_____ Kelanjutan dari post sebelumnya yang membahas apa itu AIMS dan kenapa ikut AIMS, di postingan ini akan lebih membahas gimana sih persiapannya. Tahapan pertama yang perlu dilakukan ketika aku dinyatakan LOLOS seleksi untuk mengikuti AIMS, aku di briefing dulu oleh Departemen ITP terkait setuju atau tidaknya dengan dana dan fasilitas yg diberikan serta persetujuan dosbing dan ortu. Briefing dilakukan sekitar bulan April 2018, lupa tanggal persisnya. Dalam briefing (baca: SIDANG) tersebut cukup mengagetkan buatku karena tahun lalu, untuk Tsukuba, diberkan tunjangan berupa asrama gratis sedangkan untuk tahunku tunjangan tersebut dicabut karena terjadi perubahan kepengurusan AIMS disana.
Wahh.. gawat lur, gimana dong… ah tenang — seloww — kaleemmm — AAARRGGHHHHHHH!!!!! Panik uyy, yang tahun lalu udah dapet dananya plus plus paket komplit dengan tunjangan asrama sedangkan gw…. hiks hiks
_____ Oke, aku pun memutuskan tetep iya meskipun agak” nyayat hati (dan dompet tentunya). SIPPPPP, gw harus cari sponsor atau apalah itu. Selain itu, yang berhak untuk ke Tsukuba saat itu adalah aku dan temanku, Bayang. Namun, sayangnya, Bayang belum diberikan kesempatan untuk mendapatkan yang didanai penuh dan mendapat yang ASEAN Budget (pendanaan untuk ke luar ASEAN, namun dengan budget setara exchange ke negara ASEAN). Alhasil, Bayang-pun mengajukan untuk pindah dari Tsukuba ke Mae Fah Luang University (Thailand) agar dananya mencukupi. Waduhh.. kok udah tunjangan dicabut, jadi sendiri menjomblo gini gw… aku kudu piye tohh iki………
_____ Yaudah, gapapa. aku semakin membulatkan tekad bahwa aku bisa kok sendiri (baca:menjomblo) di negeri orang, dengan duit yang alakadarnya. FYI: untuk di Jepang 1 semester dapet 38 Juta Rupiah (300.000 yen) dan mesti bayar uang kosan itu ngepas loh ya, belom ama makan dll (karena anak MEXT aja dapetnya bisa sampai 140.000 yen PER BULAN, camkan itu, PER BULAN). Yaudah, aku tetap berpikir positif, mungkin Allah sedang merencanakan sesuatu yang hebat saat itu, yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya oleh aku dan kebanyakan orang. aku pun berusaha mencari sponsor dan mencari dana tambahan dari mana saja, yang penting bukan nyopet atau jaga lilin yaahh wkwkwk. Alhamdulillah, sampai sebelum berangkat kesana, aku mendapatkan tambahan uang yang bisa dibilang cukup lah untuk menambah-nambah, mungkin ada sekitar 150.000 yen kalau di kurskan, dari berbagai sumber. Ternyata memang benar bahwa Allah tidak akan menguji hambanya melebihi apa yang dia mampu, dan setelah kesulitan akan ada kemudahan.
_____ Oke, setelah itu yang harus aku lakukan adalah mengumpulkan berkas” seperti transkrip, letter of request for admission, certificate of financial guarantee, scan pasport, foto probadi ukuran 40×30 mm dan 30×24 mm (jangan tanya kenapa rasionya beda, udah terima aja disuruhnya gitu dari sana), dan lembar formulir yang mesti diisikan dari tautan yang dikirim melalui email panitia AIMS Tsukuba. Letter of request for admission adalah surat pernyataan dari pihak fakultas (wajibnya sih ini, tapi mungkin untuk beberapa kasus bisa minta tingkat departemen aja) yang menyatakan bahwasannya mahasiswa ybs. layak untuk ikut program exchange karena AAA,BBB,CCC, dst. Certificate of financial guarantee adalah surat pernyataan bahwa kita akan menerima/memiliki sejumlah uang untuk hidup disana, yaah sebagai pernyataan aja kalo kita tinggal disana nggak bakalan nge-gembel karena kurang uang atau gmn-gmn. Surat ini biasanya dibuat oleh pihak yang lebih tinggi, seperti rektorat (dalam kasus aku adalah bagian International office dengan surat pengantar dari departemen). Sisa berkasnya ada yang mesti diunduh dari tautan yang diberikan ataupun disediakan sendiri yahh, yekali mahasiswa gak punya scan-an transkripnya sendiri, foto pribadi, dll.
_____ Oh iya, selain di briefing oleh departemen, ada baiknya minta wejangan/tips juga dari senior yang pernah ikutan program serupa. Dalam kasus aku, yaitu Bang Zaid dan Irfan yang sama sama pernah ke Tsukuba tahun lalu. KENAPA PENTING?? Karena kita bisa mengira-ngira perlu bawa apa aja, pakaian berapa setel, sampe gimana caranya survive disana. Buat yang muslim juga mungkin bisa sekalian nanya dimana letak masjid, tempat makanan halal, dan gmn menjalani aktivitas rutin seperti sholat dan wudhu-nya. Serius ini penting, karena ngga ada tuh tutorial/gambaran umum sholat/wudhu di Jepang kalo ngeliat Anime/Drama, bahkan masjid-pun g pernah tergambarkan di latarnya (Kisah menjalankan rutinitas disana akan dibahas di lain post, jika memungkinkan). Dan yang gak kalah penting, PERATURAN/HABIT di sana gimana, terutama hal yang menjadi common sense orang sana dan rawan dilanggar sama orang Indonesia hanya karena gak tahu (bukan karena sengaja). Syukur” kalo cuma malu diliatin, kalo ampe kena denda/ berurusan sama aparat kan gawat. (ex: Download film, lagu, game, software, dll bisa berurusan sama polisi loh!!)
_____ Udah mengenai persiapan mental, sekarang kita berali ke persiapan materi lagi. Hal yang paling bete adalah pas nunggu berkasnya dibaca dan sampai COE (Certificate of Eligibility) nya. LUAAMAAA banget, karena aku mengirim dari minggu ke 1 Mei, masih ada seminggu sblm deadline cap pos nya dan COE sampai baru tengah September. 10 Hari sebelum keberangkatan. BAYANGKAN COBA… segila apa waktu itu pikiran aku. Dan hal itu terjadi juga tahun lalu, cuma masih sedikit lebih awal dibandingkan aku datangnya (sekitar awal September). Selama nunggu COE dan surat lainnya datang, apa aja yang bisa kita lakukan? Cengok, diem, gatau ngapain. Karena kalau COE belum datang, kita tidak bisa membuat Visa (Jepang perlu Visa yah untuk tinggal dalam waktu lama). Dan aku pun gak bisa pesan tiket pesawat karena gak tau harus datang tanggal berapa. Jadi, mari kita skip 4 bulan penantian tersebut ke bulan September yah!
_____ Akhirnya surat pun datang di loker dosbing aku, Jumat, 14 September 2018, SIANG. Jadi mau bagaimanapun aku gak bisa langsung ngurus Visa (Pengurusan Visa Jepang bukan di kedutaannya yang di deket Bundaran HI ya, tapi di Lotte Shopping Avenue Kuningan) Link: https://goo.gl/maps/Hh9GsdFnqZdPHoFx9 . Sebelum ngurus visa, aku perlu untuk beli tiket pesawat dan tiket pesawatnya ALAMAK!! mahal rek, paling murah waktu itu adalah Scoot Airlines dengan harga 3.3 Juta exclude bagasi dan walhasil nambah 1.4 Juta untuk bagasi 30 kg jadi 4.7 Juta, PERGI DOANG sodara sodara!!! Yaudah gapapa mau gmn lagi karena emang mepet toh ya. Seninnya, saat akan mengurus Visa, pastikan foto yang diberikan adalah foto terkini, kualitas bagus, dan tidak ada cacat (karena waktu itu aku ada light burn kuning sedikit dan ditolak sehingga harus foto lagi di sana dan memakan biaya sekitar 30-50 rb untuk beberapa kali jepret). Kata mbaknya, Visa akan jadi PALING CEPAT dalam 5 hari kerja. “Waduh, bisa nggak mbak dipercepat, soalnya ini emang COE nya mepet banget datengnya dan aku minggu depan udah harus berangkat?”. “Oh iya? mungkin bisa aja sih lebih cepat kalau memang ga terlalu banyak. Nanti akan dikabari lagi via SMS”. Okeh, setidaknya ada secercah harapan, dan yap! beneran dong hari Jumatnya jadi dan bisa diambil.

_____ Kebayang dong bingungnya ngurus itu berkas bingungnya kayak apa… Next, Sabtu, Minggu, dan Seninnya mesti packing buat ke Jepang. Karena cowok, trus masuknya pas musim gugur-dingin, jadi gausah bawa baju terlalu banyak. Apalagi aku juga tipe orang yang kulitnya kering dan ga terlalu banyak keringatan kalo ga lembab. Sampai hari H, aku akhirnya membawa 1 Koper, 1 Duffle bag, dan 1 ransel. Koper dan Duffle bag rencananya akan ditaruh di bagasi dan udah seberat 26 Kg-an (Koper 19 Kg, Duffle bag 7 Kg) sedangkan ranselku dicangklong ajah, biarin beratnya 7 Kg-an , udah biasa ngangkat lebih dari ini kalo kuliah hahaha. Duffle bag ku isi dengan makanan, minuman, dan obat obatan aja sedangkan semua pakaian aku taruh di koper. Perlu diingat, harap patuhi aturan penerbangan yang melarang membawa cairan/per-dagingan ke dalam bagasi, jadi pastikan aja kalo yang mau ditaruh di bagasi adalah produk kering (Mi instan, kopi & susu bubuk, teh celup, kripik, masi diperbolehkan).
_____ Akhirnya, Selasa, 25 September 2018, aku pun berangkat diantar oleh orang tua ke bandara Soekarno-Hatta. Tak lupa juga, sahabat prodik ikutan datang, meskipun agak telat dan kita penuh drama gak ketemu uhuhuhuhuhuu (maap guys,,, drama ini pasti bakal dikenang seumur hidup). Pukul 16.00, pesawatpun sudah bersiap” berangkat dan tada 国際線出発へ… kelanjutan kisahnya akan dibahas di post selanjutnya.
つづく~~>
Leave a Reply