_____ Tempat pertama kalinya aku menginjakkan kaki di Jepang adalah di Bandara Narita. Sambil nunggu waktu dijemputnya oleh sensei pukul 2 siang di terminal bis Tsukuba Center, aku ngiter-ngiter aja bandara Narita sambil ngedorong koper yang segede gaban. Keluar dari ruang imigrasi, langsung di sebelah kanan kirinya ada vending machine, buat beli minum dan menukarkan uang dari berbagai mata uang ke yen, termasuk rupiah. Sayangnya, karena kepepet saya pun harus menukarkannya, meskipun agak” nggak rela karena kursnya lebih gede lagi (Kurs jual dasar: 1 yen = Rp 130, kurs money changer di Indonesia: 1 yen = Rp 133, kurs di mesin penukar: 1 yen = Rp 137). Yaudah, nuker deh nuker, buat beli minum, haus nihh!!
_____ Tak jauh dari situ, ada toilet juga. Nah berhubung saaya kepo dengan toiletnya yang katanya canggih, masuklah aku ke sana dan kopernya diletakkan begitu saja di pojok pintu masuk toilet, InsyaAllah aman. Eh beneran, toiletnya canggih seperti yang dibilang banyak orang, lengkap dengan berbagai tombol. bersih dan kering pula. Kemudian aku keluar dan berkeliling lagi dengan mis terkini: CARI COLOKAN!!. Ada ruang tunggu di lantai 2 (1x naik eskalator) yang punya ada meja sekaligus colokannya. Sambil ngecas, aku pun berusaha untuk terus berkontak dengan sensei dengan memanfaatkan wi-fi yang ada, biar ga salah informasi. Maklum, masih sekitar jam 10. Aku pun sambil minum air yang dibeli di mesin penjual otomatis (自動販売機 = Jidouhanbaiki) serta makan roti yang dibeli di bandara sebelum berangkat, lumayan buat ganjel perut karena gatau dimana makanan halal di sini. Oke, akhirnya jam 12 siang juga, waktunya zuhuran!!
Aku berasumsi zuhur waktu itu jam 12 siang, karena nggak ada adzan dan aplikasiku ngga konek ke internet buat adjust waktu sholatnya dengan jam setempat,. Lagian, biasanya jam 12 nyerempet dikit, kurleb lah!


_____ Langsung…. nyari mushola, dan ternyata cukup terjangkau, ada di lantai dasar, di lantai yang sama dengan keluar dari imigrasi. Tulisannya pun terpampang nyata di dinding, dengan berbagai bahasa. Nah, pertanyaannya timbul lagi, dimana ya penitipan barangnya buat yang mau sholat??? Jawabannya, tepat ada di sampingnya, information center!! Aku pun nanya ke mbak” nya yang bertugas dengan bahasa jepang yang waktu itu masih sangat alakadarnya. Untungnya, mbak petugas memperbolehkannya dengan senang hati, sehingga aku bisa menitipkan tasku dengan tenang.
_____ Alhamdulillah, baru beberapa jam aku disini, aku sudah dibuat kagum oleh Jepang. Bagaimana tidak, walaupun mereka bukan negara yang mayoritas muslim, bahkan nggak familiar dengan muslim, mereka menyediakan fasilitas ibadah yang kualitasnya diatas rata rata menurutku. Bahkan petugasnya pun ramah” aja begitu aku minta tolong buat ngejagain koper karena disitu nggak ada penitipan barang bawaannya. Mushollanya bersih, dan karpetnya pun kering, lengkap dengan pendingin ruangan dan beberapa perlengkapan sholat seperti mukena dan sajadah di almari pojokan. Tempat wudhunya cuma 1 sih, tapi nggak becek karena ada celah airnya di bawah keran. Ruangannya wanginya netral, ngga bau pewangi aneh aneh dan ngga bau sikil pula. Mantappss lah pokoknya.
Semoga musholla di Indonesia bisa mencontoh musholla di Jepang seperti ini. Bersih, rapi, dan nggak bau sikil, terawat deh pokoknya. Apalagi Indonesia negara yang mayoritasnya muslim dan tempat sholat seharusnya menjadi hal yang perlu diperhatikan di tempat umum (bandara, stasiun, dll).
_____ Akhirnya setelah zuhur, aku pun bergegas ke loket penjualan tiket bis ke Tsukuba karena sensei menjemputnya dari terminal bis di Tsukuba. Beliau baru bisa menjemput disana sekitar 15.30 karena sebelumnya beliau ada rapat. Okehh, langsung beli cuss dan HILIIIHHH, harganya 2200 yen (sekitar Rp 286.000) sekali jalan. Yaudah, しかたないわ~, mo gimana lagi wong cuma satu satunya cara. Aku membeli tiketnya dan diberi tahu bahwa bisnya akan datang jam 14.10 di halte no 10. Aku pun langsung keluar bandara dan melihat orang orang berdiri di tiang bertuliskan nomor dan tujuan bis. Aku mencari nomor 10 dan AHA! ketemu. Dan benar, pukul 13.55 bis nya datang dan keneknya langsung mendata ornag orang yang naik. PLUS, barang barang yang gede seperti koper akan ditaruh bagasi dengan GRATIS setelah diikat oleh label (nanti kartu bagasinya dibalikin lagi, jangan sampe ilang!). Aku pun naik dan siap meluncur ke Tsukuba yeaayyyy. Oh iya, waktu berangkatnya juga sangat tepat, 5 menit sebelum berangkat udah nyalain mesin lagi dan siap ngegas, pukul 14.10 teng langsung gas.
Pemandangan dari balik kaca bis saat melewati tol Bandara Narita – Tsukuba (source: personal snapshot)
_____ Sepanjang jalan menuju Tsukuba, bis nya melewati jalan tol yang sepi, ngga macet, dan pemandangannya asri banget karena kanan kirinya hutan. Langit kelabu beserta rintik hujan sesekali membingkai pemandangan asrinya. Tampak peternakan, pedesaan, dan ladang di sisi kiri bus pada beberapa daerah yang dilalui. Di jalan tol juga terdapat rambu batas kecepatan yang elektronik, hah elektronik?? iya, jadi bisa dikontrol gitu dari pusatnya limit kecepatannya berapa. Kalo lagi kosong ya dinaikin, kalo lagi rame yang diturunin limitnya, canggih eakkk! Di bis nya juga ada tombol berhenti di atas kepala tiap penumpang, buat nandai supirnya bahwa akan ada yang berhenti di halte berikutnya. Kira kira setelah 1 setengah jam perjalanan bisnya sampai di Tsukuba.
_____ Oke, sampai juga di Tsukuba dan aku pun turun. Ketika turun, aku melihat ibu-ibu berjilbab dengan anak laki-lakinya. Seketika aku pun langsung menghampirinya dan nanya, apakah beliau orang Indonesia, dan Ya, beliau memang orang Indonesia, istri dari salah satu mahasiswa di Tsukuba katanya. “ooh, lagi nunggu senseinya ya. Biasanya di daerah situ tuh kalo orang mau antar jemput di Tsukuba Center (sambil menunjuk ke arah parkiran yang dekat toilet umum)”. “ooh iya bu, terima kasih banyak.Jadi ini toh namanya Tsukuba Center”. Sekitar 10 menit kemudian, Nomura sensei pun datang menjemput dengan mobilnya. Assalamualaikum, Tsukuba, 踏み出そう!(Fumidasou!, ayo melangkah)
つづく~~>
Leave a Reply