. Terdapat kantin juga yang rameeee buangetttt (karena emang jam makan siang) di 3A dan 2B (aku nggak tau apakah makanannya di kantin ini halal, tapi katanya sih ada kantin khusus makanan halal di kampus, gonna check dat later). Oh iya, ini patung yang terpampang nyata di ishi no hiroba merupakan patung salah satu tokoh terkemuka di Jepang. Oh iya, mungkin kalo di IPB ini diibaratkan bata merah depan gymnasium kali ya yang sering dipake ngumpul oleh mahasiswa.

Ishi no hiroba 20
Ishi no hiroba, menghadap patung. Kanan: komplek fakultas 2, ilmu alam. Kiri: komplek fakultas 3, teknik. (source: personal snapshot)

_____ Menuruni ishi no hiroba, aku melihat air mancur pusat, tepat di depan gedung 3A. Di sekeliling air mancur, terdapat parkiran sepeda dan parit. hah, parit?? buat apaan??. Iya parit, parit yang mengalir, bersih, dan ada ikannya pula untuk menambah kerindangan kampus. Nggak heran kalo di tengah kampus ini memang hanya dikhususkan untuk pejalan kaki dan pengayuh sepeda karena memang dibudayakan demikian. Intinya, biar ga males jalan. e tapi kakiku makin pegel aja niiih,, tolooong. Aku pun akhirnya kembali ke asrama setelah berjalan sekitar 20 menit dari air mancur pusat.

Central Izumi 20
Air mancur pusat, tempat nongkrongnya mahasiswa di jam makan siang. Depan: gedung 3A. Belakang: Gedung 2A. (source: personal snapshot)

_____ Di tengah perjalanan, aku bertemu dengan Vanya, salah satu anggota PPI dan FKMIT yang kemarin hadir di pengajian. Vanya tampak sedang mengayuh sepeda hitamnya yang berkeranjang itu, huhuhuu… pengeen sepedaa. Aku pun ngobrol-ngobrol dikit dengan Vanya tentang kekaguman aku dengan kampus ini, luasnya dan rapihnya bukan main deh pokoknya, lengkap dengan kaki aku yang keseleo. “oooh aku ada deh kak kayaknya salep panas yang iklannya Agnes Monica di kamar, ntar deh aku ambilin”, katanya. “Ooh, iya Van, makasih banyak.. waduh maaf ngerepotin”. “Iih ngga apa apa kak, aku jarang make ini. Dan di Jepang tuh obat obatan dosisnya kecil kalo bagi orang Indonesia, jadi mungkin bisa ngga ampuh”, lanjutnya. “Ooooh gitu toh Van, oke deh”.

_____ Akhirnya aku pun sampai di Asrama, begitu pula aku akhirnya menaruh tas selempang dan kameraku untuk pergi ke asrama Vanya di 20B, tak jauh dari asramaku. Aku pun men-chat Vanya untuk ketemu selepas maghrib nanti:

A: Van, mau kubawain apa nih? Aku ada banyak makanan dari Indonesia, masi kumplit wekawekaweka 😀

V: Ngga usah repot repot kak, aku mah apa aja.

A: Ind**ie mau nggak, versi Indonesia nih. Katanya yg versi Jepang nggak enak ya kalo kudenger denger? Gak pake mecin gitu….

V: Bolehh deh kak, oh iya boleh sekalian juga ngga kak buat Kak Rira?

A: Oh, rira yang semalem itu ya? Iya boleh dong, kenapa nggak, aku juga bawa ind**ienya seabrek kok buat persediaan 1 semester hehehe.

V: Oke kak, makasih banyak ya…

A: Selooww

_____ Seusai maghrib, aku bertemu dengan Vanya dan Rira, barter gitu lah antara mie dan salep. Alhamdulillah aku bawa mie seabrek ada manfaatnya juga hehehe. Makasih banyak Vanya atas salepnya… sangat menolong dikala dingin dan kaki pegel pegel gini. Sekembalinya aku dari depan asrama Vanya, aku pergi ke dapur untuk siap siap masak. Disana, aku bertemu lagi dengan Joe (Su Yi Ting), mahasiswa S2 dari Taiwan. “Lho, Joe, kamu S2 toh? kukira short stay kayak Tony dan aku?” tanyaku setelah berkenalan di awalnya. “Ohh iya, ini lagi penelitian aja selama setahunan di Tsukuba, aslinya sih dari NTU (National Taiwan University) jurusan lingkungan gitu.” balasnya. Weeww…. Makin komplit nih asrama, ternyata lebih rame dari yang kukira karena di lantai 2 terdiri dari Ezwan di 201, Mizan di 202, aku di 203, Tony di 204, Joe di 205, dan Huang di 206. Petualangan apa yang menantiku di kemudian hari…..

Bila hujan membuat jalanmu licin dan tergelincir, cobalah periksa sepatumu, barangkali sol nya sudah usang. Bila cobaan membuatmu terjatuh, cobalah periksa hatimu, barangkali semangatnya sudah usang.”

つづく~~>

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

Create a website or blog at WordPress.com

Up ↑

%d bloggers like this: